Ilustrasi: Surah Al Bayyinah
Surah Al Bayyinah, yang berarti "Bukti yang Nyata", adalah surah ke-98 dalam Al-Qur'an. Terdiri dari enam ayat, surah ini memiliki makna mendalam tentang kebenaran Islam dan konsekuensi dari penerimaan atau penolakan terhadapnya. Ayat terakhir surah ini, yaitu ayat ke-6, merupakan penutup yang tegas dan sekaligus menjadi puncak dari seruan ilahi yang telah disampaikan sebelumnya.
6. Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik (ditempatkan) di neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Ayat ini secara eksplisit menyatakan nasib akhir dari dua kelompok utama yang menolak kebenaran yang dibawa oleh para rasul, yaitu orang-orang kafir dari kalangan ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang musyrik. Mereka digambarkan akan kekal di dalam neraka Jahanam, dan disebut sebagai makhluk terburuk.
Pernyataan dalam ayat terakhir Al Bayyinah ini bukanlah ancaman kosong, melainkan sebuah peringatan keras yang didasarkan pada keadilan ilahi. Mari kita bedah makna di balik frasa-frasa kunci dalam ayat ini:
Kelompok ini mencakup Yahudi dan Nasrani yang seharusnya lebih siap menerima kedatangan Nabi Muhammad SAW, mengingat mereka memiliki kitab suci dan mengetahui tentang kenabian. Namun, karena kesombongan, fanatisme mazhab, atau hasad, mereka menolak wahyu yang dibawa Nabi Muhammad. Penolakan ini menjadikan mereka kafir dalam pandangan Islam, meskipun mereka memiliki kitab samawi sebelumnya.
Kelompok ini merujuk pada mereka yang menyekutukan Allah dengan sembahan lain, menyembah berhala, atau mempercayai kekuatan-kekuatan lain selain Sang Pencipta. Mereka tidak memiliki dasar kitab suci yang otentik yang bisa dijadikan alasan untuk menolak kebenaran Islam.
Neraka Jahanam digambarkan sebagai tempat siksaan yang pedih bagi mereka yang durhaka dan menolak kebenaran. Keberadaannya merupakan salah satu bentuk keadilan Allah terhadap perbuatan manusia.
Kata "kekal" (خَـٰلِدِينَ) menunjukkan bahwa hukuman ini bersifat abadi bagi mereka yang menolak kebenaran secara hakiki dan dalam kondisi tidak bertaubat. Ini menekankan betapa seriusnya konsekuensi menolak ajaran Allah yang disampaikan melalui para nabi dan rasul-Nya.
Frasa "syarru al-bariyyah" (شَرُّ ٱلۡبَرِيَّةِ) adalah sebuah predikat yang sangat berat. Ini bukan berarti bahwa mereka secara inheren lebih buruk dari hewan atau makhluk lain, tetapi secara moral dan spiritual, penolakan terhadap kebenaran yang hakiki dan penentangan terhadap Sang Pencipta menempatkan mereka pada derajat terendah di antara ciptaan yang memiliki kehendak dan akal.
Ayat terakhir Al Bayyinah ini tidak hanya berfungsi sebagai peringatan, tetapi juga mengandung hikmah yang sangat berharga bagi umat Islam:
Mengakhiri surah ini dengan pernyataan yang begitu tegas, Allah SWT menggarisbawahi betapa vitalnya respons manusia terhadap kebenaran yang telah dibuktikan dengan begitu jelas. Ayat terakhir Al Bayyinah mengingatkan kita bahwa pilihan kita di dunia ini memiliki dampak abadi di akhirat.
Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang beriman, taat, dan senantiasa memohon perlindungan dari-Nya dari segala bentuk kekufuran dan kesesatan. Ayat ini adalah penutup yang mengingatkan kita untuk selalu berada di jalan yang diridhai-Nya.