Ilustrasi: Simbol Al-Qur'an dan Gunung Sinai
Surat At-Tin, yang berarti "Buah Tin", merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an namun sarat makna dan hikmah. Ayat pertamanya diawali dengan sumpah Allah SWT terhadap dua jenis buah yang sangat dikenal, yaitu buah tin dan zaitun. Kemudian, pada ayat kedua, Allah SWT melanjutkan sumpahnya dengan menyebutkan gunung Sinai.
Ayat ini sering diterjemahkan sebagai: "dan demi Gunung Sinai". Namun, seperti halnya sumpah-sumpah Allah dalam Al-Qur'an, pemilihan kata dan objek sumpah selalu memiliki tujuan dan makna yang mendalam. Memahami arti dari "Wattūri Sīnīn" memerlukan penelusuran lebih lanjut terhadap tafsir para ulama.
Gunung Sinai, atau dalam bahasa Arab disebut Jabal Thawr atau Jabal Sina', memiliki signifikansi historis dan spiritual yang luar biasa dalam ajaran agama Samawi, termasuk Islam. Gunung ini menjadi lokasi penting dalam kisah Nabi Musa AS.
Dalam Al-Qur'an, Gunung Sinai disebutkan beberapa kali, seringkali dikaitkan dengan peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Musa. Salah satunya adalah saat Allah SWT berfirman kepadanya dari balik pohon yang bercahaya di Gunung Sinai, sebuah momen monumental ketika Nabi Musa diutus menjadi rasul. Momen ini menandai awal dari perjuangan Nabi Musa untuk membebaskan Bani Israil dari penindasan Fir'aun.
Disebutkannya Gunung Sinai dalam sumpah Allah SWT pada surat At-Tin ayat 2 ini memberikan beberapa lapisan makna. Pertama, ini adalah pengakuan terhadap kebesaran Allah SWT yang mampu menciptakan dan memilih tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi sebagai saksi keesaan-Nya. Gunung Sinai bukan sekadar formasi geologis biasa, melainkan sebuah tempat yang disucikan oleh peristiwa wahyu ilahi.
Kedua, sumpah ini dapat diartikan sebagai penegasan akan kebenaran risalah yang dibawa oleh para nabi, terutama Nabi Musa AS. Dengan bersumpah demi Gunung Sinai, Allah seolah menegaskan bahwa peristiwa kenabian dan wahyu yang terjadi di sana adalah nyata dan merupakan bagian dari rencana ilahi. Ini juga secara implisit menyoroti pentingnya menerima petunjuk dan ajaran yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan-Nya.
Dalam konteks surat At-Tin secara keseluruhan, sumpah demi buah tin, zaitun, dan Gunung Sinai ini memiliki keterkaitan yang erat. Para ulama tafsir menyebutkan bahwa buah tin dan zaitun tumbuh subur di wilayah Syam (Levant), yang mencakup Palestina dan sekitarnya, termasuk di dekat kaki Gunung Sinai. Wilayah ini merupakan tempat di mana banyak nabi diutus dan sejarah penting para nabi terjadi.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa buah tin melambangkan Nabi Nuh AS, karena disebutkan bahwa beliau berdiam di dekat pohon tin setelah perjalanannya di kapal. Sementara buah zaitun dikaitkan dengan Nabi Isa AS, karena minyak zaitun sering digunakan sebagai penerangan dan pengobatan, serta beliau sendiri lahir di wilayah yang subur seperti Palestina.
Dengan demikian, ketika Allah bersumpah demi buah tin, zaitun, dan Gunung Sinai, Ia sedang mengaitkan sumpah tersebut dengan para nabi besar dan risalah yang mereka bawa. Ini adalah cara Allah untuk menegaskan pentingnya ajaran tauhid (keesaan Allah) yang senantiasa dibawa oleh seluruh nabi, dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Para ahli tafsir juga menyoroti bahwa penamaan "Sinai" pada gunung tersebut memiliki arti yang beragam. Ada yang mengartikannya sebagai "yang diberkahi" atau "tempat yang penuh kebaikan". Pilihan nama ini semakin memperkuat bahwa Gunung Sinai adalah tempat yang memiliki nilai spiritual tinggi dan penuh keberkahan ilahi.
Makna surat At-Tin ayat 2, "Wattūri Sīnīn", mengajak kita untuk merenungkan sejarah para nabi dan bagaimana Allah SWT senantiasa mengirimkan petunjuk-Nya kepada umat manusia melalui para utusan-Nya. Sumpah ini menegaskan kebenaran risalah dan pentingnya mengikuti ajaran yang telah diturunkan.
Buah tin dan zaitun, serta Gunung Sinai, menjadi saksi bisu dari perjuangan para nabi dan turunnya wahyu. Melalui ayat ini, Allah mengingatkan kita bahwa kita hidup dalam sebuah rangkaian sejarah kenabian yang saling terkait, yang berpuncak pada risalah Islam. Penting bagi kita untuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah para nabi, meneladani akhlak mereka, dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an yang merupakan kitab suci penutup.
Pada akhirnya, pemahaman arti surat At-Tin ayat 2 ini bukan sekadar pengetahuan tentang nama tempat, melainkan sebuah ajakan untuk lebih menghargai dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT serta sejarah panjang dakwah para nabi yang tujuannya adalah untuk membimbing manusia menuju kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.