I. Kedudukan Surah Al Fatihah dan Kewajiban Penulisan yang Tepat
Surah Al Fatihah, yang dikenal sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an), memegang peranan sentral dalam Islam. Kewajiban kita untuk menjaga keasliannya tidak hanya terbatas pada pembacaan (tajwid) tetapi juga pada penulisannya. Menulis Al Fatihah, baik untuk tujuan hafalan, pengajaran, atau kaligrafi, harus merujuk pada kaidah baku yang telah ditetapkan oleh para ulama, yakni Rasm Uthmani.
Rasm Uthmani adalah cara penulisan Al-Qur'an yang disepakati dan diwariskan dari masa Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu. Penulisan ini memiliki keunikan yang berbeda dari kaidah penulisan bahasa Arab kontemporer (Rasm Imla'i). Ketidakakuratan dalam penulisan Al Fatihah dapat menimbulkan kerancuan makna atau, dalam konteks kaligrafi, mengurangi nilai estetika dan keabsahannya.
Pentingnya Referensi Mushaf Standar
Untuk memastikan kebenaran penulisan, seseorang harus selalu merujuk kepada mushaf standar yang diakui secara global, seperti Mushaf Madinah (Mushaf Malik Fahd) atau mushaf yang telah ditashih oleh lembaga kredibel. Ini menjamin bahwa setiap detail huruf, harakat, dan tanda waqaf ditulis sesuai tradisi yang sahih.
Terdapat lima aspek utama yang harus diperhatikan secara detail ketika menulis Surah Al Fatihah agar mencapai kesempurnaan penulisan Rasm Uthmani:
- Rasm (Bentuk Dasar Huruf): Kesesuaian bentuk huruf (shaql) dengan kaidah Utsmani.
- Dhabth (Harakat dan Tanda Baca): Ketepatan peletakan harakat (fathah, kasrah, dhammah, sukun), syaddah (tashdid), dan mad.
- Fashl wa Washl (Pemutusan dan Penyambungan): Aturan penyambungan kata tertentu (misalnya, كَأَنْ لَا atau أَنْ لَنْ).
- Hadzf wa Itsbat (Penghilangan dan Penetapan Huruf): Kasus di mana huruf, biasanya Alif, dihilangkan atau ditambahkan dalam penulisan, meskipun diucapkan (contoh: مَالِكِ).
- Khat (Gaya Kaligrafi): Meskipun gaya kaligrafi bervariasi (Naskh, Thuluth), struktur dasar huruf Rasm Uthmani harus dipertahankan.
II. Kaidah Rasm Uthmani pada Setiap Ayat Al Fatihah
Mencapai penulisan yang benar berarti memahami pengecualian linguistik yang terdapat dalam Rasm Uthmani, khususnya yang berlaku pada Surah Al Fatihah. Setiap ayat memiliki detail krusial yang harus diperhatikan.
Ayat 1: Basmalah
Meskipun Basmalah secara teknis dianggap ayat pertama dalam Al Fatihah oleh mayoritas ulama Syafi’iyyah dan menjadi ayat pemisah dalam surah lain, penulisan Rasm Uthmani memiliki kekhasan:
- بِسْمِ (Bism): Huruf Alif (أ) pada kata ‘Ism’ (اسم) dihilangkan. Ini adalah salah satu contoh utama Hadzf (penghilangan). Penulisan harus langsung Ba-Sin-Mim. Ini berbeda dengan penulisan Ism secara umum (اسم).
- ٱللَّهِ (Allah): Huruf Alif kecil (Alif Khunjariyyah) harus diletakkan di atas Lam. Ini menunjukkan bunyi panjang (Mad). Dalam kaligrafi, detail Alif kecil ini sering diabaikan oleh pemula, namun ia merupakan bagian dari Dhabth.
- ٱلرَّحْمَٰنِ (Ar-Rahman): Sama seperti Allah, terdapat Alif kecil yang diucapkan Mad, tetapi tidak ditulis sebagai Alif penuh. Ini adalah contoh Hadzf Alif yang harus digantikan dengan tanda Dhabth (Alif kecil).
