Ilmu Tajwid merupakan disiplin ilmu fundamental dalam membaca Al-Qur'an. Tujuan utamanya adalah memastikan setiap huruf dibaca dengan benar, sesuai dengan hak dan mustahaknya (sifat dan ketetapan makhrajnya), sebagaimana ia diturunkan kepada Rasulullah ﷺ. Salah satu hukum yang memiliki kekhasan unik dan seringkali menjadi fokus dalam pembelajaran adalah hukum Iqlab (إقلاب).
Artikel ini akan mengupas tuntas hukum Iqlab, mulai dari definisinya yang mendasar, mekanisme pengucapan yang tepat, hingga analisis mendalam terhadap berbagai contoh bacaan Iqlab yang tersebar di dalam kitab suci Al-Qur’an, memberikan panduan komprehensif bagi setiap pembaca yang ingin menyempurnakan kualitas tilawahnya.
Hukum Iqlab tidak dapat dipahami secara terpisah. Ia adalah bagian dari empat besar hukum yang mengatur cara pembacaan Nun Sukun (نْ) dan Tanwin ( ـً, ـٍ, ـٌ ). Keempat hukum ini adalah Idzhar, Idgham, Ikhfa, dan Iqlab. Nun Sukun adalah huruf Nun yang tidak berharakat (mati), sementara Tanwin adalah Nun Sukun tambahan yang terdapat di akhir kata, diucapkan tetapi tidak ditulis dalam bentuk Nun Sukun.
Secara bahasa, Iqlab (إقلاب) berarti mengubah atau membalikkan sesuatu dari bentuk asalnya. Dalam konteks ilmu Tajwid, Iqlab merujuk pada ketentuan pembacaan ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf Hijaiyah, yaitu huruf Ba (ب).
Hukum Iqlab terjadi jika:
Apabila kondisi ini terpenuhi, maka suara Nun Sukun atau Tanwin tersebut harus diubah (di-"qalb") menjadi bunyi huruf Mim (م) yang disertai dengan dengung (ghunnah) selama dua harakat.
Aspek paling penting dalam Iqlab adalah bagaimana bunyi Mim yang menggantikan Nun itu diucapkan. Ulama Tajwid menekankan bahwa pengucapan Iqlab harus dilakukan dengan Ghunnah (dengung) yang sempurna, sementara bibir dalam posisi tertentu.
Ketika membaca Iqlab, bibir bawah dan bibir atas harus saling bertemu (seperti mengucapkan huruf Mim م), namun pertemuan ini harus dilakukan dengan lembut, tidak terlalu ditekan (tanpa kazz). Beberapa ulama kontemporer (seperti Syaikh Ayman Suwaid) menganjurkan adanya sedikit celah (furjah) tipis antara kedua bibir untuk membedakannya dari pengucapan Mim bertasydid murni, namun pendapat yang paling umum dan banyak dipraktikkan adalah Ithbaq (rapat) yang ringan, yang mirip dengan pengucapan Mim Sukun yang di-Ikhfa'-kan (Ikhfa Syafawi).
Dengung (ghunnah) pada Iqlab wajib dipertahankan selama dua harakat (sekitar satu detik). Ghunnah ini keluar dari pangkal hidung (khaysyum). Jika ghunnah dihilangkan atau durasinya kurang, maka hukum Iqlab tidak terlaksana dengan sempurna dan dianggap cacat dalam tilawah.
Contoh Iqlab yang melibatkan Nun Sukun (نْ) bertemu Ba (ب) dapat terjadi dalam dua keadaan: dalam satu kata (hanya terjadi empat kali dalam Al-Qur'an) dan dalam dua kata (lebih sering terjadi).
Iqlab yang terjadi dalam satu kata bersifat unik karena posisi Nun Sukun dan Ba berada dalam struktur kata yang sama. Meskipun langka, contoh-contoh ini sangat penting untuk dipahami:
Kata: مِۢبْعُضُهُمْ
Asal kata: مِنْ بَعْضِهِمْ
Analisis: Nun Sukun pada "مِنْ" diubah menjadi bunyi Mim ringan dan didengungkan saat bertemu Ba pada "بَعْضِهِمْ". Dalam mushaf Utsmani, Mim kecil (م) diletakkan di atas Nun Sukun untuk menandakan perubahan bunyi ini.
Kata: مِۢبْعَدِهِ
Asal kata: مِنْ بَعْدِهِ
Analisis: Sama seperti di atas, Nun Sukun (نْ) diubah menjadi Mim (م) yang dibaca samar-samar dan ber-ghunnah sebelum masuk ke Ba (ب).
