Surat Al Kahfi, sebuah permata dalam Al-Qur'an, memiliki kedudukan yang sangat istimewa, terutama saat dibaca pada hari Jumat. Keutamaan membaca surah ini telah dijelaskan dalam berbagai hadits sahih, di mana salah satu janji terbesar yang diberikan adalah pancaran cahaya (Nur) yang menyinari pembacanya di antara dua Jumat, atau bahkan hingga ke Ka'bah. Namun, setelah menyelesaikan pembacaan agung ini, langkah apa yang sebaiknya kita ambil? Jawabannya terletak pada pilar ibadah yang tak terpisahkan: doa.
Membaca Al Kahfi adalah amalan lisan dan pikiran, sementara doa setelahnya adalah perwujudan pengakuan hati. Ini adalah momen untuk memohon agar pahala dari amalan tersebut diterima, dan agar pelajaran mendalam yang terkandung dalam surah itu mengakar kuat dalam jiwa. Meskipun tidak ada satu pun doa spesifik yang diwajibkan oleh Rasulullah ﷺ untuk dibaca tepat setelah Al Kahfi, tradisi ulama dan spirit ibadah menuntun kita untuk menyusun permohonan yang relevan dengan tema-tema utama surah tersebut: perlindungan dari fitnah Dajjal, keteguhan iman, kesabaran dalam mencari ilmu, dan keikhlasan dalam kekayaan.
Visualisasi Cahaya (Nur) yang Diharapkan dari Pembacaan Al Kahfi.
Dalam Islam, setiap ibadah besar, dari shalat hingga haji, diakhiri dengan doa. Doa ini berfungsi sebagai penyempurna dan penutup. Setelah kita menyelesaikan tugas spiritual membaca Surat Al Kahfi, kita berada dalam keadaan spiritual yang tinggi, menjadikan doa kita lebih dekat kepada pengabulan. Terdapat tiga tujuan utama berdoa setelah Al Kahfi:
Kita memohon kepada Allah SWT agar amalan yang telah kita kerjakan—sejumlah huruf yang telah kita baca, waktu yang telah kita korbankan—diterima sebagai ibadah murni. Keikhlasan adalah syarat mutlak, dan hanya melalui rahmat-Nya amalan kita akan dihitung.
Al Kahfi bukanlah sekadar bacaan. Ia adalah petunjuk yang mengandung solusi menghadapi empat fitnah besar: fitnah agama (Ashabul Kahf), fitnah harta (Kisah Dua Kebun), fitnah ilmu (Kisah Musa dan Khidr), dan fitnah kekuasaan (Kisah Dzul Qarnain). Doa kita harus mencerminkan permohonan agar kita mampu mengaplikasikan pelajaran ini dalam kehidupan nyata, terutama perlindungan dari fitnah terbesar, Dajjal, yang secara eksplisit dikaitkan dengan surah ini.
Cahaya yang dijanjikan oleh hadits adalah cahaya petunjuk. Doa kita memohon agar cahaya itu tidak padam, tetapi menjadi sumber keteguhan hati di tengah gelombang keraguan dan cobaan hidup. Kita meminta agar Nur yang kita peroleh melalui Surah Al Kahfi senantiasa menyertai kita, di dunia, di kubur, dan di Padang Mahsyar.
Mengingat tidak adanya redaksi spesifik yang baku, kita merangkai doa dengan merujuk pada poin-poin krusial dalam surah. Doa ini adalah kumpulan permohonan yang berakar kuat pada empat pilar kisah dalam Al Kahfi.
Doa ini adalah esensi dari janji keutamaan Al Kahfi: mendapatkan cahaya (Nur) yang meluas. Kita dapat mengadaptasi doa Nur yang ma’tsur (diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ) dan mengaitkannya dengan pembacaan surah:
Ya Allah, jadikanlah di hatiku cahaya, pada lisanku cahaya, pada pendengaranku cahaya, pada penglihatanku cahaya, dari atasku cahaya, dari bawahku cahaya, dari kananku cahaya, dari kiriku cahaya, dari depanku cahaya, dari belakangku cahaya, dan jadikanlah untukku cahaya. Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.