- Tashdid (Syaddah): Pastikan meletakkan Tashdid di atas huruf Râ (ر) pada Ar-Rahmân dan Ar-Rahîm. Kelalaian dalam menempatkan Tashdid adalah kesalahan Dhabth yang umum.
Ayat 2: Pujian
- ٱلْحَمْدُ (Al-Hamdu): Penulisan standarnya adalah sesuai Rasm Imla'i, tetapi perlu diperhatikan peletakan Sukun pada Hâ (ح) dan Mîm (م).
- لِلَّهِ (Lillah): Sama seperti poin di atas, perhatikan Alif kecil di atas Lam untuk menunjukkan Mad.
- ٱلْعَٰلَمِينَ (Al-’Alamin): Ini adalah salah satu titik kritis. Alif yang dipanjangkan setelah ‘Ain (ع) ditulis sebagai Alif kecil (Alif Khunjariyyah/Alif Qiyamah) dalam Mushaf standar. Meskipun beberapa versi kaligrafi klasik mungkin menulis Alif penuh, Mushaf standar Rasm Uthmani modern menggunakan Alif kecil. Pastikan penulisannya adalah ع ل م ي ن dengan Alif kecil.
Ayat 3 & 4: Sifat Allah dan Kepemilikan
Ayat 3 adalah pengulangan dari bagian Basmalah, sehingga kaidah Hadzf Alif (Alif kecil pada Râ) berlaku sama.
Pada Ayat 4, terdapat perbedaan penulisan yang signifikan:
- مَٰلِكِ (Maliki): Kata ini bisa ditulis dalam dua Rasm yang diakui:
- مَٰلِكِ (Dengan Alif kecil): Ini adalah penulisan standar yang paling umum dan sesuai dengan qira'ah Ashim (Hafs). Alif kecil menunjukkan Mad setelah Mîm.
- مَلِكِ (Tanpa Alif sama sekali): Ini sesuai dengan qira'ah lain, seperti Qira'ah Maliki (kepemilikan/raja).
Ketika menulis mushaf standar Rasm Uthmani untuk jalur Hafs, penulisan yang wajib diikuti adalah مَٰلِكِ (dengan Alif kecil). Kegagalan menempatkan Alif kecil ini meskipun diucapkan panjang adalah kesalahan Rasm.
- يَوْمِ ٱلدِّينِ (Yawmid Din): Perhatikan Tashdid yang ketat pada Dâl (د) pada Ad-Dîn.
Ayat 5: Perjanjian
- إِيَّاكَ (Iyyaka): Ini adalah huruf yang paling kritis dalam penulisan Surah Al Fatihah. Tashdid pada Yâ (ي) harus sangat jelas. Secara grafis, huruf Yâ dalam Rasm Uthmani harus memiliki tanda dua titik di bawahnya dan Tashdid di atasnya. Menghilangkan Tashdid mengubah makna dari 'Hanya Engkau' menjadi 'Cahaya matahari Engkau'. Kesalahan ini adalah fatal dari sisi Tajwid, dan dari sisi penulisan, ini adalah kelalaian Dhabth yang besar.
- نَعْبُدُ (Na’budu) dan نَسْتَعِينُ (Nasta'in): Pastikan peletakan Sukun (pada ‘Ain di Na’budu dan Sîn di Nasta’în) dan peletakan harakat yang tepat.
Ayat 6: Permintaan Petunjuk
- ٱهْدِنَا (Ihdina): Alif di awal kata ini adalah Alif Washal (Alif yang tidak dibaca jika disambung). Penting untuk memahami bahwa Alif Washal memiliki tanda seperti huruf Shâd kecil (ص) di atasnya dalam Mushaf standar.
- ٱلصِّرَٰطَ (Ash-Shirath): Terdapat dua versi Rasm Uthmani yang diterima untuk kata ini:
- ٱلصِّرَٰطَ (Dengan huruf Shâd – ص): Penulisan ini adalah yang paling umum digunakan di mushaf standar Madinah dan mengikuti jalur Hafs.
- السِّرَٰطَ (Dengan huruf Sîn – س): Ini adalah qira'ah yang sah, namun umumnya tidak digunakan dalam mushaf yang menjadi rujukan utama penulisan kaligrafi.
