Ikon Daun Zaitun dan Tin Representasi grafis dari daun zaitun dan buah tin, melambangkan kesuburan dan berkah yang disebutkan dalam Surat At-Tin.

Tafsir Mendalam: Ayat Ke-3 dari Surat At-Tin dan Maknanya

وَتِينٍ وَزَيْتُونٍ
"dan demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,"

Surat At-Tin adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang dimulai dengan sumpah. Sumpah ini menarik perhatian para ahli tafsir karena Allah SWT tidak sering bersumpah dengan makhluk-Nya. Dalam ayat-ayat pembukaannya, Allah bersumpah dengan empat hal yang sangat dikenal oleh masyarakat Arab pada masa itu, yaitu buah Tin, buah Zaitun, Bukit Sinai (Thur), dan negeri yang aman (Mekkah).

Ayat ketiga dari surat ini secara spesifik menyebutkan, "وَتِينٍ وَزَيْتُونٍ" yang berarti "dan demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun." Penggunaan kata "wa" (dan) menunjukkan adanya kaitan dengan sumpah sebelumnya. Allah SWT bersumpah demi dua jenis buah ini yang memiliki nilai dan makna penting baik secara harfiah maupun simbolis.

Buah Tin (التين - At-Tin) dan Zaitun (الزيتون - Az-Zaitun) bukanlah buah sembarangan. Keduanya dikenal memiliki khasiat yang luar biasa dan sering dikaitkan dengan kesuburan, kesehatan, serta keberkahan. Dalam berbagai tradisi dan kitab suci, buah-buahan ini sering disebut sebagai simbol kemakmuran dan anugerah ilahi. Buah Tin memiliki rasa manis yang khas dan kaya akan serat serta nutrisi. Sementara itu, Zaitun tidak hanya menghasilkan buah yang lezat tetapi juga minyaknya yang sangat berkhasiat, yang bahkan disebut dalam Al-Qur'an sebagai "minyak yang diberkahi". Keduanya tumbuh subur di daerah-daerah yang subur, menandakan kemurahan rezeki dan berkah dari Allah.

Para ulama tafsir memberikan berbagai pandangan mengenai alasan dipilihnya Tin dan Zaitun sebagai objek sumpah. Salah satu penafsiran adalah bahwa Allah bersumpah demi keduanya sebagai penekanan terhadap pentingnya tempat-tempat di mana keduanya tumbuh subur, yaitu negeri Syam (yang mencakup Palestina, Suriah, Yordania, dan Lebanon) dan beberapa daerah lain yang diberkahi. Negeri Syam adalah tanah para nabi, tempat diutusnya banyak rasul seperti Nabi Ibrahim AS, Nabi Luth AS, Nabi Syu'aib AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Dengan menyebut Tin dan Zaitun, Allah seolah mengingatkan kita akan anugerah-Nya yang besar di tempat-tempat tersebut, yang telah menjadi saksi bisu perjuangan para nabi dalam menegakkan kebenaran.

Ada pula yang berpendapat bahwa Allah bersumpah dengan Tin dan Zaitun karena keduanya adalah buah-buahan yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia, baik untuk dimakan langsung maupun diolah menjadi minyak. Hal ini menunjukkan bagaimana Allah telah menciptakan berbagai macam nikmat di muka bumi demi kemaslahatan umat manusia. Sumpah ini menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah yang memiliki tujuan dan hikmah.

Dalam konteks yang lebih luas, buah Tin dan Zaitun bisa juga diartikan sebagai simbol dari kedua macam manusia atau dua jenis ajaran. Buah Tin yang rasanya manis dan lembut dapat diibaratkan sebagai manusia yang berperilaku baik, berakhlak mulia, dan hatinya lembut. Sementara Zaitun, yang sering diolah menjadi minyak yang jernih dan bisa menyala, dapat diibaratkan sebagai orang yang senantiasa berbuat kebaikan, memberikan pencerahan, dan menerangi jalan bagi orang lain, seperti para ulama atau ahli ibadah yang senantiasa mendedikasikan dirinya untuk agama dan umat.

Makna lain yang dapat diambil adalah bahwa sumpah ini juga bisa merujuk pada dua tempat suci yang sangat penting dalam Islam: Masjidil Aqsa yang berada di Syam, di mana pohon Tin dan Zaitun tumbuh subur, dan Kota Mekkah Al-Mukarramah yang merupakan kiblat umat Islam. Kedua tempat ini memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Islam dan merupakan pusat spiritualitas bagi miliaran umat Muslim di seluruh dunia. Dengan demikian, sumpah ini memiliki kedalaman makna yang melampaui sekadar penyebutan nama buah.

Ayat ketiga ini, bersama dengan ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya, mengajak kita untuk merenungkan kebesaran Allah SWT yang tersirat dalam ciptaan-Nya. Sumpah dengan Tin dan Zaitun bukan hanya untuk menakjubkan pendengar, tetapi untuk menggugah kesadaran kita akan nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya, serta signifikansi tempat dan amalan yang terkait dengannya. Ini adalah undangan untuk mensyukuri karunia-Nya dan menggunakan segala anugerah tersebut untuk kebaikan dan ketaatan kepada-Nya.

🏠 Homepage