Paruh kedua doa di atas diambil langsung dari permohonan Ashabul Kahf (QS. Al Kahfi: 10), menunjukkan relevansi langsung: «رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا». Ini adalah doa inti keteguhan, yang seharusnya menjadi penutup spiritual bagi amalan Al Kahfi.
Fitnah Dajjal adalah tema sentral yang menghubungkan Surah Al Kahfi dan hari Jumat. Rasulullah ﷺ bersabda, barang siapa yang membaca sepuluh ayat pertama Al Kahfi, ia akan dilindungi dari Dajjal. Doa yang kita panjatkan harus memperkuat permohonan perlindungan ini.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dari keburukan fitnah Al Masih Dajjal, dan dari keburukan fitnah (yang dijelaskan dalam) Al Kahfi (yaitu fitnah agama, harta, ilmu, dan kekuasaan).
Untuk mencapai kedalaman spiritual yang diperlukan, kita harus membedah empat kisah utama dan merangkai permohonan spesifik yang berkaitan dengan hikmah dari setiap kisah tersebut. Ini adalah metode yang ampuh untuk memperkuat koneksi antara bacaan kita dan kehidupan spiritual kita.
Pemuda gua adalah simbol keteguhan iman di tengah lingkungan yang korup. Mereka rela meninggalkan kenyamanan demi menjaga tauhid. Doa yang relevan adalah memohon keteguhan (istiqamah) dan keberanian untuk menghadapi tekanan sosial yang menyimpang dari syariat.
Permohonan Kekuatan Iman:
Ya Allah, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu, dan jagalah kami dari fitnah perkataan dan perbuatan, sebagaimana Engkau menjaga Ashabul Kahf dengan rahmat-Mu. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami.
Elaborasi: Doa ini menegaskan bahwa perlindungan dari lingkungan yang buruk hanya bisa datang dari Allah, meniru kondisi Ashabul Kahf yang hanya bisa selamat setelah mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada perlindungan ilahi.
Kisah ini mengajarkan bahaya kesombongan, keangkuhan, dan lupa diri saat dianugerahi kekayaan dunia. Si pemilik kebun lupa bahwa segala kekayaan adalah pinjaman dan bisa dicabut kapan saja. Doa yang sesuai adalah memohon sifat qana'ah (merasa cukup), rasa syukur, dan kesadaran akan kefanaan dunia.
Permohonan Qana'ah dan Syukur:
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami sifat merasa cukup dengan apa yang Engkau bagikan kepada kami, jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu, lindungilah kami dari fitnah kekayaan dan kesombongan, dan jadikanlah kami termasuk orang yang mengingat kehendak-Mu (dengan mengucapkan 'Insya Allah') dalam setiap urusan.
Pentingnya pelajaran 'Insya Allah' diulang-ulang. Ketika pemilik kebun ditanya mengapa ia tidak berkata 'Insya Allah', ia justru ditimpa bencana. Maka, memasukkan permohonan untuk senantiasa mengingat kehendak Allah dalam doa menjadi sangat relevan.
Kisah ini mengajarkan bahwa ilmu Allah jauh melampaui apa yang kita ketahui, dan bahwa di balik setiap takdir yang tampak buruk, ada hikmah yang tersembunyi. Nabi Musa, meski termasuk nabi besar, harus belajar kerendahan hati dan kesabaran dari Khidr. Doa yang kita panjatkan adalah memohon kesabaran, kerendahan hati dalam mencari ilmu, dan kemampuan melihat hikmah di balik musibah.
Permohonan Hikmah dan Kesabaran:
Ya Allah, ajarkanlah kami apa yang bermanfaat bagi kami, dan berilah manfaat kepada kami dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, dan tambahkanlah ilmu kami. Anugerahkanlah kepada kami kesabaran atas perkara yang pengetahuannya belum kami pahami, dan jadikanlah kami orang yang ridha atas ketetapan dan takdir-Mu.