Selain itu, perhatikan Alif kecil setelah Râ (ر). Ini adalah Hadzf Alif yang wajib ditandai.
- ٱلْمُسْتَقِيمَ (Al-Mustaqim): Penulisan standar, perhatikan Sukun pada Sîn (س).
Ayat 7: Jalan yang Benar
- صِرَٰطَ (Shirath): Pengulangan kata, kaidah Rasmnya sama (Shâd dan Alif kecil).
- ٱلَّذِينَ (Alladzina): Penulisan Lam (ل) harus ganda dan disambung dengan Dzâl (ذ), dengan Tashdid di atas Lam kedua. Ini adalah kaidah standar Rasm Uthmani untuk kata benda relatif ini.
- أَنْعَمْتَ (An’amta): Perhatikan Sukun pada Nûn (ن) dan ‘Ain (ع).
- وَلَا ٱلضَّآلِّينَ (Waladh Dhaallin): Ini adalah puncak tantangan penulisan dalam Al Fatihah:
a. Hadzf Alif Lurus: Setelah Lam (ل) terdapat Alif yang tidak ditulis, namun digantikan dengan tanda Mad panjang (~) di atas Lam, dan kemudian disambung ke Dhad (ض).
b. Mad Lazim: Tanda Mad (~) ini menunjukkan Mad Lazim Kilmi Muthaqqal, yang secara Dhabth harus ditulis di atas Alif atau huruf yang dipanjangkan. Dalam Rasm Uthmani, tanda ini diletakkan di atas Lam.
c. Nun Jami’ (Nûn Jamak): Pastikan Nûn (ن) di akhir kata diikuti dengan Ya’ dan bukan Alif. Ini adalah penulisan jamak yang benar. Jangan sampai tertukar dengan Nûn yang diikuti Alif (yang menunjukkan Mad panjang dan bukan jamak).
III. Analisis Detail Kesalahan Penulisan yang Sering Terjadi
Banyak penulis pemula, termasuk mereka yang mencoba kaligrafi, seringkali jatuh pada kesalahan yang sama karena tidak membedakan Rasm Imla’i (penulisan biasa) dengan Rasm Uthmani (penulisan Mushaf). Mengidentifikasi kesalahan ini adalah langkah penting untuk mencapai penulisan yang benar.
1. Kesalahan dalam Hadzf (Penghilangan Alif)
Kesalahan paling umum adalah menambahkan Alif yang seharusnya dihilangkan (Hadzf) atau diganti dengan Alif Khunjariyyah (kecil).
- Kasus 1: Ar-Rahman (ٱلرَّحْمَٰنِ)
Salah: الرحمن (ditulis dengan Alif penuh)
Benar: ٱلرَّحْمَٰنِ (ditulis tanpa Alif penuh, diganti Alif kecil) - Kasus 2: Al-’Alamin (ٱلْعَٰلَمِينَ)
Salah: العالمين (ditulis dengan Alif penuh)
Benar: ٱلْعَٰلَمِينَ (ditulis tanpa Alif penuh, diganti Alif kecil) - Kasus 3: Bismi (بِسْمِ)
Salah: باسم (ditulis dengan Alif penuh)
Benar: بِسْمِ (Alif dihilangkan total) - Kasus 4: Shirath (ٱلصِّرَٰطَ)
Salah: الصراط (dengan Alif penuh)
Benar: ٱلصِّرَٰطَ (dengan Alif kecil setelah Ra')
2. Kesalahan dalam Dhabth (Harakat dan Tanda Tashdid)
Harakat, terutama Tashdid, adalah elemen non-huruf yang wajib ditulis dan memiliki konsekuensi besar terhadap makna.
- Kesalahan Utama: Iyyaka (إِيَّاكَ)
Salah: اياك (Tidak ada Tashdid pada Ya)
Benar: إِيَّاكَ (Wajib ada Tashdid pada Ya - يّ)Menghilangkan Tashdid pada Ya dalam Iyyaka adalah kesalahan Dhabth yang mengubah makna ibadah dari penyerahan diri eksklusif kepada Allah menjadi penyerahan diri kepada cahaya matahari (Iya). Dalam penulisan, ini harus ditekankan.
