Peribahasa merupakan ungkapan pendek yang berisi kiasan, sindiran, nasihat, atau peringatan. Dalam setiap peribahasa terkandung makna mendalam yang mencerminkan kearifan lokal, nilai-nilai budaya, serta pengalaman hidup masyarakat Indonesia dari generasi ke generasi. Keberadaan peribahasa tidak hanya memperkaya bahasa, tetapi juga menjadi cerminan cara berpikir dan pandangan hidup bangsa.
Melalui peribahasa, kita dapat belajar banyak tentang etika, moral, hubungan sosial, serta bagaimana menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan. Setiap ungkapan ini sering kali lahir dari pengamatan terhadap alam, binatang, tumbuhan, atau kejadian sehari-hari yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat ringkas namun sarat makna. Mengerti dan menggunakan peribahasa dengan tepat akan menunjukkan kedalaman pemahaman seseorang terhadap bahasa dan budayanya.
Peribahasa Populer dan Artinya
Ada udang di balik batu.Artinya: Ada maksud tersembunyi atau pamrih di balik perbuatan seseorang yang baik. Ungkapan ini mengingatkan kita untuk selalu waspada dan tidak mudah percaya pada kebaikan yang tampak di permukaan saja.
Air beriak tanda tak dalam.Artinya: Orang yang banyak bicara atau banyak omong biasanya ilmunya tidak luas atau tidak memiliki pengetahuan yang mendalam. Kebalikan dari ungkapan ini adalah bahwa orang yang berilmu luas justru cenderung lebih pendiam dan bijaksana.
Biar lambat asal selamat.Artinya: Lebih baik berhati-hati dan melakukannya secara perlahan daripada terburu-buru namun hasilnya tidak baik atau bahkan celaka. Peribahasa ini menekankan pentingnya kehati-hatian dan kesabaran dalam setiap tindakan.
Besar pasak daripada tiang.Artinya: Pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Ungkapan ini merupakan peringatan keras tentang pengelolaan keuangan yang buruk, di mana pengeluaran tidak seimbang dengan pendapatan.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.Artinya: Sifat atau kelakuan anak biasanya akan sama dengan orang tua atau keluarganya. Peribahasa ini menggambarkan bahwa karakteristik seseorang sangat dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan keluarga.
Carik-carik bulu ayam, lama-lama bercantum juga.Artinya: Perselisihan saudara atau keluarga, meskipun besar, lama-lama akan berdamai kembali. Peribahasa ini menunjukkan optimisme dan pentingnya rekonsiliasi dalam hubungan keluarga.
Diam-diam menghanyutkan.Artinya: Orang yang pendiam ternyata memiliki kemampuan atau rencana yang luar biasa, sehingga mampu mengalahkan orang lain tanpa disadari. Mirip dengan "ada udang di balik batu", namun lebih menekankan pada potensi tersembunyi yang diam-diam mewujudkan hasil.
Garam di laut asam di gunung bertemu jua.Artinya: Niscaya akan bertemu juga akhirnya, entah itu dalam kebaikan maupun keburukan. Peribahasa ini mengandung makna bahwa takdir atau pertemuan pasti akan terjadi pada waktunya.
Hangat-hangat tahi ayam.Artinya: Semangat yang sebentar saja, tidak bertahan lama. Peribahasa ini menggambarkan sikap kurang konsisten dalam melakukan sesuatu, mudah bersemangat di awal namun cepat padam.
Ingat sebelum kena, hemat sebelum habis.Artinya: Selalu berwaspada dan bersiap sebelum terjadi sesuatu yang buruk, serta berhematlah selagi masih ada, agar tidak menyesal kemudian. Ini adalah nasihat tentang pencegahan dan pengelolaan sumber daya.
Jauh di mata dekat di hati.Artinya: Meskipun terpisah jarak, namun di dalam hati tetap dekat atau saling merindukan. Peribahasa ini menggambarkan kedekatan emosional yang tidak terhalang oleh jarak fisik.
Kacang lupa kulitnya.Artinya: Orang yang melupakan asal-usulnya atau orang-orang yang pernah berjasa padanya. Ini adalah peringatan terhadap ketidaktahuan terima kasih dan kesombongan.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.Artinya: Nasib buruk tidak dapat dihindari, dan nasib baik tidak dapat dicari. Peribahasa ini mencerminkan pandangan hidup yang menerima takdir, namun tetap berusaha untuk yang terbaik.
Menepuk air di dulang, terciprat ke muka sendiri.Artinya: Perbuatan buruk yang merugikan diri sendiri atau orang dekat. Ungkapan ini menunjukkan konsekuensi negatif dari tindakan yang merusak reputasi atau hubungan.
Nasi sudah menjadi bubur.Artinya: Sesuatu yang sudah terlanjur terjadi dan tidak dapat diubah lagi. Peribahasa ini mengingatkan bahwa terkadang kita harus menerima kenyataan dan belajar dari kesalahan yang telah terjadi.
Memahami peribahasa adalah jendela menuju kekayaan bahasa dan budaya Indonesia. Setiap ungkapan ini menyimpan pelajaran berharga yang relevan hingga kini, mengajarkan kita kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Mari kita jaga dan lestarikan warisan lisan yang luar biasa ini.