Dzul Qarnain adalah contoh penguasa adil yang menggunakan kekuasaannya untuk menolong orang lemah, membangun benteng, dan menyebarkan kebaikan, bukan untuk menindas. Ia menunjukkan keikhlasan dan menyandarkan semua keberhasilan kepada Tuhannya. Doa yang dipanjatkan adalah memohon kemampuan memimpin yang adil, mengelola amanah dengan baik, dan perlindungan dari kezaliman.
Permohonan Kepemimpinan dan Keadilan:
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang memanfaatkan nikmat dalam ketaatan kepada-Mu, dan jadikanlah pemimpin-pemimpin urusan kami berlaku adil. Lindungilah kami dari fitnah kekuasaan dan kesewenang-wenangan, dan bantulah kami untuk memperbaiki segala urusan kami yang telah rusak.
Gua, simbol tempat perlindungan Ashabul Kahf dari fitnah agama.
Doa setelah Al Kahfi adalah ritual penarikan manfaat spiritual. Selain empat permohonan spesifik yang disarikan dari kisah-kisah di atas, kita perlu memasukkan permohonan yang berhubungan dengan keutamaan khas surah ini.
Janji 'Nur' adalah janji terbesar. Cahaya ini bukan hanya visual, melainkan cahaya pembeda antara yang hak dan yang batil. Memohon Nurul Huda berarti meminta pencerahan terus-menerus dalam menghadapi keputusan hidup, baik besar maupun kecil.
Permohonan ini harus diulang-ulang. Kita meminta agar cahaya yang menyinari 'antara dirinya dan Ka'bah' (sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat) tidak hanya bersifat fisik, tetapi meresap ke dalam jiwa. Kita memohon agar setiap ayat yang dibaca menjadi penuntun. Kita memohon agar di saat kita terombang-ambing, cahaya Al Kahfi menarik kita kembali ke jalan yang lurus.
Setiap fitnah yang dijelaskan dalam surah, dari godaan harta hingga kesesatan ilmu, dapat diatasi hanya dengan Nur Ilahi. Tanpa cahaya, kita akan tersesat dalam kegelapan fitnah Dajjal yang merupakan puncak dari semua fitnah tersebut. Oleh karena itu, intensitas permohonan Nur haruslah maksimal.
Keseluruhan Surah Al Kahfi berbicara tentang bagaimana menjaga keistiqamahan. Pemuda gua tidur ratusan tahun untuk menjaga iman mereka. Khidr sabar dalam melaksanakan perintah Allah yang di luar logika manusia. Dzul Qarnain tetap tawadhu meskipun memiliki kekuasaan besar. Semua adalah pelajaran tentang daya tahan spiritual.
Doa kita harus mencakup permohonan daya tahan ini. Kita memohon agar ibadah yang kita lakukan, termasuk membaca Al Kahfi, tidak hanya berakhir pada hari Jumat itu saja, tetapi terus menjadi pemicu amal kebaikan di hari-hari berikutnya. Keistiqamahan adalah kunci untuk mendapatkan akhir yang baik (husnul khatimah).
Fokus Istiqamah: Perbanyak doa pengulangan niat untuk selalu kembali kepada Allah, seperti doa yang dibaca saat melihat Ashabul Kahf (QS. Al Kahfi: 10): "Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Doa ini adalah manifesto istiqamah.
Meskipun Surah Al Kahfi fokus pada ujian keimanan, tidak berarti kita mengabaikan kebutuhan duniawi. Doa yang komprehensif setelah membaca Al Kahfi harus mencakup permohonan rezeki yang halal dan keberkahan di dunia, yang semuanya sejalan dengan pelajaran dari kisah pemilik dua kebun.
Kita memohon agar rezeki yang diberikan tidak menjadi ujian yang menghancurkan (seperti yang menimpa pemilik kebun), melainkan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kita memohon agar kita dijauhkan dari mentalitas materialistik yang membuat kita lupa pada akhirat. Keseimbangan antara 'amal' (bekerja) dan 'akherat' (ibadah) adalah pesan yang sangat ditekankan.