- Kesalahan Tashdid pada Lam Syamsiyah
Seringkali Tashdid pada huruf Syamsiyah (seperti Râ dalam Ar-Rahman, Dâl dalam Ad-Din) dihilangkan. Semua huruf setelah Lam Ta’rif yang bertipe Syamsiyah harus bertashdid, dan ini harus dicerminkan dalam tulisan. Contoh: ٱلدِّينِ (Ad-Dîn).
3. Kesalahan Rasm (Bentuk Huruf Dasar)
Kesalahan ini berkaitan dengan pemilihan huruf yang tidak sesuai dengan qira'ah Hafs.
- Penggunaan Sîn pada Shirath: Meskipun sah dalam qira'ah lain, jika merujuk mushaf standar Indonesia/Madinah (Hafs), wajib menggunakan Shâd (ص) untuk kata Shirath (صِرَٰطَ), bukan Sîn (س).
4. Kesalahan Penempatan Tanda Mad
Tanda Mad Lazim (~), terutama pada Waladh Dhaallin, sering ditempatkan secara tidak konsisten atau dihilangkan.
- Waladh Dhaallin (وَلَا ٱلضَّآلِّينَ): Tanda Mad harus diletakkan dengan jelas di atas huruf Lam (ل), menunjukkan panjang enam harakat, dan harus diikuti oleh Lam dan Dhad. Kesalahan fatal adalah menulis kata ini sebagai الضاآلين (menambahkan dua Alif).
IV. Adab dan Spiritualitas dalam Menulis Al Fatihah
Menulis Al Fatihah, atau bagian manapun dari Al-Qur'an, bukan sekadar latihan keterampilan motorik, tetapi sebuah ibadah (kitabah). Adab (etika) dalam penulisan memengaruhi kesempurnaan dan keberkahan hasilnya.
Persiapan Fisik dan Spiritual
Seorang penulis, terutama kaligrafer, wajib memastikan kesucian dirinya dan lingkungannya sebelum memulai. Adab ini mencakup:
- Thaharah (Bersuci): Menulis Al-Qur'an sebaiknya dilakukan dalam keadaan suci dari hadas kecil (berwudu).
- Niat yang Benar: Menulis dengan niat mencari rida Allah, bukan semata-mata untuk tujuan artistik, komersial, atau pamer. Niat ini akan membimbing ketelitian tangan.
- Alat Tulis yang Bersih: Pena (qalam), tinta, dan kertas harus bersih dan terhormat. Pena kaligrafi klasik (qalam) harus dipotong dengan presisi tinggi, karena ketajaman dan sudut potongnya secara langsung memengaruhi keindahan huruf.
Disiplin Kaligrafi (Khat)
Meskipun Rasm Uthmani adalah inti dari kebenaran penulisan, gaya kaligrafi (Khat) adalah wadah estetikanya. Surah Al Fatihah paling sering ditulis menggunakan dua gaya utama:
A. Gaya Naskh (Nasakh)
Naskh adalah gaya yang paling populer dan digunakan dalam pencetakan mushaf modern (Mushaf Madinah). Ia menonjol karena keterbacaannya yang tinggi dan bentuk huruf yang proporsional. Ketika menulis Al Fatihah dengan gaya Naskh, perhatikan:
- Proporsi Huruf: Setiap huruf harus memiliki ukuran yang konsisten. Standar Naskh diukur dengan titik (nuqath). Misalnya, Alif harus memiliki tinggi lima atau tujuh titik.
- Kejelasan Harakat: Dalam Naskh, harakat dan tanda Dhabth harus ditulis dengan pena yang lebih kecil (atau mata pena yang lebih tipis) agar tidak menutupi keindahan huruf dasar. Penempatan Tashdid pada Ya di Iyyaka harus presisi di tengah huruf.
- Keseimbangan Baris: Surah Al Fatihah yang ditulis dalam satu baris harus menunjukkan keseimbangan visual, menjaga agar bagian huruf yang turun (seperti Nûn akhir atau Râ) tidak mengganggu huruf di baris berikutnya.
