Dalam lanskap pemikiran Islam yang luas dan beragam, istilah "Islam Ortodoks" terkadang muncul untuk merujuk pada aliran atau pemahaman yang menekankan konservatisme, kepatuhan pada ajaran tradisional, serta interpretasi hukum dan teologi yang telah mapan selama berabad-abad. Penting untuk dicatat bahwa "ortodoks" dalam konteks ini tidak selalu memiliki konotasi yang sama persis dengan istilah serupa dalam agama lain, namun merujuk pada penekanan kuat pada kesinambungan dengan ajaran para pendahulu (salaf) dan menolak inovasi atau interpretasi radikal yang dianggap menyimpang dari garis utama.
Secara umum, ketika berbicara tentang Islam Ortodoks, yang dimaksud adalah sebuah pendekatan yang menghargai peran sentral Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai sumber utama ajaran Islam. Namun, penekanan ortodoks lebih lanjut terletak pada bagaimana kedua sumber utama ini dipahami dan diterapkan. Ini berarti mengacu pada penafsiran yang dikembangkan oleh para ulama terkemuka dari generasi awal Islam, yang kemudian dibukukan dalam berbagai mazhab fiqih (hukum Islam) dan aliran teologi yang diakui secara luas.
Inti dari Islam Ortodoks adalah komitmen terhadap rukun Islam yang lima: syahadat (pengakuan keesaan Allah dan kenabian Muhammad), salat (sembahyang lima waktu), zakat (amal wajib), puasa Ramadan, dan haji (ziarah ke Mekah bagi yang mampu). Selain itu, pilar keimanan yang enam juga menjadi fondasi, yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir baik maupun buruk.
Penekanan pada tradisi berarti bahwa pemahaman tentang rukun dan pilar ini seringkali mengikuti cara-cara yang telah diajarkan dan dipraktikkan oleh generasi salaf. Hal ini mencakup:
Islam Ortodoks juga sangat menghargai pentingnya komunitas dan kepemimpinan ulama. Keputusan dan pandangan para ulama yang memiliki otoritas keilmuan dan moral seringkali dijadikan rujukan. Hal ini menciptakan struktur yang menghormati hierarki keilmuan dan menjaga agar praktik keagamaan tetap terarah pada ajaran yang telah teruji waktu.
Penting untuk memahami bahwa "Islam Ortodoks" bukanlah sebuah sekte tunggal dengan struktur organisasi yang terpusat. Istilah ini lebih menggambarkan sebuah kecenderungan pemikiran dan praktik yang menekankan pada konservatisme dan tradisi. Dalam dunia Islam yang luas, ada berbagai kelompok dan individu yang mengidentifikasi diri atau dianggap sebagai bagian dari pemahaman ortodoks, namun mungkin memiliki perbedaan dalam detail-detail tertentu.
Terkadang, istilah ini digunakan untuk membedakan diri dari aliran-aliran Islam yang dianggap lebih modernis, reformis radikal, atau fundamentalis ekstrem yang berusaha menafsirkan ulang ajaran Islam secara drastis atau mengabaikan tradisi yang telah mapan. Islam Ortodoks mencari keseimbangan antara kesetiaan pada ajaran sumber dan kemampuannya untuk tetap relevan dalam berbagai konteks zaman, namun dengan pendekatan yang hati-hati terhadap perubahan.
Dalam praktiknya, umat Islam yang menganut pemahaman ortodoks akan berusaha menjalankan ajaran agama sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh para imam mazhab dan ulama terkemuka sepanjang sejarah. Mereka memegang teguh akidah, menjalankan ibadah dengan benar, dan berusaha menerapkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka, selalu merujuk pada warisan keilmuan Islam yang kaya dan teruji.
Memahami Islam Ortodoks berarti memahami penghargaan mendalam terhadap warisan intelektual dan spiritual Islam, serta upaya untuk menjaga kemurnian ajaran agama dalam kerangka yang telah dibentuk oleh generasi-generasi salaf yang saleh. Ini adalah jalan yang mengutamakan stabilitas, kesinambungan, dan ketelitian dalam beragama.