Kaitan erat antara Al Kahfi dan Dajjal (Al Masih Ad Dajjal) menjadikan doa perlindungan dari makhluk tersebut sebagai salah satu inti terpenting dari ritual pasca-pembacaan. Mengapa Al Kahfi menjadi penawar Dajjal? Karena Dajjal akan menguji manusia melalui empat fitnah yang persis digambarkan dalam surah ini:
Maka, doa perlindungan dari Dajjal harus dibacakan dengan pemahaman penuh bahwa Surah Al Kahfi telah memberikan kita peta jalan untuk bertahan hidup dalam ujian terakhir tersebut. Kita memohon bukan hanya perlindungan fisik dari kemunculannya, tetapi perlindungan mental dan spiritual agar kita tidak termakan oleh godaan yang ia tawarkan.
Mengulang-ulang doa perlindungan Dajjal yang diajarkan dalam shalat (setelah tasyahud akhir) adalah amalan yang sangat dianjurkan sebagai penutup setelah Al Kahfi:
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Al Masih Dajjal.
Memasukkan doa ini setelah pembacaan Al Kahfi menjadikannya sangat kontekstual. Kita baru saja menyelesaikan 'penawar' Dajjal; kini kita memohon konfirmasi perlindungan dari-Nya.
Adab berdoa sangat mempengaruhi kualitas dan penerimaan doa. Setelah menyelesaikan bacaan Al Kahfi, terutama pada hari Jumat, ikutilah adab-adab ini untuk memaksimalkan peluang dikabulkannya permohonan:
Seluruh hari Jumat adalah mulia, tetapi terdapat 'sa'ah ijabah' (waktu mustajab). Sebagian ulama berpendapat waktu ini adalah antara Ashar hingga Maghrib. Jika pembacaan Al Kahfi diselesaikan dalam rentang waktu tersebut, segeralah lanjutkan dengan doa dengan penuh pengharapan.
Awali doa dengan memuji Allah (Alhamdulillah) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ini adalah kunci pembuka pintu langit, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
Angkat tangan saat berdoa sebagai tanda kerendahan dan penghambaan diri. Berdoalah dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan mengabulkannya, bahkan jika pengabulan itu tertunda atau diganti dengan yang lebih baik.
Sebelum memohon kebaikan dunia dan akhirat, mohon ampunan atas segala dosa, baik yang disadari maupun tidak disadari. Taubat yang tulus membersihkan hati, menjadikannya wadah yang lebih siap menerima berkah dan cahaya dari bacaan Al Kahfi.
Membaca Al Kahfi adalah amalan besar yang pasti memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. Kita mungkin lalai, terburu-buru, atau kurang khusyuk. Oleh karena itu, kita memohon agar Allah menutupi kekurangan tersebut dengan rahmat-Nya. Doa penutup harus mencakup permohonan ampunan yang menyeluruh.
Nilai sejati dari Surah Al Kahfi terletak pada bagaimana hikmahnya mewarnai setiap hari, bukan hanya hari Jumat. Doa setelah membacanya adalah janji kita kepada diri sendiri untuk mengingat empat pilar utama dalam menghadapi godaan modern.
Kisah Pemilik Dua Kebun adalah peringatan abadi bagi masyarakat yang terobsesi dengan kekayaan. Dalam doa, kita meminta agar kita tidak menjadi budak harta, melainkan menjadikannya alat ibadah. Kita memohon agar mata kita melihat harta sebagai fana dan hati kita tertambat pada kekayaan akhirat yang abadi.
Permohonan ini harus spesifik. Kita meminta agar Allah senantiasa mengingatkan kita pada ucapan «مَا شَاءَ اللّٰهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ» (Apa yang dikehendaki Allah, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah - QS. Al Kahfi: 39) setiap kali kita merasa bangga atau puas dengan pencapaian duniawi kita. Ini adalah rem spiritual terhadap kesombongan.
Pemuda gua tidak hanya melindungi iman mereka, tetapi mereka secara aktif menolak budaya yang bertentangan dengan tauhid. Dalam doa, kita memohon keberanian Ashabul Kahf. Kita meminta agar kita mampu menyuarakan kebenaran di tengah mayoritas yang salah, dan agar kita diberi tempat berlindung spiritual (Kahf) yang aman di tengah hiruk pikuk fitnah. Kahf bisa berupa masjid, majelis ilmu, atau komunitas yang baik.