B. Gaya Thuluth
Thuluth adalah gaya monumental, sangat artistik, dan sering digunakan untuk judul atau dekorasi. Jika Al Fatihah ditulis dalam Thuluth, tuntutan detail Rasm Uthmani menjadi lebih tinggi:
- Ketebalan Garis: Thuluth menggunakan variasi ketebalan garis yang dramatis (tebal di awal, meruncing di akhir). Ketepatan penempatan Alif Khunjariyyah (Alif kecil) pada Ar-Rahman dan Al-’Alamin menjadi vital agar tidak hilang dalam ketebalan huruf utama.
- Pengaturan Komposisi (Tarkib): Dalam Thuluth, huruf-huruf sering ditumpuk atau diletakkan di atas satu sama lain. Komposisi Al Fatihah dalam Thuluth harus memastikan bahwa Hadzf dan Dhabth tetap terlihat jelas meskipun komposisi padat.
V. Mendalami Nuansa Kaligrafi (Khat) dalam Struktur Al Fatihah
Mencapai penulisan yang benar tidak hanya berarti memilih Rasm yang tepat, tetapi juga mengeksekusi huruf dengan kaidah seni. Surah Al Fatihah adalah miniatur dari seluruh kaidah kaligrafi Al-Qur'an. Kita perlu meninjau secara mikroskopis beberapa koneksi huruf unik di dalamnya.
Anatomi Huruf Kritis: Lam dan Mim
Koneksi yang melibatkan Lam (ل) dan Mim (م) sangat sering ditemukan dalam Al Fatihah (ٱلْحَمْدُ, لِلَّهِ, ٱلْعَٰلَمِينَ, مَٰلِكِ, ٱلْمُسْتَقِيمَ). Proporsi yang salah akan merusak integritas Rasm Uthmani.
1. Koneksi Lam-Lam-Ha (لِلَّهِ):
- Lam pertama (ل) dan Lam kedua (ل) disambung, dengan Lam kedua kemudian disambung ke Ha (ه).
- Dalam gaya Naskh, Lam-Lam harus paralel dan memiliki jarak yang ideal. Ha yang terakhir (Ha Marbuthah di tengah kata) harus berbentuk berlian atau sedikit melengkung ke bawah, dan di atasnya diletakkan Alif kecil sebagai Dhabth.
2. Koneksi Mim-Alif-Lam (مَٰلِكِ):
- Mim (م) harus memiliki kepala yang jelas. Alif kecil (Khunjariyyah) harus diletakkan di atas Lam dari Lam-Alif, bukan hanya di ruang kosong setelah Mim.
- Jika ditulis tanpa Alif kecil (مَلِكِ), penekanan harus pada harakat Kasrah pada Mim, yang menunjukkan panjang bacaan yang pendek.
Keunikan Huruf Washal (Sambungan)
Al Fatihah dipenuhi dengan Alif Washal (ٱ). Alif ini memiliki tanda Shâd kecil (ص) di atasnya jika berada di awal ayat atau awal sambungan (seperti ٱهْدِنَا). Dalam kaligrafi, tanda Shâd kecil ini harus ditulis dengan rapi menggunakan pena Dhabth yang tipis. Alif Washal berfungsi sebagai tiang awal yang tinggi, memberikan ritme visual pada teks.
Pembedaan Huruf Dhad dan Dzal
Dalam (ٱلضَّآلِّينَ), huruf yang digunakan adalah Dhad (ض), yang tebal. Sementara dalam (ٱلَّذِينَ), huruf yang digunakan adalah Dzâl (ذ), yang tipis. Kesalahan dalam bentuk huruf dasar ini (bentuk Dhad versus Dzâl) adalah kesalahan Rasm yang serius karena mengubah bunyi dan makna secara fundamental.
Peran Tinta Merah dan Hijau dalam Penulisan Al-Qur'an
Secara tradisional, kaligrafer menggunakan tinta khusus untuk membedakan elemen penulisan Rasm Uthmani:
- Tinta Hitam/Coklat Tua: Digunakan untuk Huruf Dasar (Rasm).
- Tinta Merah: Digunakan untuk Harakat (Dhabth) pada masa awal Islam, meskipun kini sering menggunakan hitam.
