Kisah Keutamaan Surat At-Tin: Menempati Urutan Surat yang ke-95 dalam Al-Qur'an

Al-Qur'anul Karim, kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, merupakan pedoman hidup umat Islam yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Di dalamnya terdapat 114 surat dengan pesan-pesan ilahi yang mendalam dan berharga. Setiap surat memiliki keistimewaannya sendiri, dan pada kesempatan ini, kita akan membahas sebuah surat pendek namun sarat makna, yaitu Surat At-Tin.

Bagi para penuntut ilmu dan pencinta Al-Qur'an, mengetahui urutan surat-surat dalam mushaf adalah salah satu bagian dari pengetahuan dasar mengenai kitab suci ini. Pertanyaan mengenai "surat At-Tin menempati urutan surat yang ke" sering kali muncul. Jawabannya adalah: Surat At-Tin menempati urutan surat yang ke-95 dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Surat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyah, yang berarti diturunkan sebelum Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah.

Ikon Pohon Zaitun yang Melambangkan Surat At-Tin

Simbol pohon zaitun, salah satu sumpah dalam Surat At-Tin.

Kandungan dan Keutamaan Surat At-Tin

Surat At-Tin terdiri dari 8 ayat. Dinamai At-Tin karena Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan menyebut buah tin dan zaitun pada permulaan suratnya. Sumpah ini menunjukkan betapa agung dan pentingnya kedua buah tersebut, serta menjadi penanda mukjizat yang terkandung dalam surat ini.

Ayat pertama Surat At-Tin berbunyi: "Demi (buah) tin dan (buah) zaitun," (QS. At-Tin: 1). Sumpah ini mengandung berbagai tafsir dari para ulama. Ada yang berpendapat bahwa tin dan zaitun adalah nama tempat, ada pula yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah pohon tin dan pohon zaitun. Buah tin dikenal sebagai buah yang memiliki khasiat kesehatan tinggi dan kaya akan nutrisi, sementara zaitun juga merupakan sumber minyak yang berkhasiat. Keduanya tumbuh subur di daerah Syam, tempat para nabi banyak diutus.

Selanjutnya, Allah bersumpah dengan menyebut gunung Sinai: "Dan demi gunung Tursina (Sinai)," (QS. At-Tin: 2). Gunung Tursina adalah tempat Nabi Musa 'alaihissalam menerima wahyu. Kemudian, Allah bersumpah dengan menyebut negeri Makkah yang aman: "Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini," (QS. At-Tin: 3). Sumpah-sumpah ini menjadi penegas akan keagungan ciptaan Allah dan sebagai awalan untuk menjelaskan sebuah topik penting.

Setelah itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan tujuan penciptaan manusia: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4). Ayat ini menekankan kesempurnaan fisik dan akal yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Namun, kesempurnaan ini bisa berbalik menjadi kehinaan jika manusia tidak mensyukuri nikmat dan malah ingkar kepada Tuhannya.

Surat ini kemudian menggambarkan kondisi manusia yang bisa terjerumus ke dalam kehinaan: "Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya," (QS. At-Tin: 5). Para mufassir menafsirkan "tempat yang serendah-rendahnya" ini sebagai neraka Jahanam bagi orang-orang yang kufur dan durhaka.

Namun, ada pengecualian bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Allah berfirman: "kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin: 6). Ayat ini memberikan harapan besar bagi setiap individu. Keimanan yang dibarengi dengan amal perbuatan baik adalah kunci untuk meraih kebahagiaan abadi dan pahala yang tak terputus.

Menyikapi kalam Allah ini, timbul sebuah pertanyaan dari orang-orang kafir, seperti yang disebutkan dalam ayat berikutnya: "Maka apakah yang membuatmu mendustakan (hari) pembalasan setelah (datangnya) keterangan-keterangan itu?" (QS. At-Tin: 7). Ayat ini retoris, mengajak manusia untuk merenung mengapa mereka masih mengingkari adanya hari pembalasan padahal bukti-bukti kebesaran Allah begitu nyata.

Allah menutup surat ini dengan menegaskan kekuasaan-Nya sebagai hakim yang paling adil: "Bukankah Allah Hakim yang paling adil?" (QS. At-Tin: 8). Ayat ini merupakan penegasan bahwa setiap amal perbuatan manusia akan diperhitungkan, dan Allah adalah Sang Pengadil yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Dengan demikian, Surat At-Tin yang menempati urutan surat ke-95 ini mengingatkan kita akan tiga hal penting:

Mempelajari dan merenungkan makna Surat At-Tin memberikan pencerahan bagi hati dan membimbing kita untuk selalu berada di jalan kebenaran, mensyukuri nikmat Allah, serta mempersiapkan diri menghadapi hari pertanggungjawaban.

🏠 Homepage