Pengulangan doa «رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا» adalah janji untuk selalu mencari rahmat dan petunjuk lurus ketika lingkungan terasa menyesatkan.
Di era informasi, fitnah ilmu menjadi sangat berbahaya. Orang mudah merasa paling benar dan cepat menyalahkan orang lain. Kisah Musa dan Khidr mengajarkan bahwa bahkan nabi pun harus tunduk pada sumber ilmu yang lebih tinggi. Kita memohon agar kita tidak mudah menghakimi, dan selalu menyadari keterbatasan pengetahuan kita. Kita meminta agar ilmu yang kita peroleh membawa pada kerendahan hati, bukan kesombongan intelektual.
Kita harus memasukkan permohonan untuk dilindungi dari ujub (bangga diri) atas pengetahuan, karena ujub adalah penyakit yang dapat menghapus pahala. Doa untuk meminta kesabaran dalam menghadapi perkara yang tidak kita pahami adalah wujud pengakuan atas hikmah Allah yang menyeluruh.
Setiap orang memiliki kekuasaan, sekecil apapun itu (kekuasaan atas keluarga, pekerjaan, atau sumber daya). Dzul Qarnain menunjukkan bagaimana menggunakan kekuasaan untuk mencegah kerusakan. Dalam doa, kita memohon agar kita mampu menggunakan setiap potensi atau 'kekuatan' yang Allah berikan (baik fisik, intelektual, maupun finansial) untuk kebaikan, dan bukan untuk menindas atau berlaku sewenang-wenang. Kita memohon agar kita selalu mampu berkata, «هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي» (Ini adalah rahmat dari Tuhanku - QS. Al Kahfi: 98), menolak klaim pribadi atas keberhasilan.
Sebagai penutup dari serangkaian permohonan yang panjang dan mendalam ini, kita menyatukan semua maksud tersebut dalam satu doa penutup yang meliputi dunia, akhirat, dan perlindungan dari fitnah Dajjal.
Ya Allah, wahai Yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an), wahai Yang menjalankan awan, wahai Yang mengalahkan golongan musuh, jadikanlah apa yang telah kami baca pada saat ini sebagai cahaya bagi kami di kubur dan pada hari kebangkitan kami. Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, dan rahmatilah mereka sebagaimana mereka telah mendidik kami sewaktu kecil. Ya Allah, kami memohon perlindungan dari fitnah Dajjal dalam hidup dan setelah mati, dan kami memohon keteguhan di atas iman dan keyakinan, sebagaimana Engkau meneguhkan Ashabul Kahf. Dan jadikanlah kami, wahai Pelindung kami, termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu dan ridha terhadap ketetapan-Mu. Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa api neraka. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.
Doa yang berlandaskan pemahaman mendalam terhadap hikmah Surah Al Kahfi adalah jembatan yang menghubungkan amalan lisan kita dengan penerimaan ilahi. Dengan memohon cahaya, perlindungan, istiqamah, dan kesabaran, kita memastikan bahwa janji keutamaan Al Kahfi—cahaya di antara dua Jumat—menjadi kenyataan dalam kehidupan spiritual kita.
Ini adalah ritual yang harus dilakukan dengan keikhlasan total, menyadari bahwa setiap baris yang dibaca adalah peluru spiritual melawan empat jenis fitnah yang tak terhindarkan dalam perjalanan hidup ini. Dengan doa yang tulus, kita berharap cahaya Al Kahfi akan menerangi setiap langkah, menjauhkan kita dari kesesatan, dan menuntun kita menuju keridhaan-Nya yang abadi.
Marilah kita terus merenungkan ayat demi ayat, menggali makna yang tersembunyi, dan mengakhiri setiap pembacaan dengan munajat yang kuat, memohon agar kita tidak termasuk golongan yang amalannya sia-sia, tetapi termasuk golongan yang mendapatkan taufik dan hidayah di bawah naungan rahmat dan cahaya-Nya.
