Surat At-Tin merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang penuh dengan makna mendalam, mengingatkan kita akan kesempurnaan ciptaan Allah SWT. Salah satu ayat yang seringkali menjadi pusat perhatian adalah ayat kelima, yang membahas tentang penciptaan manusia. Memahami arti surat At Tin ayat ke 5 bukan hanya sekadar mengetahui terjemahannya, tetapi juga merenungkan betapa agungnya Allah dalam membentuk diri kita.
Ayat kelima dari Surat At-Tin berbunyi:
Terjemahan dari ayat ini adalah: "Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya."
Beberapa mufassir (ahli tafsir) juga mengartikan ayat ini dengan berbagai sudut pandang, namun inti maknanya tetap merujuk pada kondisi manusia yang dapat jatuh ke derajat yang paling hina jika tidak memanfaatkan anugerah akal dan keimanan yang diberikan.
Sebelum memahami ayat kelima secara terpisah, penting untuk melihat konteks surat At-Tin secara keseluruhan. Surat ini diawali dengan sumpah Allah menggunakan buah tin dan zaitun, yang merupakan simbol kesuburan dan kebaikan. Allah juga bersumpah dengan gunung Sinai dan negeri yang aman (Mekkah). Sumpah-sumpah ini menjadi penekanan betapa pentingnya risalah yang akan disampaikan.
Selanjutnya, pada ayat ketiga, Allah berfirman, "Dan demi negeri (Mekkah) yang aman ini." (QS. At-Tin: 3). Kemudian dilanjutkan dengan ayat keempat, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4). Ayat inilah yang menjadi pijakan utama untuk memahami ayat kelima. Allah menekankan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, memiliki akal budi, kemampuan berpikir, dan potensi spiritual yang luar biasa.
Setelah menegaskan kesempurnaan penciptaan manusia, Allah kemudian melanjutkan dengan firman-Nya dalam ayat kelima. Frasa "kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya" (ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ) seringkali menimbulkan pertanyaan. Apa yang dimaksud dengan "tempat yang serendah-rendahnya" ini?
Mayoritas ulama tafsir sepakat bahwa makna ayat ini merujuk pada dua kemungkinan utama, yang keduanya sangat berkaitan dengan pilihan dan tindakan manusia:
Inti dari kedua penafsiran ini adalah bahwa kesempurnaan ciptaan yang Allah berikan adalah sebuah amanah. Jika amanah ini disalahgunakan, maka manusia bisa terjebak dalam kehinaan. Sebaliknya, jika dimanfaatkan dengan baik, dijaga dengan iman dan amal saleh, maka manusia akan tetap berada di puncak kemuliaan.
Memahami arti surat At Tin ayat ke 5 memberikan kita pelajaran yang sangat penting:
Surat At-Tin, khususnya ayat kelimanya, mengingatkan kita bahwa menjadi "bentuk yang sebaik-baiknya" bukanlah jaminan mutlak kemuliaan abadi. Kemuliaan itu harus dijaga dan dipertahankan melalui iman, ketaqwaan, dan amal saleh. Dengan merenungkan arti surat At Tin ayat ke 5, kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas nikmat penciptaan, berhati-hati dalam setiap langkah dan pilihan, serta senantiasa memohon perlindungan Allah agar tidak tergolong orang-orang yang jatuh ke tempat yang paling hina.