Al-Baqarah 225

QS Al-Baqarah Ayat 225: Memahami Larangan Sumpah yang Sia-sia

Surat Al-Baqarah merupakan surat terpanjang dalam Al-Qur'an dan sarat akan berbagai hukum, ajaran, serta kisah yang relevan bagi kehidupan umat manusia. Salah satu ayat yang sering kali dibahas dalam konteks larangan perilaku yang tidak terpuji adalah QS Al-Baqarah ayat 225. Ayat ini secara tegas melarang umat Islam untuk menjadikan sumpah-sumpah yang sia-sia sebagai penghalang dalam berbuat kebajikan, bertakwa, dan mendamaikan manusia. Pemahaman yang mendalam terhadap ayat ini penting agar kita tidak terjebak dalam kesia-siaan dan justru menjauh dari esensi keimanan.

وَلاَ تَجْعَلُواْ اللّهَ عُرْضَةً لاّيْمَانِكُمْ أَن تَبَرّواْ وَتَتَّقُواْ وَتُصْلِحُواْ بَيْنَ النَّاسِ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang bagimu untuk berbuat kebajikan dan bertakwa serta mendamaikan antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Makna Mendalam QS Al-Baqarah Ayat 225

Ayat ini memberikan pelajaran penting mengenai bagaimana seharusnya kita menggunakan nama Allah SWT. Frasa "wa la taj'alullaha 'urdhatal li-aimanikum" secara harfiah berarti "dan janganlah kamu menjadikan Allah sebagai sasaran atau tujuan sumpahanmu". Maksudnya di sini adalah jangan menjadikan sumpah atas nama Allah sebagai alasan atau benteng untuk menghindari kewajiban berbuat baik, bertakwa, dan mendamaikan perselisihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali seseorang terucap sumpah untuk tidak melakukan sesuatu, padahal perbuatan tersebut adalah baik atau bahkan wajib. Misalnya, seseorang bersumpah demi Allah untuk tidak lagi menolong tetangganya yang membutuhkan, atau bersumpah untuk tidak lagi terlibat dalam upaya perdamaian di antara anggota keluarga yang berselisih. Sumpah-sumpah semacam ini adalah sumpah yang sia-sia karena justru menghalangi terwujudnya kebaikan dan kemaslahatan.

Allah SWT mengingatkan dalam ayat ini bahwa tujuan utama kita adalah berbuat kebajikan (birr), bertakwa (taqwa), dan mendamaikan antar sesama manusia (ishlah). Perbuatan-perbuatan ini adalah inti dari ajaran Islam dan merupakan bukti keimanan seseorang. Oleh karena itu, sumpah yang justru menghalangi perbuatan mulia tersebut, meskipun diucapkan atas nama Allah, adalah perbuatan yang tidak diridhai.

Bahkan, jika seseorang terlanjur bersumpah untuk tidak melakukan kebaikan, ia diperintahkan untuk membatalkan sumpahnya dan membayar kafarat (tebusan) atas sumpah tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya dalam surat Al-Baqarah. Ini menunjukkan betapa pentingnya Islam dalam mendorong umatnya untuk selalu berada di jalan kebaikan.

Kafarat Sumpah

Untuk melengkapi pemahaman mengenai ayat ini, penting juga untuk mengetahui konsekuensi dari sumpah yang terlanjur diucapkan. Jika seseorang bersumpah atas nama Allah untuk tidak melakukan suatu perbuatan, namun perbuatan tersebut adalah kebaikan atau wajib, maka ia dianjurkan untuk membatalkan sumpahnya.

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Maidah ayat 89: "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja (untuk bersumpah). Maka kafaratnya (dendanya) ialah memberi makan sepuluh orang miskin, dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak mampu melakukan yang demikian, maka (kafaratnya) berpuasa tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpahmu apabila kamu bersumpah (tetapi melanggarnya). Maka jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur."

Kafarat ini menjadi bukti bahwa Islam tidak membiarkan umatnya terperangkap dalam kesalahan atau sumpah yang menghalangi kebaikan. Sebaliknya, Islam memberikan solusi agar kembali ke jalan yang benar.

Keutamaan Mendamaikan dan Berbuat Baik

QS Al-Baqarah ayat 225 juga secara eksplisit menyebutkan keutamaan dari tiga hal:

Dengan melarang sumpah yang menghalangi ketiga hal mulia ini, Allah SWT menunjukkan betapa agungnya kedudukan kebajikan, ketakwaan, dan perdamaian dalam Islam. Seorang Muslim yang beriman seyogyanya senantiasa berusaha untuk mengamalkan nilai-nilai ini dalam kehidupannya, bukan justru menghindarinya karena alasan sumpah yang tidak berarti.

Memahami dan mengamalkan kandungan QS Al-Baqarah ayat 225 adalah cerminan dari kesungguhan kita dalam beragama. Mari kita jadikan ayat ini sebagai pengingat untuk selalu berada di jalan kebaikan, menjauhi kesia-siaan, dan berkontribusi dalam menciptakan kedamaian.

🏠 Homepage