- Tinta Hijau atau Emas: Sering digunakan untuk tanda Mad wajib (seperti pada Waladh Dhaallin) dan tanda-tanda waqaf (berhenti) atau simbol Juz, untuk menonjolkan elemen yang memengaruhi Tajwid.
Bagi penulis pemula yang ingin memastikan penulisan yang benar, menggunakan warna berbeda untuk Rasm dan Dhabth (huruf dan harakat) sangat membantu dalam melatih ketelitian mata dan tangan agar tidak terjadi Hadzf yang terlewat atau Tashdid yang hilang.
VI. Metode Pembelajaran dan Pelatihan Penulisan Al Fatihah
Bagaimana seseorang dapat secara sistematis melatih diri agar tulisan Al Fatihah-nya memenuhi standar Rasm Uthmani? Ini membutuhkan pendekatan yang bertahap, menggabungkan ingatan visual, disiplin Tajwid, dan latihan motorik.
1. Latihan Visual (Nadhar)
Langkah pertama adalah menghafal Rasm secara visual. Ini dilakukan dengan melihat secara intensif mushaf standar selama periode waktu yang lama. Latihan ini harus fokus pada perbedaan Rasm Uthmani dari Imla’i, seperti Hadzf Alif pada Maliki dan Ar-Rahman, dan penempatan Tashdid pada Iyyaka.
- Tulis ulang setiap kata yang mengandung Hadzf Alif kecil, membandingkannya dengan penulisan Imla’i biasa (misalnya, Ar-Rahman: هل تكتب ألرَّحْمَان أم الرَّحْمَن).
- Garis bawahi semua Tashdid dalam surah (total 14 Tashdid dalam Al Fatihah, termasuk Basmalah) dan pastikan tidak ada yang terlewat.
2. Latihan Motorik (Masyq)
Masyq adalah praktik kaligrafi berulang. Dalam konteks Al Fatihah, Masyq harus difokuskan pada penguasaan koneksi huruf yang unik:
- Menguasai Alif Khunjariyyah: Latih tangan untuk menulis Alif kecil (dagger Alif) dengan ukuran yang konsisten dan kemiringan yang tepat, terutama pada kata-kata seperti مَٰلِكِ dan ٱلصِّرَٰطَ.
- Koneksi Lam-Alif dan Mad: Latihan menulis وَلَا ٱلضَّآلِّينَ secara berulang. Fokus pada bagaimana Lam disambung dengan Dhad melalui tanda Mad yang panjang. Keindahan dan ketepatan penulisan Mad (~), Lam (ل), dan Dhad (ض) sangat menentukan kualitas akhir tulisan.
- Disiplin Pena: Jika menggunakan qalam (pena kaligrafi), latihlah tekanan tangan agar ketebalan garis (misalnya pada Râ dan Dâl) konsisten dan sesuai kaidah gaya Naskh atau Thuluth yang dipilih.
3. Teknik Penyalinan (Naql)
Para ulama kaligrafi mengajarkan bahwa cara terbaik belajar adalah meniru karya master. Teknik penyalinan ini meliputi:
- Penyalinan Garis: Menyalin tulisan Al Fatihah yang sudah dicetak (dari Mushaf Madinah) dengan sangat teliti, memperhatikan setiap bentuk huruf, harakat, dan tanda wakaf.
- Penyalinan Titik: Metode paling ketat dalam kaligrafi adalah memastikan bahwa setiap huruf ditulis dengan jumlah titik (nuqath) yang sama dengan standar master. Misalnya, badan huruf Ba (ب) dalam Naskh biasanya memiliki lebar tiga titik.
VII. Kedalaman Linguistik Rasm Uthmani pada Al Fatihah
Kebenaran penulisan Al Fatihah juga didukung oleh pemahaman mengapa Rasm Uthmani berbeda. Perbedaan ini bukan tanpa alasan, tetapi merupakan refleksi dari kekayaan dialek dan Qira’ah yang ada pada masa awal Islam, meskipun Mushaf standar kini mengacu pada satu jalur Qira'ah (Hafs dari Ashim).
Prinsip Hadzf (Penghilangan)
Hadzf, terutama penghilangan Alif, menunjukkan fleksibilitas mushaf Utsmani untuk mencakup Qira’ah yang berbeda. Contoh terbaik adalah kata مَٰلِكِ (Maliki).
