Ilustrasi pohon tin dan zaitun, simbol dari sumpah Allah dalam QS At-Tin.

Arti Surat At-Tin Ayat 1: Sumpah Allah dengan Buah yang Mulia

Surat At-Tin merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang sarat makna mendalam, membangkitkan perenungan tentang penciptaan manusia dan tujuan hidupnya. Ayat pertama dari surat ini, yaitu "Demi (buah) tin dan (buah) zaitun," (QS. At-Tin: 1) menjadi pembuka yang memukau sekaligus misterius bagi banyak pembaca. Pertanyaan yang kerap muncul adalah: mengapa Allah bersumpah dengan kedua buah ini? Apa makna simbolis dan spiritual yang terkandung di dalamnya?

Dalam tradisi keagamaan, sumpah yang diucapkan oleh Allah SWT memiliki kedudukan yang sangat penting. Allah tidak bersumpah kecuali dengan sesuatu yang memiliki kedudukan tinggi dan agung. Sumpah ini menunjukkan betapa besar signifikansi dari objek yang disumpah, sekaligus untuk menegaskan atau menekankan suatu kebenaran yang akan disampaikan setelahnya. Dalam konteks Surat At-Tin ayat 1, sumpah dengan buah tin dan zaitun mengantarkan kita pada penjelasan tentang kemuliaan manusia dan kemudian tantangan yang dihadapinya, serta bagaimana keimanan dan amal saleh menjadi kunci untuk mengembalikan martabat manusia.

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (Demi (buah) tin dan (buah) zaitun)

Simbol Buah Tin dan Zaitun

Para ulama tafsir memiliki beragam pandangan mengenai makna spesifik dari "tin" dan "zaitun". Namun, mayoritas sepakat bahwa keduanya merujuk pada buah yang memiliki khasiat kesehatan dan manfaat yang luar biasa, serta memiliki nilai sejarah dan spiritual yang panjang dalam peradaban manusia, khususnya di kalangan para nabi.

Buah Tin (التين - At-Tin): Buah tin adalah buah yang manis, lezat, dan kaya akan nutrisi. Dalam sejarah, buah ini disebutkan dalam berbagai literatur keagamaan dan diyakini sebagai salah satu buah surga. Tin dikenal sebagai sumber serat, vitamin, dan mineral yang baik. Keberadaannya sering dikaitkan dengan kesuburan dan kemakmuran. Beberapa tafsir juga mengaitkan "tin" dengan tempat di mana Nabi Nuh AS mendarat setelah banjir besar, atau merujuk pada Baitul Maqdis (Yerusalem) yang merupakan tanah suci dan tempat para nabi diutus.

Buah Zaitun (الزَّيْتُونِ - Az-Zaytun): Zaitun juga merupakan buah yang sangat istimewa. Minyak zaitun yang dihasilkan dari buah ini dikenal karena khasiat penyembuhannya yang luar biasa. Dalam Al-Qur'an, pohon zaitun juga disebutkan sebagai pohon yang diberkahi, bahkan disebutkan dalam surat An-Nur ayat 35: "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang berisi pelita, pelita itu di dalam tabung (gelas) dan tabung (gelas) itu laksana bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tidak tumbuh di timur (maupun) di baratnya, yang minyaknya (saja) hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)...". Keberkahan ini menunjukkan keutamaan dan manfaatnya yang besar, baik secara fisik maupun spiritual. Zaitun juga dikaitkan dengan perdamaian dan kebijaksanaan.

Mengapa Sumpah?

Dengan menyebutkan tin dan zaitun, Allah SWT seolah ingin mengingatkan manusia akan keindahan, kesempurnaan, dan manfaat luar biasa yang diciptakan-Nya. Ini adalah pengingat akan kekuasaan dan karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya melalui ciptaan-Nya yang berharga. Sumpah ini juga bisa diartikan sebagai penekanan bahwa apa yang akan dijelaskan setelahnya adalah kebenaran yang hakiki dan tidak dapat diragukan.

Para mufassir seperti Ibnu Katsir berpendapat bahwa tin dan zaitun bisa juga merujuk pada tempat-tempat suci. Buah tin sering diasosiasikan dengan Syam (negeri Palestina, Suriah, Yordania, Lebanon) tempat diutusnya banyak nabi, termasuk Nabi Isa AS. Sementara zaitun secara khusus diasosiasikan dengan Baitul Maqdis (Yerusalem). Dengan bersumpah pada tempat-tempat yang mulia ini, Allah menegaskan kemuliaan risalah dan para nabi yang diutus di sana.

Selanjutnya, setelah bersumpah dengan dua buah yang mulia ini, Allah SWT mengaitkannya dengan penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam ayat berikutnya: "dan demi bukit Sinai, dan demi negeri yang aman ini (Mekah)." (QS. At-Tin: 2-3). Kombinasi sumpah ini memperkuat pesan tentang keagungan ciptaan Allah, kemuliaan tempat-tempat suci, dan pada akhirnya, kemuliaan penciptaan manusia itu sendiri.

Memahami arti Surat At-Tin ayat 1 ini mengajak kita untuk lebih bersyukur atas nikmat Allah, merenungi kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya, serta memahami posisi manusia yang telah diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Ini adalah fondasi untuk memahami kelanjutan ayat-ayat Surat At-Tin yang membahas tentang jatuh bangunnya martabat manusia.

🏠 Homepage