Simbol visual untuk Surah Al-Bayyinah.
Surah Al-Bayyinah merupakan surah ke-98 dalam kitab suci Al-Qur'an, yang terdiri dari enam ayat. Surah ini dinamai "Al-Bayyinah" yang berarti "bukti yang nyata". Nama ini diambil dari ayat pertama surah tersebut yang menjelaskan tentang bukti kebenaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Memahami makna setiap ayat, termasuk Al Bayyinah ayat 2 latin, sangat penting bagi umat Muslim untuk memperdalam keyakinan dan mengamalkan ajaran Islam.
Ayat kedua dari Surah Al-Bayyinah secara ringkas menggambarkan sifat orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta apa yang dijanjikan Allah kepada mereka di akhirat kelak. Berikut adalah teks lengkapnya dalam bahasa Arab, beserta transliterasi Latin dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia:
لَمْ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
"Lam yakunilladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina munfakkiiina hattaa ta'tiyahumul bayyinah."
"Orang-orang yang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan terperangah (lenyap dari kekafiran mereka) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata."
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang menolak kebenaran, baik dari kalangan ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) maupun orang-orang musyrik, tidak akan berhenti dalam kekafiran dan kesesatan mereka. Mereka akan terus berada dalam keadaan yang meragukan kebenaran hingga datangnya bukti yang jelas dan terang benderang.
Bukti yang dimaksud dalam ayat ini adalah kedatangan seorang rasul utusan Allah, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang membawa wahyu dari Tuhan semesta alam. Kedatangan beliau beserta Al-Qur'an merupakan penjelasan yang paling terang mengenai kebenaran Islam, yang menegaskan tentang tauhid (keesaan Allah), kenabian, dan kebangkitan setelah kematian.
Sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW, banyak dari ahli Kitab yang telah menyimpang dari ajaran asli kitab mereka, bahkan ada yang menggabungkannya dengan berbagai takhayul dan penyimpangan lainnya. Begitu pula dengan kaum musyrikin yang menyembah berhala dan tidak memiliki pegangan kebenaran yang jelas. Mereka semua memerlukan sebuah "bukti yang nyata" untuk menunjukkan jalan yang lurus.
Allah Subhanallahu wa Ta'ala tidak membiarkan umat manusia begitu saja dalam kebingungan. Melalui Nabi Muhammad SAW, Allah menurunkan wahyu yang menjadi penjelas segala keraguan. Al-Qur'an adalah mukjizat yang kekal, kandungannya berisi ajaran yang sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia. Di dalamnya terdapat petunjuk yang jelas mengenai bagaimana cara beribadah, bagaimana membangun masyarakat yang adil, serta bagaimana meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al Bayyinah ayat 2 merupakan kelanjutan dari ayat pertama yang memperkenalkan konsep "bukti yang nyata". Ayat ini menegaskan bahwa bukti tersebut memang akan datang, dan ketika bukti itu datang, mereka yang sebelumnya keras kepala dalam kekafiran akan dihadapkan pada pilihan: menerima kebenaran atau tetap dalam kesesatan.
Ayat-ayat selanjutnya dalam Surah Al-Bayyinah akan menjelaskan lebih lanjut mengenai respons orang-orang terhadap bukti ini. Sebagian akan menerima dan beriman, sementara sebagian lainnya akan tetap menolak. Allah akan membalas setiap perbuatan mereka sesuai dengan keadilan-Nya. Bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dijanjikan surga sebagai balasan abadi, sementara bagi orang-orang yang ingkar, disediakan azab yang pedih.
Memahami ayat ini mengajarkan kita pentingnya menerima kebenaran kapan pun dan dari mana pun ia datang, terutama jika kebenaran itu bersumber dari Allah. Kesombongan dan kekeraskepalaan akan menghalangi seseorang untuk mendapatkan petunjuk ilahi. Sebaliknya, kerendahan hati dan keterbukaan hati adalah kunci untuk menerima cahaya kebenaran yang akan membimbing kita menuju jalan keselamatan.
Dari Al Bayyinah ayat 2, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting:
Dengan merenungkan makna Al Bayyinah ayat 2 latin dan terjemahannya, diharapkan kita semakin memahami kedalaman ajaran Islam dan senantiasa berusaha untuk menjadi hamba Allah yang beriman dan beramal saleh, serta senantiasa bersyukur atas nikmat hidayah yang telah Allah berikan.