Simbol umum yang menggambarkan kebijaksanaan dan panduan.
Surah At-Tin adalah surah ke-95 dalam Al-Qur'an, terdiri dari delapan ayat. Dinamakan "At-Tin" yang berarti "Buah Tin" diambil dari ayat pertama surah ini. Surah ini memiliki pesan moral yang mendalam tentang penciptaan manusia, derajat kemuliaan yang dianugerahkan kepadanya, serta konsekuensi dari perbuatan baik dan buruk.
Dalam surah ini, Allah SWT bersumpah dengan menggunakan dua buah yang memiliki nilai historis dan simbolis penting, yaitu buah tin dan buah zaitun. Sumpah ini menekankan pentingnya kebenaran dan makna yang terkandung dalam ayat-ayat selanjutnya. Buah tin dikenal karena khasiatnya yang luar biasa dan sering dikaitkan dengan tempat-tempat suci. Begitu pula zaitun, yang melambangkan berkah dan sumber kehidupan.
وَتِينٍ وَّالزَّيْتُونِ
dan demi (negeri) Tini dan Zaitun;
Ayat ketiga dari Surah At-Tin ini, "wa bī-tīn waz-zaytūn", secara harfiah berarti "dan demi tin dan zaitun". Sumpah ini merupakan pembuka yang sarat makna. Ulama tafsir memiliki berbagai pandangan mengenai maksud dari sumpah ini, namun mayoritas sepakat bahwa Allah bersumpah demi dua buah tersebut sebagai penekanan atas kebenaran risalah yang dibawa oleh para nabi, serta untuk mengingatkan manusia akan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang tersebar di alam semesta.
Ada beberapa penafsiran mengenai "Tin dan Zaitun" dalam ayat ini. Sebagian mengartikannya sebagai dua jenis buah yang sangat bermanfaat bagi manusia, baik dari segi gizi maupun kesehatan. Buah tin sendiri sangat kaya akan serat, vitamin, dan mineral, sementara minyak zaitun telah lama dikenal memiliki segudang manfaat. Sumpah dengan benda-benda yang bermanfaat ini menyiratkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah memiliki tujuan dan nilai, termasuk ajaran-ajaran agama yang diturunkan melalui para nabi.
Penafsiran lain menyebutkan bahwa tempat disebutnya buah tin dan zaitun merujuk pada lokasi geografis tertentu. Disebutkan bahwa buah tin banyak tumbuh di Syam (Palestina dan sekitarnya), sementara zaitun juga merupakan tanaman khas dari daerah tersebut. Wilayah ini adalah tempat diutusnya banyak nabi, seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW. Dengan bersumpah demi tempat-tempat ini, Allah seolah mengingatkan kita akan peran penting wilayah tersebut dalam sejarah kenabian dan penyebaran agama samawi.
Ulama lainnya berpendapat bahwa "tin" adalah sebuah gunung, sementara "zaitun" adalah sebuah pohon. Ada pula yang menafsirkan bahwa "tin" merujuk pada Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya, sementara "zaitun" merujuk pada Gunung Sinai. Apapun perbedaan penafsiran tersebut, inti maknanya adalah sebuah sumpah agung dari Allah SWT yang menggunakan ciptaan-Nya yang memiliki nilai tinggi untuk menegaskan kebenaran pesan yang akan disampaikan.
Lebih dari sekadar buah atau tempat, tin dan zaitun seringkali diinterpretasikan sebagai simbol kualitas yang mulia. Buah tin yang manis dan berkhasiat melambangkan kebaikan dan keberkahan. Zaitun yang menghasilkan minyak berharga dan dapat menyala lama melambangkan cahaya ilmu dan petunjuk. Dengan sumpah ini, Allah seakan mengajak manusia untuk merenungi penciptaan-Nya yang penuh hikmah, dan mengambil pelajaran dari setiap detail alam semesta.
Dengan merenungkan ayat ketiga Surah At-Tin ini, kita diajak untuk lebih menghargai nikmat Allah yang diberikan melalui alam, termasuk buah-buahan dan tanaman yang bermanfaat. Penekanan pada sumpah ini menegaskan bahwa pesan-pesan dalam surah ini sangatlah penting dan harus diterima dengan kesungguhan. Ini adalah pengingat agar kita tidak menyia-nyiakan karunia akal dan potensi yang telah Allah anugerahkan kepada manusia.
Pesan yang terkandung dalam sumpah ini menjadi landasan untuk memahami ayat-ayat selanjutnya yang berbicara tentang penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian direndahkan derajatnya kecuali bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Sumpah dengan tin dan zaitun adalah titik tolak untuk merenungkan kemuliaan ciptaan manusia dan tanggung jawabnya untuk mempertahankan kemuliaan tersebut.