Surat Al Baqarah, juz 1, ayat 36, adalah salah satu ayat yang sarat akan makna mendalam, menceritakan momen krusial dalam sejarah penciptaan manusia. Ayat ini secara ringkas namun padat mengisahkan tentang peringatan Allah kepada Adam dan Hawa, serta konsekuensi dari ketidakpatuhan mereka. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini memberikan pelajaran berharga tentang godaan, godaan setan, serta pentingnya ketaatan kepada perintah Sang Pencipta.
Setiap frasa dalam ayat ini memiliki bobot historis dan spiritualnya sendiri. "فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا" (Faa azalllahumaa ash-shaythanu 'anhaa): Frasa ini secara gamblang menyebutkan peran setan sebagai penyebab utama Adam dan Hawa tergelincir. Kata "azalla" menunjukkan makna "menggelincirkan" atau "menyesatkan," menyiratkan bahwa setan memainkan peran aktif dalam membujuk mereka untuk melanggar larangan Allah. Ini adalah peringatan pertama tentang permusuhan abadi antara manusia dan setan.
"فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ" (Fa akhrajahumaa mimmaa kaanaa feehi): Akibat dari kegagalan mereka dalam menahan godaan, Allah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga, tempat kenikmatan yang tiada tara. Kata "akhrajahumaa" berarti "mengeluarkan keduanya," menandakan perpindahan dari satu kondisi ke kondisi lain. Kehidupan mereka yang semula penuh kemudahan dan kedamaian kini harus berubah.
"وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ" (Wa qulnaa ihbithuu ba'dhukum li ba'dhin 'adwun): Ini adalah perintah langsung dari Allah, "Turunlah kamu sekalian ke bumi! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain." Perintah "ihbithuu" (turunlah) menunjukkan perpindahan tempat dan status. Frasa "ba'dhukum li ba'dhin 'adwun" (sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain) memperkenalkan dinamika sosial dan konflik yang akan dihadapi manusia di bumi, termasuk permusuhan dengan setan itu sendiri, serta potensi permusuhan antar sesama manusia.
"وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ" (Wa lakum fil ardi mustaqarrun wa mataa'un ilaa hiin): Ayat ini menutup dengan memberikan jaminan dan batasan bagi kehidupan manusia di bumi. "Mustaqarrun" berarti tempat tinggal atau menetap, sementara "mataa'un" berarti kesenangan atau bekal. Namun, semua itu bersifat sementara, "ilaa hiin" (sampai waktu yang ditentukan). Ini mengajarkan bahwa dunia adalah tempat sementara, sebuah ujian sebelum kehidupan abadi di akhirat.
QS Al Baqarah ayat 36 memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat manusia:
Ayat ini merupakan kelanjutan dari kisah penciptaan Adam dan Hawa yang telah dijelaskan sebelumnya dalam Surat Al Baqarah. Setelah Allah menciptakan Adam dan menjadikannya khalifah di bumi, kemudian menciptakan Hawa sebagai pendampingnya, keduanya ditempatkan di surga. Namun, Allah melarang mereka mendekati satu pohon tertentu.
Setan, yang telah menyatakan permusuhannya terhadap Adam dan keturunannya, menggunakan tipu daya untuk membujuk keduanya memakan buah terlarang itu. Niat setan adalah untuk menjatuhkan Adam dan Hawa dari derajat kenikmatan surga. Ketika keduanya tergelincir dan memakan buah itu, seketika terlihatlah aurat mereka, dan mereka mulai merasa malu.
Perintah untuk turun ke bumi bukanlah hukuman semata, melainkan sebuah fase baru dalam rencana Allah bagi penciptaan-Nya. Di bumi, manusia akan diuji dengan berbagai cobaan, diberi kebebasan untuk memilih jalan kebaikan atau keburukan, dan diminta untuk mengabdi kepada-Nya. Kehidupan di bumi juga merupakan kesempatan bagi manusia untuk meraih rahmat dan ampunan Allah melalui taubat dan amal shaleh.
Memahami QS Al Baqarah ayat 36 berarti kita memahami akar dari eksistensi manusia di dunia. Ini adalah pengingat abadi tentang kekuatan godaan, pentingnya pertobatan, dan tujuan akhir kehidupan. Dengan merenungkan ayat ini, kita diharapkan semakin kuat dalam menjalani kehidupan, senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama, dan memohon perlindungan serta petunjuk dari Allah SWT. Perjalanan manusia dimulai dari tanah, dengan segala tantangannya, namun juga dengan janji rahmat dan keampunan-Nya yang tak terbatas.