Dalam ajaran Islam, sosok Bunda Maria, yang dikenal sebagai Maryam binti 'Imran, memegang posisi yang sangat mulia dan terhormat. Ia bukan hanya seorang wanita biasa, tetapi diakui sebagai salah satu wanita paling suci dan terpilih dalam sejarah manusia. Keberadaannya dihormati dalam Al-Qur'an dan menjadi teladan bagi seluruh umat Muslim, khususnya perempuan. Pengakuan ini menegaskan pentingnya peran perempuan dalam narasi keagamaan dan spiritualitas.
Nama Maryam disebut sebanyak 34 kali dalam Al-Qur'an, yang menunjukkan betapa pentingnya sosoknya dalam kitab suci umat Islam. Al-Qur'an menceritakan kisah kelahirannya yang ajaib, pengabdiannya kepada Allah, dan yang paling menonjol adalah peristiwa kehamilannya dari Nabi Isa al-Masih (Yesus Kristus). Surah Maryam secara khusus didedikasikan untuk menceritakan kisah kehidupannya, mulai dari masa kecilnya di bawah asuhan Nabi Zakariya hingga kelahiran putranya.
Salah satu ayat yang paling sering dikutip mengenai Maryam adalah QS. Ali 'Imran [3]:42-43: "Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (di zamanmu)." "Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujudlah dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'." Ayat-ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Maryam adalah wanita yang dipilih, disucikan, dan diutamakan di atas semua wanita lainnya di zamannya. Ini adalah pengakuan yang sangat tinggi yang diberikan oleh Allah SWT kepada Maryam.
Kisah paling monumental tentang Maryam adalah kelahirannya dari Nabi Isa AS melalui proses yang luar biasa. Al-Qur'an menjelaskan bahwa Maryam mengandung Isa tanpa campur tangan seorang ayah, sebagai tanda kekuasaan Allah. Ketika kaumnya meragukan dan mencelanya, Maryam tetap teguh pada keimanannya dan mempercayakan segalanya kepada Allah. Ia dengan sabar menghadapi cobaan ini, bahkan saat proses persalinan.
Peristiwa ini tercatat dalam QS. Maryam [19]:16-26, yang menceritakan bagaimana Maryam pergi ke tempat yang terpencil untuk melahirkan. Di sana, Allah SWT menurunkan pertolongan-Nya. Ia diperintahkan untuk mengguncang pohon kurma agar berjatuhan buah yang segar untuknya, dan minum dari mata air yang mengalir. Saat ia kembali kepada kaumnya dengan bayi Isa, mereka menuduhnya melakukan perbuatan hina. Namun, Allah memberikan mukjizat; bayi Isa yang baru lahir dapat berbicara dan membela ibunya, menyatakan bahwa ia adalah hamba Allah yang diberi kitab dan dijadikan nabi.
Kisah ini bukan hanya tentang kebesaran Allah dalam menciptakan Isa AS, tetapi juga tentang kekuatan iman dan kesabaran Maryam dalam menghadapi fitnah. Ia tidak hanya seorang ibu yang dipilih, tetapi juga seorang wanita yang menunjukkan keteguhan hati luar biasa di tengah tekanan sosial.
Bagi umat Islam, Maryam adalah teladan sempurna bagi para wanita mukminah. Kehidupannya mencerminkan berbagai nilai luhur:
Oleh karena itu, surah yang dinamai sesuai namanya, Surah Maryam, menjadi pengingat abadi akan keagungan dan kemuliaan wanita yang dikasihi Allah ini. Pengakuan terhadap Maryam dalam Islam menunjukkan inklusivitas ajaran Islam yang menghargai dan mengangkat derajat perempuan, serta memberikan contoh teladan yang inspiratif. Ia menjadi bukti bahwa kesucian, keteguhan, dan kedekatan dengan Tuhan dapat dicapai oleh siapa saja, terlepas dari gender.
Bunda Maria, atau Maryam binti 'Imran, adalah sosok sentral dalam kisah kenabian dan spiritualitas Islam. Pengakuannya sebagai wanita paling mulia dan suci, serta kisah kehidupannya yang penuh mukjizat, menegaskan posisinya yang tinggi dalam pandangan Islam. Ia bukan hanya ibu dari seorang nabi besar, tetapi juga seorang mukminah sejati yang layak menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Kehormatan yang diberikan kepadanya merupakan cerminan dari nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dalam agama ini.