Simbol Daun Zaitun

Menyingkap Keindahan dan Makna Bahasa Arab Surat At-Tin

Surat At-Tin, surat ke-95 dalam Al-Qur'an, merupakan salah satu surat pendek yang sarat akan makna mendalam. Turun di Mekkah, surat ini dikenal karena sumpah Allah SWT yang diawali dengan menyebutkan dua buah yang sangat istimewa: buah tin dan buah zaitun. Dalam bahasa Arab, surat ini memiliki keindahan tersendiri baik dari segi lafal maupun kandungannya, yang mengajak setiap Muslim untuk merenungkan kebesaran ciptaan Allah dan hakikat penciptaan manusia.

Teks Arab, Latin, dan Terjemahan Surat At-Tin

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ
1. Wattīni wazzaytūn

1. Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,

وَطُورِ سِينِينَ
2. Wa ṭūri sīmīn

2. dan demi Gunung Sinai,

وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ
3. Wa hādhā al-balad al-amīn

3. dan demi kota (Mekah) ini yang aman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
4. Laqad khalaqnā al-insāna fī aḥsani taqwīm

4. sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
5. Tsumma radar'nāhu asfala sāfilīn

5. kemudian Kami mengembalikannya (ke tempat yang) serendah-rendahnya,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
6. Illal-ladhīna āmanū wa ‘amilūṣ-ṣāliḥāti falahum ajrun ghayru mamnūn

6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ
7. Famā yukadhibuka ba‘du bid-dīn

7. Maka apakah yang membuatmu mendustakan (hari) Pembalasan setelah (bukti-bukti) itu?

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ
8. Alaysa Allāhu bi aḥkamil-ḥākimīn

8. Bukankah Allah hakim yang paling adil?

Kajian Mendalam Surat At-Tin dalam Bahasa Arab

Ayat-ayat pertama dari Surat At-Tin diawali dengan sumpah Allah SWT. Penggunaan kata "Wa" (وَ) yang berarti "dan" dalam bahasa Arab seringkali mengawali sumpah ilahi. Sumpah ini mencakup beberapa elemen penting dari alam dan sejarah peradaban manusia:

Setelah mengawali dengan sumpah, Allah SWT kemudian menjelaskan salah satu penciptaan-Nya yang paling agung, yaitu manusia. Dalam ayat keempat, Allah menegaskan bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam "bentuk yang sebaik-baiknya" (فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ). Frasa ini dalam bahasa Arab mengandung makna kesempurnaan fisik, akal pikiran, dan potensi spiritual yang luar biasa. Manusia diberikan akal untuk berpikir, hati untuk merasa, dan tubuh yang proporsional untuk beribadah.

Namun, kesempurnaan ini tidak menjamin keselamatan abadi. Ayat kelima menyebutkan, "kemudian Kami mengembalikannya (ke tempat yang) serendah-rendahnya" (ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ). Ayat ini bisa diartikan dalam beberapa cara. Sebagian menafsirkan sebagai kembali ke usia tua yang lemah, sementara yang lain menafsirkan sebagai kembali ke neraka jika tidak menggunakan anugerah kesempurnaan tersebut untuk kebaikan.

Titik balik datang pada ayat keenam. Allah memberikan pengecualian bagi mereka yang memiliki keimanan yang kuat dan mengamalkan amal saleh. Bagi mereka, disediakan pahala yang tak terputus (أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ). Frasa "ghayru mamnūn" secara harfiah berarti tidak terputus, tidak dibatasi, dan tidak terhitung. Ini menggambarkan kenikmatan surga yang kekal dan tak terhingga.

Ayat ketujuh kemudian menyindir mereka yang tetap mengingkari adanya hari pembalasan (فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ). Setelah segala bukti dan peringatan yang diberikan, masihkah ada alasan untuk mendustakan kebangkitan dan perhitungan amal?

Puncak dari surat ini adalah penegasan keadilan Allah SWT dalam ayat terakhir: "Bukankah Allah hakim yang paling adil?" (أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ). Dengan keagungan dan keadilan-Nya, Allah akan memberikan balasan yang setimpal bagi setiap hamba-Nya.

Memahami Surat At-Tin dalam bahasa Arab bukan hanya tentang menghafal teksnya, tetapi juga meresapi setiap kata dan makna yang terkandung di dalamnya. Ini adalah pengingat konstan tentang karunia penciptaan manusia, tanggung jawab kita untuk menjaga kesempurnaan tersebut, serta janji dan ancaman yang akan dihadapi di akhirat. Surat ini membimbing kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah melalui iman dan amal saleh, agar kita termasuk dalam golongan yang meraih pahala tanpa putus.

🏠 Homepage