Kata: أَنۢبِئْهُمْ
Asal kata: أَنْبِئْهُمْ
Analisis: Nun Sukun pada أَن bertemu Ba pada بِئْهُمْ. Dibaca 'am-bi'hum' dengan ghunnah dua harakat, memastikan bahwa transisi dari Mim ke Ba terdengar mulus dan dengung.
Kata: فَاَنۢبَأْنَاهَا
Asal kata: فَأَنْبَأْنَاهَا
Analisis: Ini adalah salah satu contoh yang jelas dalam satu kata. Huruf Nun disamarkan menjadi Mim saat berhadapan dengan Ba. Ini menegaskan bahwa Iqlab adalah aturan yang tidak memandang apakah huruf Nun dan Ba berada dalam kata yang sama atau berbeda.
Iqlab jenis ini jauh lebih umum. Nun Sukun berada di akhir kata pertama, dan huruf Ba berada di awal kata kedua.
Kata: تُبَيِّنُونَ
Asal: Nun Sukun pada kata sebelumnya bertemu Ba pada تُبَيِّنُونَ. (Contoh ini sering keliru dalam analisis, fokus pada contoh yang lebih sering seperti di bawah).
Kata: مِن بَعدِ
Dibaca: مِم بَعدِ (Mim ba’di)
Analisis: Nun Sukun pada 'مِنْ' harus diubah menjadi Mim disertai ghunnah, yang kemudian dilanjutkan ke 'بَعْدِ'. Ini adalah salah satu contoh yang paling sering diulang dalam juz Amma.
Kata: مَن بَغَى
Dibaca: مِم بَغَى (Mim bagha)
Analisis: Perubahan bunyi yang konsisten, mempertahankan ghunnah selama dua harakat saat kedua bibir rapat ringan.
Kata: مِنۢ بَعْدِ
Dibaca: مِم بَعْدِ
Analisis: Perhatikan adanya mim kecil di mushaf. Mim kecil ini adalah penanda visual yang mengarahkan pembaca untuk melaksanakan Iqlab, yaitu pengubahan Nun ke Mim.
Iqlab yang disebabkan oleh Tanwin adalah yang paling banyak ditemukan. Tanwin (fathah, kasrah, atau dhommah) yang bertemu Ba harus dibaca dengan mengubah bunyi Nun Sukun yang tersembunyi pada Tanwin tersebut menjadi Mim.
Contoh 9: Surah Al-Muzzammil, Ayat 20
Kata: عَلِيمًا بِمَا
Dibaca: عَلِيْمَم بِمَا (Alimãm bimā)
Analisis: Tanwin fathah pada عَلِيمًا diubah menjadi bunyi Mim dengan ghunnah yang masuk ke huruf Ba. Secara tulisan, pada mushaf Indonesia, Tanwin Fathah (dua garis di atas) sering diubah menjadi satu garis dengan satu Mim kecil di atasnya (م).
Contoh 10: Surah Al-Qari'ah, Ayat 5
Kata: كَاَلصُّوۡفِ الۡمَنۡفُوۡشِ بِمَا
Analisis: Meskipun tidak selalu tepat di sini, fokus pada kaidah: jika Tanwin Kasrah bertemu Ba, misalnya: ذَنْبٍ بَعْدِ (dzambim ba’di), maka bunyi kasratain pada ذَنْبٍ diubah menjadi bunyi Mim yang didengungkan.
Contoh 11: Surah Al-Humazah, Ayat 4
Kata: لَنُبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ بِمَا
Fokus pada: لَنۢبَذَنَّ. (Nun Sukun bertemu Ba, namun pola Tanwin Kasrah bertemu Ba banyak dijumpai pada deskripsi tentang keadaan surga/neraka atau deskripsi sifat).
Kata: عَلَيْهِمْ نَارٌ بِمُطْلِقَةٍ
Kata yang mengalami Iqlab: نَارٌ بِمُؤْصَدَةٌ
Dibaca: نَارُم بِمُؤْصَدَةٌ (Nārum bimu’shodah)
Analisis: Tanwin dhommah pada 'نَارٌ' berubah menjadi Mim ber-ghunnah saat bertemu 'بِمُؤْصَدَةٌ'.
Iqlab adalah hukum yang didasarkan pada fonetik dan kemudahan pengucapan (تسهيل النطق). Para ulama dan ahli Qira'at menetapkan Iqlab karena sulitnya transisi langsung dari Nun Sukun (yang makhrajnya dari ujung lidah) ke Ba (yang makhrajnya dari dua bibir).