Pemahaman mengenai setiap permohonan ini memberikan bobot yang luar biasa pada doa setelah Al Kahfi. Ini bukan hanya sekadar mengakhiri bacaan, tetapi meluncurkan permohonan yang mendalam, terstruktur, dan relevan dengan tantangan zaman. Permohonan untuk Nurul Huda (cahaya petunjuk) berulang kali disebutkan karena ia adalah hasil akhir dari perlawanan terhadap semua fitnah. Cahaya ini adalah perisai. Tanpa cahaya, fitnah kekuasaan terasa memikat; fitnah harta terasa menggiurkan; fitnah ilmu terasa memuaskan ego; dan fitnah agama terasa melelahkan.
Oleh karena itu, setiap kali kita mengakhiri Surah Al Kahfi, kita diingatkan untuk memohon perlindungan dari empat poros kehancuran spiritual yang disebutkan. Kita memohon agar kita tidak seperti pemilik kebun yang bangga diri, tidak seperti orang-orang yang menganggap diri berilmu padahal pengetahuan mereka terbatas, dan tidak seperti kaum yang meninggalkan Ashabul Kahf karena takut kehilangan kenyamanan dunia. Doa ini adalah penegasan kembali komitmen kita pada jalan kebenaran.
Kesabaran adalah kunci yang diajarkan oleh Khidr kepada Musa. Dalam konteks doa setelah Al Kahfi, kita memohon kesabaran untuk melihat hikmah di balik musibah, kesabaran dalam menahan godaan kekayaan, dan kesabaran dalam menghadapi penolakan sosial saat kita berpegangan teguh pada iman. Tanpa kesabaran, iman akan runtuh, dan cahaya yang dijanjikan tidak akan bertahan lama. Kita meminta agar kesabaran kita setara dengan ketahanan pemuda gua, yang memilih kegelapan gua daripada terang dunia yang penuh kesyirikan.
Penguatan iman dan perlindungan dari Dajjal menjadi tema penutup yang sangat kuat. Dajjal akan muncul pada akhir zaman, dan Surah Al Kahfi telah diberikan sebagai bekal bagi umat Nabi Muhammad ﷺ. Maka, doa pasca-Al Kahfi adalah persiapan spiritual jangka panjang. Kita mempersiapkan diri bukan hanya untuk menghadapi hari Jumat berikutnya, tetapi untuk menghadapi ujian terbesar yang akan datang. Kita memohon agar nama kita tercatat sebagai mereka yang teguh, yang di hati dan di mata mereka terpancar cahaya yang menghalau tipu daya Dajjal.
Setiap umat Muslim yang telah menyelesaikan pembacaan Al Kahfi seharusnya merasa bahwa ia baru saja menyelesaikan sesi pelatihan intensif tentang bertahan hidup spiritual. Doa yang dipanjatkan kemudian adalah penandatanganan kontrak dengan Allah, memohon agar hasil pelatihan tersebut menjadi permanen dalam diri. Kita memohon agar cahaya yang dijanjikan menjadi penerang jalan di kehidupan yang penuh liku ini, hingga kita bertemu dengan-Nya dalam keadaan yang diridhai.
Ini adalah pengulangan komitmen. Kita memohon agar segala kebaikan yang terkandung dalam surah tersebut terimplementasi. Kita memohon rahmat yang luas, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan komunitas. Karena Dzul Qarnain berkuasa dan membantu kaum lemah, kita pun memohon kemampuan untuk berbuat baik dan memberikan manfaat bagi sesama, sekecil apapun peran kita di dunia ini. Kekuatan doa setelah Al Kahfi terletak pada resonansi temanya dengan realitas hidup kita yang selalu diuji oleh harta, kekuasaan, ilmu, dan keimanan.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan ritual membaca Surah Al Kahfi pada hari Jumat sebagai momen untuk membersihkan hati, meneguhkan niat, dan menyempurnakannya dengan untaian doa yang tulus, memohon Nur yang menyinari setiap sudut kehidupan, dan perlindungan dari segala bentuk fitnah, hingga hari perhitungan tiba.