Surat Al-Bayyinah adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam dan menjadi penutup bagi juz 'Amma. Nama "Al-Bayyinah" sendiri berarti "Bukti yang Nyata" atau "Keterangan yang Jelas," yang mencerminkan inti dari kandungan surat ini. Surat ini diturunkan di Madinah, menjadikannya termasuk dalam kategori surat Madaniyah. Dengan delapan ayat, Al-Bayyinah secara lugas menjelaskan perbedaan mendasar antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir, serta konsekuensi dari pilihan mereka di dunia dan akhirat.
Surat Al-Bayyinah dimulai dengan penegasan bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan orang-orang yang kufur dari kalangan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik tetap berada dalam kesesatan mereka, kecuali setelah datang kepada mereka "Al-Bayyinah."
لَمْ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
"Orang-orang yang kafir dari golongan Ahlilkitab dan orang-orang musyrik tidak akan terpisah (dari kekafiran) hingga datang kepada mereka penjelasan (Al-Bayyinah)." (Q.S. Al-Bayyinah: 1)
Ayat pertama ini secara tegas menyatakan bahwa sebelum datangnya wahyu dan bukti yang jelas, mereka akan terus berada dalam kekafiran. Bukti yang dimaksud di sini adalah kedatangan Nabi Muhammad SAW beserta Al-Qur'an yang menjadi penjelas kebenaran yang hakiki. Kedatangan bukti ini membedakan antara mereka yang memilih untuk menerima kebenaran dan mereka yang menolaknya.
Selanjutnya, surat ini menjelaskan apa "Al-Bayyinah" itu. Ayat kedua merinci bahwa bukti tersebut adalah seorang rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan.
رَسُولٌ مِّنَ ٱللَّهِ يَتْلُوا۟ صُحُفًا مُّطَهَّرَةً
"yaitu seorang Rasul dari Allah yang membacakan (isyarat-isyarat) Al-Qur'an yang suci," (Q.S. Al-Bayyinah: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa bukti yang datang bukanlah dari rekaan manusia, melainkan dari Allah SWT melalui seorang utusan-Nya. Pembacaan lembaran-lembaran suci ini merujuk pada wahyu Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kesucian lembaran-lembaran ini menunjukkan kemurnian dan kebenaran ajaran yang dibawanya.
Ayat ketiga melanjutkan penjelasan mengenai isi dari lembaran-lembaran yang dibacakan tersebut, yaitu kitab-kitab yang mengandung ajaran yang lurus dan benar.
فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ
"di dalamnya terdapat kitab-kitab yang lurus (benar)." (Q.S. Al-Bayyinah: 3)
Kata "Qayyimah" mengandung makna lurus, tegak, adil, dan sempurna. Ini menunjukkan bahwa ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an adalah ajaran yang tidak menyimpang, sesuai dengan fitrah manusia, dan membawa kepada kebaikan serta kebenaran yang abadi.
Setelah menjelaskan bukti yang datang, surat ini kemudian membagi manusia menjadi dua kelompok besar: orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kufur. Ayat keempat dan kelima menggambarkan perbedaan fundamental antara kedua kelompok ini.
وَمَا تَفَرَّقَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
"Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang diberi kitab itu kecuali sesudah datang kepada mereka penjelasan." (Q.S. Al-Bayyinah: 4)
Ayat ini menegaskan bahwa perpecahan di kalangan Ahli Kitab, baik di antara mereka sendiri maupun dalam menerima kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terjadi justru setelah datangnya Al-Bayyinah. Beberapa di antara mereka yang tadinya berpegang pada kitab suci, justru menolak kebenaran yang jelas di depan mata, karena kesombongan atau keinginan duniawi.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan (disuruh) mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Q.S. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menjelaskan esensi dari agama yang lurus yang diperintahkan kepada seluruh umat manusia, termasuk para nabi dan rasul sebelumnya. Intinya adalah penyembahan yang tulus hanya kepada Allah (ikhlas), mengikuti agama yang hanif (lurus), mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Ketaatan yang lurus ini adalah inti dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya.
Ayat keenam hingga kedelapan menyoroti perbedaan nasib antara orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kufur, baik di dunia maupun di akhirat.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ
"Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan Ahlilkitab dan orang-orang musyrik (ditempatkan) di neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk." (Q.S. Al-Bayyinah: 6)
Bagi mereka yang memilih kekafiran dan kesesatan setelah datangnya bukti yang jelas, balasan mereka adalah neraka Jahanam, tempat kekal yang penuh dengan siksaan. Mereka digambarkan sebagai sejahat-jahat makhluk karena telah menolak kebenaran yang hakiki.
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ ٱلْبَرِيَّةِ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (Q.S. Al-Bayyinah: 7)
Sebaliknya, bagi mereka yang beriman kepada Allah, menerima risalah Nabi Muhammad SAW, dan mengamalkan perbuatan baik, balasan mereka adalah menjadi sebaik-baik makhluk. Kebaikan di sini mencakup kebaikan di dunia berupa ketenangan dan kebahagiaan batin, serta kebaikan di akhirat berupa surga yang kekal.
جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّـٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ
"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (Q.S. Al-Bayyinah: 8)
Ayat terakhir ini menutup surat dengan gambaran kenikmatan surga 'Adn yang dikaruniakan kepada orang-orang beriman. Lebih dari itu, kebahagiaan tertinggi adalah keridaan Allah kepada mereka, yang merupakan puncak dari segala keberuntungan. Semua ini sebagai balasan bagi mereka yang memiliki rasa takut kepada Allah (khosyah), yang mendorong mereka untuk senantiasa taat dan berbuat baik.
Surat Al-Bayyinah memberikan pelajaran penting tentang kejelasan kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Surat ini menekankan bahwa keimanan dan amal saleh adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, sementara kekafiran dan penolakan terhadap kebenaran akan berujung pada siksa neraka. Bagi umat Islam, surat ini menjadi pengingat untuk senantiasa menjaga kemurnian akidah, menegakkan ibadah, dan berbuat baik agar senantiasa berada dalam lindungan dan keridaan Allah SWT.