Bahasa Sunda, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya, memiliki akar yang dalam dalam sejarahnya. Jauh sebelum bahasa Sunda yang kita kenal saat ini, terdapat sebuah bentuk bahasa yang lebih tua dan sering disebut sebagai Bahasa Sunda Kuno. Mempelajari contoh Bahasa Sunda Kuno bukan hanya sekadar melihat pergeseran linguistik, tetapi juga membuka jendela menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang peradaban Sunda di masa lampau, nilai-nilai yang dipegang, serta cara pandang mereka terhadap dunia.
Bahasa Sunda Kuno lazim ditemukan dalam berbagai prasasti, naskah-naskah lontar, dan Carita Parahyangan. Bentuk bahasa ini menunjukkan kekhasan tersendiri, baik dalam kosakata, tata bahasa, maupun pelafalan. Meskipun memiliki kesamaan dengan bahasa Sunda modern, banyak perbedaan signifikan yang dapat ditemui, membuatnya terdengar asing namun tetap berakar pada identitas yang sama. Keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan penikmat sejarah.
Ada beberapa alasan kuat mengapa mempelajari contoh Bahasa Sunda Kuno menjadi penting:
Meskipun tidak ada rekaman audio dari bahasa Sunda kuno, para ahli linguistik dan filolog telah berhasil merekonstruksi beberapa bentuk dan contohnya berdasarkan analisis naskah-naskah yang ada. Berikut adalah beberapa contoh yang menunjukkan perbedaan dengan bahasa Sunda modern:
Beberapa kata dalam bahasa Sunda kuno memiliki bentuk yang berbeda atau bahkan makna yang telah bergeser dalam bahasa Sunda modern.
Contoh:
Struktur kalimat dalam bahasa Sunda kuno terkadang menunjukkan pola yang berbeda, terutama dalam penggunaan imbuhan dan urutan kata.
Misalnya, dalam beberapa naskah kuno, kita mungkin menemukan frasa yang menggunakan bentuk kata kerja yang lebih sederhana atau partikel yang kini sudah jarang digunakan. Perhatikan kalimat ini yang direkonstruksi dari naskah lontar:
"Iki ta ri kalih dewa…"
Terjemahan kasar dalam konteksnya bisa merujuk pada sesuatu yang berhubungan dengan "ini yang ada pada dua dewa...". Kata "ri" di sini berfungsi sebagai kata depan penunjuk keberadaan atau kepemilikan, yang serupa dengan "di" atau "pada" dalam bahasa Indonesia modern atau "dina" dalam bahasa Sunda modern.
Bahasa Sunda kuno, sebagaimana bahasa-bahasa Nusantara lainnya, juga menunjukkan adanya pengaruh dari bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa Kuno. Hal ini terlihat dari banyaknya serapan kosakata.
Sebagai contoh, kata "mantra" yang merupakan serapan dari Sansekerta, sudah umum digunakan dalam konteks keagamaan atau magis dalam bahasa Sunda kuno. Begitu juga dengan kata-kata yang berkaitan dengan konsep kerajaan, dewa, atau ritual.
Meskipun menarik, memahami bahasa Sunda kuno bukanlah hal yang mudah. Beberapa tantangan utama meliputi:
Meski demikian, upaya untuk terus menggali dan memahami bahasa Sunda kuno harus terus dilakukan. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikan kekayaan intelektual leluhur kita, agar generasi mendatang dapat terus terhubung dengan akar budayanya. Mempelajari contoh bahasa Sunda kuno adalah langkah awal yang berharga dalam perjalanan panjang ini.