Jika Alif Khunjariyyah (kecil) diletakkan, ia menunjukkan qira’ah yang membaca panjang (Mālik). Jika Alif tersebut dihilangkan total (seperti pada beberapa mushaf lama), ia memungkinkan pembacaan pendek (Malik). Penulisan Rasm Uthmani sengaja dibuat semi-fleksibel, namun standar Dhabth modern (harakat dan tanda tambahan) mengunci pembacaan ke qira’ah Hafs.
Penulis harus memahami bahwa meskipun mereka hanya menulis satu versi (misalnya, Mālik), bentuk tulisan dasarnya (Rasm) tetap harus mengakomodasi kaidah Hadzf ini, ditunjukkan dengan adanya Alif kecil sebagai penanda Dhabth.
Prinsip Ziydah (Penambahan)
Meskipun jarang terjadi di Al Fatihah, prinsip Ziydah adalah kebalikan dari Hadzf, di mana sebuah huruf ditulis tetapi tidak diucapkan dalam bacaan standar. Pemahaman ini membantu memastikan bahwa tidak ada huruf 'tambahan' yang tidak perlu ditulis dalam Al Fatihah, kecuali yang ditetapkan, seperti Lam ganda pada ٱلَّذِينَ.
Penulisan Surah Al Fatihah merupakan latihan fundamental dalam mempraktikkan lima kaidah utama Rasm Uthmani (Hadzf, Ziydah, Hamz, Badal, Fashl/Washl), meskipun Surah ini lebih dominan pada kaidah Hadzf dan Washl (penyambungan).
Konsekuensi Penulisan yang Salah
Bagi kaligrafer profesional atau penyalin mushaf, tulisan yang menyalahi Rasm Uthmani dianggap cacat, bahkan jika ia dibaca dengan Tajwid yang benar. Mushaf atau karya kaligrafi yang akan dipublikasikan harus melewati proses Tashih (verifikasi kebenaran teks) oleh ahli Rasm Uthmani.
Jika kesalahan terletak pada Hadzf Alif pada kata-kata kunci (seperti Ar-Rahman), tulisan tersebut dianggap menyimpang dari mushaf standar yang diwariskan dari para sahabat, menghilangkan fungsi historis dan spiritual dari penulisan Kitabullah.
Oleh karena itu, penulisan Al Fatihah yang benar menuntut gabungan sempurna antara keahlian seni kaligrafi (Khat) dan kepatuhan ilmiah terhadap tradisi penulisan (Rasm dan Dhabth).
VIII. Penutup: Menjaga Warisan Penulisan Suci
Kesempurnaan penulisan Surah Al Fatihah adalah manifestasi dari penghormatan kita terhadap Kitabullah. Setiap huruf, harakat, dan tanda yang kita goreskan memiliki landasan historis dan hukum syariah. Dengan mematuhi kaidah Rasm Uthmani secara ketat, terutama mengenai Hadzf Alif dan kejelasan Tashdid, kita memastikan bahwa hasil tulisan kita selaras dengan mushaf yang menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia.
Proses penulisan ini adalah perjalanan panjang yang menggabungkan disiplin ilmu (Rasm, Tajwid) dengan disiplin seni (Khat). Bagi yang baru memulai, fokuslah pada Rasm Naskh karena sifatnya yang sangat mudah dibaca, dan pastikan setiap tanda Dhabth ditulis dengan keakuratan maksimal. Penulisan yang benar adalah fondasi utama, di atasnya baru dapat dibangun keindahan kaligrafi.
Penelitian mendalam dan latihan berulang pada poin-poin kritis seperti بِسْمِ, مَٰلِكِ, إِيَّاكَ, ٱلصِّرَٰطَ, dan ٱلضَّآلِّينَ akan menjamin bahwa Surah Al Fatihah yang ditulis telah memenuhi standar tertinggi kebenaran Rasm Uthmani dan keindahan kaligrafi Islam.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Inilah teks lengkap yang harus menjadi rujukan utama Anda, memperhatikan setiap detail Hadzf dan Dhabth yang telah diuraikan.