Ilustrasi yang melambangkan pemahaman ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Surat Al-Baqarah, sebagai surat terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan berbagai ajaran mendalam bagi umat manusia. Di antara ayat-ayatnya, terdapat rentetan ayat 81 hingga 90 yang memiliki narasi penting mengenai janji Allah kepada Bani Israil, konsekuensi dari pelanggaran, serta kebenaran wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Memahami ayat-ayat ini dalam tulisan Latin dapat menjadi jembatan awal bagi pembaca untuk mendekatkan diri pada pesan-pesan ilahi.
81. Balā man kasaba sayyi'atan wa aḥāṭat bihi khaṭī'atuhu fa'ulā'ika aṣḥābu an-nāri hum fīhā khālidūn.
“Bukan demikian, barangsiapa berbuat kejahatan dan dikelilingi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
82. Walladhīna āmanū wa 'amilu ṣ-ṣāliḥāti 'ulā'ika 'aṣḥābu al-jannati hum fīhā khālidūn.
“Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
Ayat 81 dan 82 menyajikan kontras yang sangat jelas. Yang pertama menggambarkan nasib buruk bagi mereka yang tenggelam dalam dosa dan kejahatan, sementara yang kedua menjanjikan kebahagiaan abadi di surga bagi orang-orang beriman yang konsisten berbuat amal saleh. Ini menekankan pentingnya pilihan dalam kehidupan seorang Muslim: memilih jalan kebaikan atau terjerumus dalam kesesatan.
83. Wa 'iḍh akhadhnā mītsāqa banī Isrā'īla lā ta'budūna illallāha wa bil-wālidayni 'iḥsānan wa dhīl-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qūlū lin-nāsi ḥusnan wa aqīmū -ṣ-ṣalāta wa ātūz-zakāta thumma tawallaytum illā qalīlam mīkum wa antum mu'riḍūn.
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, janganlah kamu menyembah selain Allah, dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta bertutur kata yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian kamu berpaling, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu selalu membelakangi (kewajiban).”
Ayat 83 mengingatkan kita akan sebuah perjanjian penting yang diambil dari Bani Israil. Janji ini mencakup fondasi utama ajaran agama: tauhid (menyembah hanya Allah), berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada sesama, melaksanakan ibadah shalat, dan menunaikan zakat. Namun, sejarah mencatat bahwa banyak dari mereka yang mengingkari janji ini, kecuali segelintir orang.
84. Wa 'iḍh akhadhnā mītsāqakum lā tasfukūna dimā'akum wa lā tukhrijūna 'anfusakum mīdiyārikum thumma 'aqartum wa antum tasy-hadūn.
“Dan ketika Kami mengambil janji dari kamu (untuk): kamu tidak akan menumpahkan darah sesama kamu dan tidak akan mengusir dirimu dari kampung halamanmu. Kemudian kamu mengacungkan jempol (kepada mereka) padahal kamu menyaksikan.”
85. Thumma 'antum 'ulā'i taqtulūna 'anfusakum wa tukhrijūna farīqam mīmkum mīn diyārihim taẓāharūna 'alayhim bil-'iṡmi wal-'udwāni wa 'in ya'tūkum 'usārā tufdūhum wa huwa muḥarramun 'alaykum 'ikhrājukum 'afatu'minūna bi ba'ḍil-kitābi wa takfurūna bi ba'ḍin famā jazā'u man yaf'alu ḏālika mīnkum illā khizyun fil-ḥayāti d-dun'yā wa yawma al-qiyāmati yuraddūna 'ilā 'aṡaddil-'aḏābi wa māllāhu bi ġāfilim 'ammā ta'malūn.
“Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu sendiri dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halaman mereka, kamu saling membantu (menghadapi) mereka dengan dosa dan permusuhan. Apabila mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kamu selain kehinaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka akan diazab siksa yang sangat pedih. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ayat 84 dan 85 menguraikan lebih lanjut pelanggaran Bani Israil, yaitu melakukan pembunuhan, mengusir sesamanya dari tanah air, dan saling mendukung dalam kezaliman. Ironisnya, mereka juga terikat janji untuk membebaskan tawanan, namun dalam praktiknya justru melakukan tindakan yang bertentangan. Allah menegaskan bahwa sikap beriman pada sebagian kitab dan mengingkari sebagian lainnya adalah perbuatan yang akan mendatangkan kehinaan di dunia dan siksaan pedih di akhirat. Ini adalah peringatan keras tentang konsekuensi ketidaktaatan dan pilih kasih dalam beragama.
86. 'Ulā'ika lladhīna shtarawul-ḥayāta d-dun'yā bil-'ākhirati falā yukhffafu 'anhumul-'aḏābu wa lā hum yunṣarūn.
“Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksaannya dan mereka tidak akan mendapat pertolongan.”
