Simbol kedamaian dan pedoman hidup
Surah Al-Baqarah, ayat ke-120, merupakan salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang memuat pesan mendalam mengenai hubungan antara umat Muslim dengan kaum Yahudi dan Nasrani, serta prinsip toleransi dan kebenaran. Ayat ini seringkali menjadi titik acuan dalam diskusi mengenai interaksi antarumat beragama dan bagaimana seorang Muslim seharusnya bersikap dalam menghadapi perbedaan keyakinan. Pesan yang disampaikan sangat relevan untuk dipahami oleh setiap Muslim sebagai panduan dalam kehidupan bermasyarakat.
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ ٱلۡهُدَىٰ هُدَى ٱللَّهِۗ أٓنَسۡتُ أَن يَأۡتِيَكَ مِنَ ٱلرِّحۡمَةِ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلرَّحۡمَٰنِۗ وَلَا وَلِيٌّۭ غَيۡرُ ٱللَّهِ وَلَا نَصِيرٌۭ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).' Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak ada pelindung dan penolong bagimu dari Allah."
Ayat ini secara gamblang menjelaskan bahwa upaya untuk menyenangkan atau menyamai keyakinan kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah membuahkan hasil. Mereka memiliki standar "kerelaan" yang didasarkan pada mengikuti tradisi dan keyakinan mereka, bukan pada kebenaran yang hakiki. Allah SWT melalui ayat ini mengingatkan Rasulullah SAW, dan secara implisit seluruh umatnya, bahwa sumber petunjuk yang sejati dan satu-satunya adalah dari Allah SWT.
Pesan utama yang terkandung dalam ayat ini adalah pentingnya konsistensi dalam memegang teguh ajaran Islam. Tidak boleh terpengaruh oleh pandangan atau keinginan pihak lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip keimanan. Cobaan dalam bentuk godaan untuk mengikuti cara pandang orang lain, terutama dalam hal akidah, adalah hal yang nyata. Allah SWT mengingatkan bahwa jika seseorang berpaling dari petunjuk-Nya setelah kebenaran itu jelas, maka ia akan kehilangan perlindungan dan pertolongan dari-Nya.
Ayat ini tidak bertujuan untuk menciptakan permusuhan, melainkan untuk menegaskan prinsip kebenaran dan kebebasan memilih keyakinan yang sesungguhnya. Islam menghargai kebebasan beragama, namun juga menekankan pentingnya mempertahankan identitas keislaman yang kokoh. Toleransi dalam Islam tidak berarti harus menyamakan semua keyakinan, melainkan menghormati hak setiap individu untuk memeluk agamanya, sambil tetap teguh pada keyakinan sendiri.
Dalam konteks kekinian, QS Al Baqarah ayat 120 mengajarkan kita untuk bersikap bijak dalam berinteraksi dengan penganut agama lain. Kita dianjurkan untuk bersikap ramah, menghormati, dan menjaga hubungan baik, namun tanpa mengorbankan prinsip-prinsip aqidah Islam. Menjalin dialog antaragama adalah hal yang baik, tetapi dialog tersebut harus dilandasi oleh pemahaman yang benar tentang masing-masing ajaran, bukan untuk mencari titik temu yang mengaburkan perbedaan mendasar.
Penting bagi umat Muslim untuk terus memperdalam ilmu agama mereka agar tidak mudah terombang-ambing oleh isu-isu yang dapat merusak keyakinan. Pemahaman yang kuat tentang Al-Qur'an dan Sunnah akan menjadi benteng pertahanan diri dari berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar. Ketika kita yakin bahwa petunjuk Allah adalah yang terbaik, maka kita tidak akan merasa perlu untuk mencari rida atau mengikuti cara pandang pihak lain yang justru dapat menjauhkan kita dari rahmat-Nya.
Ayat ini juga mengingatkan bahwa keselamatan dan keberhasilan di dunia maupun akhirat sangat bergantung pada pertolongan Allah SWT. Dengan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya, kita akan senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Mengandalkan pertolongan selain Allah adalah kesyirikan yang harus dijauhi. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya senantiasa berdoa dan memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam.
QS Al Baqarah ayat 120 adalah sebuah pengingat abadi bagi umat Islam. Ia mengajarkan kita untuk memegang teguh kebenaran Islam, bersikap toleran namun tidak goyah pada prinsip, serta selalu memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT. Dengan memahami dan mengamalkan isi ayat ini, diharapkan setiap Muslim dapat menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan dan keberkahan, menjadi pribadi yang kokoh dalam iman dan bijak dalam bertindak.