Simbol visual dari misteri huruf Alif, Lam, Mim
Surah Al-Baqarah, surah terpanjang dalam Al-Qur'an, dimulai dengan serangkaian ayat yang penuh makna dan misteri. Ayat-ayat pembuka ini, dari ayat 1 hingga 10, seringkali menimbulkan pertanyaan dan perenungan mendalam bagi umat Muslim. Mari kita selami keindahan dan hikmah yang terkandung dalam permulaan surah yang mulia ini.
Ayat pertama, 1, dimulai dengan huruf-huruf tunggal yang dikenal sebagai muqatta'at atau huruf terputus:
"الٓمٓ"
"Alif Lam Mim."
Makna pasti dari huruf-huruf ini masih menjadi subjek diskusi di kalangan para ulama. Namun, mayoritas berpendapat bahwa huruf-huruf ini adalah salah satu mukjizat Al-Qur'an, yang menunjukkan keasliannya sebagai firman Allah yang tidak dapat ditiru oleh manusia. Alif, Lam, dan Mim adalah huruf-huruf yang paling sering digunakan dalam bahasa Arab. Kombinasinya di awal surah ini mungkin berfungsi sebagai penekanan akan kebesaran dan kemukjizatan Al-Qur'an itu sendiri. Ini adalah panggilan untuk merenung sebelum memasuki inti ajaran surah ini.
Ayat kedua, 2, menyatakan:
"ذَٰلِكَ ٱلْكِتَـٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ"
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."
Di sini, Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sempurna, bebas dari keraguan dan kepalsuan. Keberadaan Al-Qur'an sebagai petunjuk kebenaran sangatlah mutlak. Namun, petunjuk ini tidak akan sepenuhnya dirasakan oleh semua orang, melainkan hanya oleh mereka yang memiliki sifat taqwa, yaitu orang-orang yang takut kepada Allah, menjaga diri dari murka-Nya, dan senantiasa berusaha menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sifat takwa ini menjadi kunci untuk membuka pintu pemahaman dan bimbingan Al-Qur'an.
Ayat 3 hingga 5 menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa:
"ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ يُنفِقُونَ" "وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْـَٔاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ" "أُو۟لَـٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ"
"(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka." "dan orang-orang yang beriman pada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan apa yang diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat." "Mereka itulah yang berada di atas petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung."
Ayat-ayat ini menggarisbawahi tiga pilar utama keimanan dan praktik seorang mukmin: pertama, beriman pada hal-hal yang gaib seperti Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir; kedua, mendirikan salat dengan khusyuk sebagai wujud ketaatan langsung kepada Allah; dan ketiga, menginfakkan sebagian rezeki di jalan Allah, baik itu harta, ilmu, maupun tenaga, sebagai bentuk kepedulian sosial dan ibadah. Keyakinan pada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan nabi-nabi sebelumnya, serta keyakinan teguh pada kehidupan akhirat, juga menjadi penanda utama orang-orang yang berada di jalan petunjuk Allah dan akan meraih keberuntungan sejati.
Namun, Al-Qur'an tidak hanya berbicara tentang orang beriman, tetapi juga menjelaskan tentang orang-orang yang menolak kebenaran. Ayat 6 dan 7 menggambarkan kondisi mereka:
"إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ" "خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَبْصَـٰرِهِمْ غِشَـٰوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ"
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka apakah engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman." "Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka tertutup. Dan bagi mereka azab yang berat."
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang benar-benar keras kepala dalam kekafiran mereka, meskipun telah diperingatkan berulang kali, tidak akan beriman. Ini bukan karena Allah tidak memberi kesempatan, melainkan karena kekafiran dan penolakan mereka yang terus-menerus telah membuat hati, pendengaran, dan penglihatan mereka tertutup dari cahaya kebenaran. Hukuman ilahi ini adalah konsekuensi dari pilihan mereka sendiri untuk menolak kebenaran.
Selanjutnya, ayat 8 dan 9 memaparkan tentang segolongan orang yang mengaku beriman tetapi sesungguhnya tidak:
"وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ" "يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ"
"Dan di antara manusia ada yang berkata, 'Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,' padahal sesungguhnya mereka bukanlah orang beriman." "Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri, tanpa mereka sadari."
Ayat ini berbicara tentang kaum munafik, yang melontarkan ucapan keimanan di lisan mereka namun hati mereka tidak tulus. Mereka berusaha menipu Allah dan orang-orang mukmin dengan penampilan keimanan mereka, namun sejatinya mereka hanya memperdaya diri sendiri karena mereka tidak menyadari konsekuensi perbuatan mereka yang akan membawa kerugian besar di dunia dan akhirat. Kemunafikan adalah penyakit hati yang berbahaya.
Terakhir, ayat 10 menutup rangkaian permulaan ini dengan menggambarkan keadaan mereka lebih lanjut:
"فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ"
"Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakitnya, dan bagi mereka azab yang pedih karena mereka berdusta."
Penyakit yang dimaksud adalah keraguan, kemunafikan, dan keengganan untuk menerima kebenaran. Karena terus-menerus berada dalam kemunafikan dan kedustaan, Allah membiarkan penyakit itu semakin parah dalam diri mereka sebagai balasan atas pilihan mereka. Akibatnya, mereka akan menerima siksa pedih di akhirat.
Sepuluh ayat pertama Surah Al-Baqarah memberikan gambaran komprehensif tentang tiga golongan manusia: orang yang bertakwa, orang kafir yang menolak kebenaran, dan orang munafik yang berpura-pura beriman. Ketiga kategori ini berfungsi sebagai peta jalan bagi pembaca Al-Qur'an untuk memahami siapa yang berada di jalan yang benar dan siapa yang tersesat.
Dimulainya Al-Qur'an dengan misteri muqatta'at, kemudian penegasan kebenaran Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang bertakwa, dan penjelasan rinci mengenai ciri-ciri mereka, diikuti dengan uraian tentang orang-orang yang menolak dan orang-orang yang munafik, menunjukkan kedalaman dan keluasan ajaran Islam.
Penting bagi setiap Muslim untuk merenungkan ayat-ayat ini. Apakah kita termasuk golongan yang bertakwa dengan senantiasa beriman pada yang gaib, mendirikan salat, dan gemar bersedekah? Atau justru kita cenderung menutup hati dari kebenaran, atau lebih buruk lagi, terjerumus dalam kemunafikan? Ayat-ayat ini adalah panggilan untuk introspeksi diri dan memohon petunjuk Allah agar senantiasa berada di jalan kebenaran yang akan membawa keberuntungan hakiki.
Keindahan Surah Al-Baqarah ayat 1-10 tidak hanya terletak pada lafaznya yang indah, tetapi juga pada kedalaman maknanya yang terus menggugah kesadaran spiritual umat manusia untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat melalui ketaatan kepada Allah SWT.