Ayat 86 menggarisbawahi sifat kerugian yang dialami oleh orang-orang yang lebih memilih kenikmatan dunia sesaat daripada kebahagiaan abadi di akhirat. Pilihan mereka ini membuat siksa mereka tidak akan diringankan dan tidak ada penolong bagi mereka.
87. Wa laqad ātaynā Mūsāl-kitāba wa qaffaynā mim ba'dihi bir-rusuli wa ātaynā 'Īsābna Maryamal-bayyināti wa 'ayyadnāhu bi rūḥil-qudus. 'Afakullamā jā'akum rasūlum bimā lā tahwā 'anfusukumus-takbartum fa farīqan kaḏḏabtum wa farīqan taqtulūn.
“Dan sungguh, Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menyusul dia dengan rasul-rasul berikutnya, dan Kami telah memberikan bukti-bukti (kebenaran) kepada Isa putra Maryam serta Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Mengapakah setiap rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu, lalu kamu menolak (mendustakan) sebagian? Akibatnya, sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh.”
Ayat 87 mengingatkan Bani Israil dan juga umat Islam tentang sejarah para nabi yang diutus kepada mereka. Allah memberikan kitab suci Taurat kepada Nabi Musa, disusul oleh para rasul lainnya, dan kepada Nabi Isa diberikan mukjizat serta diperkuat dengan Ruhul Qudus (Jibril). Namun, respons mereka seringkali berupa kesombongan, mendustakan sebagian ajaran yang tidak sesuai dengan hawa nafsu, bahkan membunuh para nabi.
88. Wa qālū qulūbunā ġulfun bal la'anahumullāhu bikufrihim fa qalīlam mā yu'minūn.
“Dan mereka (Bani Israil) berkata, ‘Hati kami tertutup.’ Tetapi Allah melaknat mereka karena kekafiran mereka, sehingga sedikit sekali mereka yang beriman.”
Jawaban "hati kami tertutup" adalah alasan yang digunakan Bani Israil untuk menolak kebenaran. Namun, Allah menyatakan bahwa hati mereka tertutup karena laknat-Nya akibat kekafiran mereka. Hal ini menunjukkan betapa berbahayanya menolak kebenaran secara sengaja, karena dapat menyebabkan terkuncinya hati dan hilangnya kemampuan untuk beriman.
89. Wa lammā jā'ahum kitābum mīn 'indillāhi muṣaddiqul-limā ma'ahum wa kānu min qablu yastaftiḥūna 'alal-ladhīna kafarū fa lammā jā'ahum mā 'arafū kafarū bihi falal'anatuḷḷāhi 'alal-kāfirīn.
“Dan ketika datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, lalu mereka membenci (menolak)nya, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (turunnya) rasul itu agar mereka dapat mengalahkan orang-orang kafir. Tetapi setelah datang kepada mereka rasul yang mereka kenal, lalu mereka ingkar kepadanya. Maka laknat Allah adalah atas orang-orang yang ingkar.”
Ayat 89 menggambarkan sebuah ironi yang menyedihkan. Bani Israil, yang sebelumnya merindukan kedatangan seorang rasul untuk mengalahkan musuh-musuh mereka, justru menolak dan membenci Rasul terakhir, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika beliau datang dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Ini adalah bukti nyata dari kekafiran dan kesombongan mereka, yang berujung pada laknat Allah.
90. Bi'samā ishtaraw bihi 'anfusahum 'an yakfurū bimā 'anzalallāhu baġyan 'an yan'zila Allāhu mīnfḍlihi 'alā may yasyā'u mīn 'ibādih. Fabā'ū bi ġaḍabin 'alā ġaḍab. Wa lil-kāfirīna 'aḏābum muhīn.
“Sangat buruklah (buruk sekali) apa yang mereka tukarkan (dengan diri mereka sendiri), yaitu mengingkari apa yang diturunkan Allah (Al-Qur'an). Karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Maka mereka mendapat murka demi murka. Dan bagi orang-orang kafir disediakan siksa yang menghinakan.”
Ayat 90 menutup rangkaian ini dengan tegas menyatakan betapa buruknya pilihan Bani Israil yang menukar diri mereka dengan mengingkari Al-Qur'an. Mereka melakukannya karena kedengkian atas karunia Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Akibatnya, mereka memperoleh murka yang bertubi-tubi, dan bagi orang-orang kafir disediakan siksa yang sangat menghinakan.
Melalui pembacaan ayat-ayat ini dalam tulisan Latin, kita diajak untuk merenungkan kembali janji-janji Allah, konsekuensi dari pelanggaran, serta pentingnya keyakinan yang teguh dan penolakan terhadap kesombongan intelektual dalam menerima kebenaran wahyu. Semoga kita termasuk golongan yang senantiasa beriman dan beramal saleh.