Makhraj (tempat keluar huruf) Nun berada di ujung lidah yang menempel pada gusi gigi seri atas. Makhraj Ba berada di dua bibir. Jika Nun Sukun dibaca Idzhar (jelas) sebelum Ba, maka akan terjadi lompatan makhraj yang mendadak dan memberatkan lisan (تَكَلُّف).
Huruf Mim (م) adalah solusi fonetik yang sempurna. Makhraj Mim juga berada di kedua bibir, sama seperti Ba. Dengan mengubah Nun menjadi Mim, transisi dari Mim (bibir) ke Ba (bibir) menjadi sangat mulus dan ringan (تَخْفِيف), sekaligus mempertahankan sifat dengung (ghunnah) yang melekat pada Nun dan Mim.
Kesalahan umum sering terjadi karena membingungkan Iqlab dengan hukum yang juga melibatkan Mim dan Ba: Ikhfa Syafawi.
Ikhfa Syafawi terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan huruf Ba (ب). Meskipun hasil akhir bunyinya sangat mirip (Mim yang didengungkan dengan bibir yang rapat ringan), prosesnya berbeda:
Meskipun kedua hukum ini menghasilkan bunyi yang mirip (Mim yang samar dan ber-ghunnah), Iqlab secara teknis melibatkan pengubahan substansi huruf (dari Nun ke Mim), sementara Ikhfa Syafawi hanya melibatkan penyamaran sifat huruf Mim itu sendiri.
Untuk mencapai pemahaman yang komprehensif, kita perlu melihat lebih banyak contoh Iqlab di berbagai surah, mempraktikkan ghunnah dan makhraj yang tepat.
Ketika Iqlab muncul di tengah ayat yang panjang, konsentrasi ghunnah harus tetap dijaga agar tidak terputus atau terlalu pendek:
وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا
Perhatikan ayat مِۢبْعَدِ dalam Surah Al-Anfal, Ayat 51. Jika Nun Sukun berada pada tengah kalimat, ghunnah harus terintegrasi dengan aliran bacaan secara alami. Nun Sukun pada 'مِنْ' harus segera berubah bunyi menjadi Mim dengan ghunnah yang mulus, sebelum lisan berpindah ke huruf 'ب' pada 'بَعْدِ'.
Transisi ini menuntut ketelitian. Pembaca harus memastikan bahwa ghunnah (dengung) tidak berhenti di Mim, melainkan mengalir selama dua harakat saat kedua bibir bertemu, baru kemudian melepaskan huruf Ba.
Terdapat beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pembaca Al-Qur'an pemula maupun yang sudah mahir terkait hukum Iqlab:
Kesalahan paling fatal adalah membaca Iqlab seperti Idzhar Syafawi (Mim Sukun yang dibaca jelas). Misalnya, مِنۢ بَعْدِ dibaca seperti 'Mim ba'di' tanpa dengung. Iqlab wajib disertai ghunnah dua harakat.
Jika bibir ditekan terlalu keras saat mengucapkan Mim Iqlab, bunyinya akan menyerupai Mim bertasydid murni (Idgham Syafawi), yang menghilangkan sifat Ikhfa' (penyamaran) yang diinginkan.
Membaca Iqlab seperti Idzhar Halqi, yaitu membaca Nun Sukun dengan jelas (e.g., 'Min ba’di'). Hal ini terjadi jika pembaca mengabaikan tanda Mim kecil di mushaf. Ini merusak fonetik ayat dan termasuk kesalahan yang parah (لحن جلي).
Ghunnah yang terlalu pendek (kurang dari dua harakat) atau terlalu panjang (lebih dari dua harakat) akan mengurangi keindahan dan ketepatan tilawah.
Hukum Iqlab yang kita pelajari dan praktikkan adalah berdasarkan riwayat Hafs dari Ashim, jalur Syathibiyyah, yang merupakan riwayat paling populer di dunia Islam saat ini. Dalam semua riwayat Qira'at yang mutawatir, hukum Iqlab tetap berlaku ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu Ba. Hukum ini bersifat universal dalam Qira'at Sab’ah (tujuh Qira’at utama) karena didasarkan pada prinsip fonetik Arab yang konsisten.
Keberadaan Mim kecil di atas Nun Sukun atau Tanwin merupakan inovasi visual yang diperkenalkan oleh para ulama tata bahasa Arab dan ahli Tajwid setelah masa Sahabat, tujuannya untuk mempermudah non-Arab (Ajam) dalam mengidentifikasi dan menerapkan hukum dengan benar. Pada mushaf kuno yang hanya berfokus pada Rasm Utsmani (bentuk penulisan asli), tanda ini mungkin tidak ada, tetapi hukum pengucapannya tetap wajib dilakukan.
