Pesona Huruf Sunda Buhun yang Terlupakan

Ilustrasi huruf Sunda buhun kuno. Aksara Sunda Buhun

Contoh visualisasi aksara Sunda Buhun.

Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, banyak warisan budaya leluhur yang mulai terlupakan. Salah satunya adalah kekayaan aksara Nusantara yang sarat makna dan sejarah. Di antara deretan aksara indah tersebut, tersimpan sebuah permata bernama huruf Sunda buhun, atau yang juga dikenal sebagai Aksara Sunda Kuno. Aksara ini bukan sekadar alat tulis semata, melainkan cerminan peradaban, pemikiran, dan kesenian masyarakat Sunda di masa lampau.

Keunikan dan Sejarah Singkat

Huruf Sunda buhun memiliki keunikan tersendiri dibandingkan aksara Nusantara lainnya. Bentuknya cenderung lebih ramping, halus, dan memiliki lekukan yang khas, menyerupai tarian pada setiap goresannya. Kemiripan ini seringkali membuatnya disandingkan dengan aksara Palawa dari India Selatan, yang menjadi induk bagi banyak aksara di Asia Tenggara. Namun, Aksara Sunda Buhun telah mengalami adaptasi dan evolusi yang signifikan, sehingga memiliki karakter visual yang kuat dan berbeda.

Penelitian arkeologis dan filologi menunjukkan bahwa aksara ini telah digunakan di tanah Sunda sejak abad ke-14 hingga abad ke-17 Masehi. Bukti penggunaannya dapat ditemukan pada berbagai prasasti batu, lempengan tembaga, daun lontar, naskah-naskah kuno, hingga ukiran pada benda-benda kerajinan. Naskah-naskah yang ditulis menggunakan huruf Sunda buhun umumnya berisi karya sastra, kitab agama, catatan sejarah, hingga ramalan dan ilmu pengobatan. Keberadaannya memberikan jendela berharga untuk memahami kehidupan, kepercayaan, dan pengetahuan masyarakat Sunda pada era tersebut.

Makna Budaya yang Mendalam

Lebih dari sekadar simbol fonetik, setiap goresan pada huruf Sunda buhun menyimpan makna filosofis dan estetika yang mendalam. Bentuknya yang mengalir sering diinterpretasikan sebagai representasi keharmonisan alam, keseimbangan, dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Beberapa ahli juga melihat adanya pengaruh unsur-unsur alam seperti gunung, sungai, dan tumbuh-tumbuhan dalam desain beberapa aksaranya.

Misalnya, beberapa bentuk aksara menyerupai sulur tumbuhan yang merambat, melambangkan pertumbuhan dan keberlangsungan kehidupan. Bentuk melingkar atau bersudut bisa merepresentasikan kesempurnaan, kekokohan, atau bahkan siklus alam. Mempelajari dan memahami huruf Sunda buhun berarti membuka dialog dengan leluhur, merasakan denyut nadi kebudayaan mereka, dan menghargai kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.

Upaya Pelestarian dan Revitalisasi

Ironisnya, seiring berjalannya waktu, penguasaan dan penggunaan huruf Sunda buhun semakin terkikis. Naskah-naskah kuno rentan rusak dan sulit dibaca oleh generasi muda. Keberadaan aksara modern, termasuk alfabet Latin yang dominan, serta minimnya materi pembelajaran yang mudah diakses, turut berkontribusi pada fenomena ini.

Namun, semangat untuk melestarikan warisan berharga ini tetap hidup. Berbagai komunitas pegiat budaya, akademisi, dan pemerintah daerah berupaya melakukan revitalisasi huruf Sunda buhun. Upaya ini meliputi digitalisasi naskah-naskah kuno, pengembangan materi edukasi yang menarik bagi anak-anak dan remaja, penyelenggaraan lokakarya, serta pengintegrasian aksara ini ke dalam elemen-elemen seni kontemporer seperti desain grafis, batik, dan arsitektur.

Penting bagi kita untuk menyadari bahwa pelestarian huruf Sunda buhun bukan hanya tugas segelintir orang, melainkan tanggung jawab bersama. Dengan mengenali, mempelajari, dan menghargai aksara ini, kita turut berkontribusi dalam menjaga keutuhan identitas budaya Sunda dan kekayaan literasi bangsa Indonesia. Mari kita bangkitkan kembali pesona huruf Sunda buhun, agar ia tidak hanya menjadi artefak masa lalu, tetapi juga sumber inspirasi dan kebanggaan di masa kini dan masa mendatang. Kunjungan ke museum, perpustakaan daerah, atau bahkan pencarian materi daring dapat menjadi langkah awal yang berarti. Anda bisa menemukan banyak sumber daya dan informasi menarik tentang Aksara Sunda secara umum untuk menambah wawasan.

🏠 Homepage