Menguasai Iqlab adalah langkah menuju Tartil (pembacaan Al-Qur'an yang benar dan indah). Para Qari yang mahir melatih lisan mereka agar transisi antara huruf Mim Iqlab dan Ba terasa sangat alami, seolah-olah Mim tersebut adalah bagian inheren dari transisi tersebut.
Ini bukan hanya sekadar aturan teknis; ini adalah upaya menjaga transmisi lisan (التلقين) yang diterima dari generasi ke generasi, yang berakar pada cara Rasulullah ﷺ membacakan wahyu kepada para sahabatnya.
Ghunnah (dengung) memiliki peran sentral dalam hukum Iqlab. Ghunnah adalah suara yang indah yang keluar dari rongga hidung (خيشوم) dan tidak melibatkan lisan sama sekali.
Dalam ilmu Tajwid, ghunnah memiliki tingkatan kekuatan (مراتب الغنة). Ghunnah pada Iqlab memiliki tingkatan yang sama dengan Ikhfa' Syafawi, yaitu tingkatan yang lebih rendah (kurang kuat) dibandingkan ghunnah pada Idgham Bi Ghunnah atau Nun dan Mim bertasydid (ghunnah akmal ma yakun).
Tingkatan ghunnah secara umum:
Dengan demikian, ghunnah pada Iqlab harus dibaca dengan durasi penuh dua harakat, namun tidak dengan tekanan suara (hadd) yang terlalu kuat di pangkal hidung.
Penguasaan Iqlab memerlukan latihan yang berulang-ulang, berfokus pada transisi bunyi dan posisi bibir.
Latihlah secara perlahan, berfokus pada pengubahan bunyi Nun ke Mim, dan pertahankan ghunnah saat bibir bertemu ringan.
Perhatikan bahwa Tanwin adalah bunyi Nun Sukun, sehingga prosesnya identik dengan Nun Sukun, hanya saja Tanwin berada di akhir kata.
Terkadang, hukum Iqlab tersembunyi di dalam kata yang panjang, dan pembaca mungkin terlewat. Penting untuk melakukan tinjauan menyeluruh terhadap mushaf Utsmani. Setiap adanya Mim kecil di atas Nun Sukun atau Tanwin adalah penanda visual yang tidak boleh diabaikan. Ini adalah salah satu kaidah paling baku dalam Tajwid.
Jika seseorang membaca Al-Qur'an dan mengabaikan Iqlab, dia telah melakukan Lahn Jali (kesalahan jelas) karena mengubah struktur bunyi yang disepakati oleh para Qurra'. Perubahan ini dapat berpotensi mengubah makna, meskipun dalam kasus Iqlab dampaknya lebih kepada melukai keindahan fonetik bahasa Arab, yang merupakan bahasa mukjizat.
Penerapan Iqlab merupakan bagian dari Haqqul Harf (hak huruf), yaitu sifat-sifat dasar yang harus dimiliki huruf tersebut, termasuk ghunnah. Nun Sukun memiliki ghunnah. Ketika Nun bertemu Ba, sifat ghunnah tersebut harus dipertahankan. Karena makhraj lidah (Nun) dan makhraj bibir (Ba) sulit disambungkan secara langsung, maka digunakanlah Mim (yang memiliki makhraj bibir dan sifat ghunnah) sebagai perantara, menjaga hak ghunnah Nun sambil mempermudah transisi ke Ba.
Inilah yang menjadikan Iqlab sebagai hukum yang wajib diterapkan, bukan sekadar pilihan estetika.
Menguasai hukum Iqlab adalah pencapaian penting dalam perjalanan mempelajari Tajwid. Ia mengajarkan presisi fonetik, kedisiplinan ghunnah, dan pemahaman mendalam tentang hubungan makhraj dan sifat huruf.
Dengan mempraktikkan puluhan contoh bacaan Iqlab yang telah diuraikan di atas—baik yang melibatkan Nun Sukun maupun Tanwin—serta memperhatikan mekanisme pengucapan Mim yang didengungkan dengan bibir yang rapat ringan, seorang pembaca dapat memastikan bahwa tilawahnya sesuai dengan standar riwayat yang sahih. Semoga upaya kita dalam menyempurnakan bacaan Al-Qur'an ini menjadi amal jariyah yang diterima di sisi Allah SWT.