Ayat ke-62 dari Surah Al-Baqarah merupakan salah satu ayat penting dalam Al-Qur'an yang menguraikan tentang keutamaan dan keberkahan yang dijanjikan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman. Ayat ini menegaskan bahwa keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat bukanlah hak eksklusif bagi kelompok tertentu saja, melainkan terbuka bagi siapa saja yang memenuhi syarat-syarat keimanan yang telah ditetapkan. Dalam ayat ini, Allah SWT secara gamblang menyebutkan tiga golongan utama yang akan mendapatkan pahala besar di sisi-Nya, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta beramal saleh.
Makna mendalam dari QS Al Baqarah ayat 62 ini mengundang kita untuk merenungkan kembali esensi dari keimanan yang sesungguhnya. Allah SWT tidak hanya membatasi pahala-Nya pada satu golongan umat beragama saja, namun memberikan kesempatan yang luas bagi siapa saja yang tulus dalam keyakinannya. Tiga elemen kunci yang disebutkan dalam ayat ini adalah fundamental: iman kepada Allah, iman kepada hari akhir, dan amal saleh. Ketiganya saling terkait dan membentuk fondasi kokoh bagi seorang hamba untuk meraih keridaan-Nya.
Pertama, iman kepada Allah berarti pengakuan yang teguh dan total terhadap keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya yang sempurna, serta kedaulatan-Nya atas seluruh ciptaan. Keimanan ini bukan sekadar ucapan lisan, tetapi harus meresap ke dalam hati dan terwujud dalam setiap aspek kehidupan. Mempercayai bahwa Allahlah satu-satunya sumber kebaikan, pertolongan, dan keadilan, serta hanya kepada-Nya kita beribadah dan memohon.
Kedua, iman kepada hari akhir adalah keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian, di mana setiap perbuatan manusia akan diperhitungkan dan mendapatkan balasan. Keimanan ini memberikan perspektif jangka panjang terhadap kehidupan di dunia. Ketika seseorang yakin bahwa setiap tindakan sekecil apapun akan dimintai pertanggungjawaban, maka ia akan lebih berhati-hati dalam bertindak, menjauhi larangan-Nya, dan bersegera dalam melakukan kebaikan. Hari akhir menjadi pengingat bahwa dunia ini hanyalah sementara, dan kehidupan abadi menanti mereka yang berhak.
Ketiga, amal saleh adalah manifestasi nyata dari keimanan seseorang. Amal saleh mencakup segala bentuk perbuatan baik yang mendatangkan manfaat, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Ini bisa berupa ibadah ritual seperti salat, puasa, zakat, dan haji, maupun ibadah sosial seperti menolong sesama, menjaga lisan, bersikap jujur, adil, dan berbakti kepada orang tua. Amal saleh adalah bukti otentik dari keikhlasan hati dan ketulusan iman. Tanpa amal saleh, keimanan yang hanya tersimpan di dalam hati bisa jadi belum sepenuhnya teruji.
Ayat ini memberikan kabar gembira bahwa bagi siapa saja yang memenuhi ketiga syarat tersebut, Allah SWT menjanjikan dua hal yang sangat berharga: "tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka akan berduka cita." Ini adalah predikat kebahagiaan hakiki yang tidak dapat dibeli dengan harta benda maupun dicapai dengan usaha duniawi semata.
"Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka" berarti mereka akan terbebas dari rasa takut dan cemas akan masa depan yang tidak pasti, terutama ketika menghadapi cobaan, kesulitan, atau bahkan kematian. Mereka memiliki keyakinan bahwa Allah SWT senantiasa bersama mereka dan akan memberikan solusi terbaik. Ketakutan akan kegagalan, kehilangan, atau ancaman lainnya akan sirna ketika hati dipenuhi oleh ketenangan iman.
Sementara itu, "tidak pula mereka akan berduka cita" merujuk pada ketidakadanya penyesalan atas segala sesuatu yang telah berlalu, baik itu perbuatan yang pernah dilakukan di masa lalu, maupun kehilangan yang mungkin dialami. Mereka tidak akan meratapi takdir yang telah ditetapkan Allah karena mereka yakin bahwa setiap ketetapan-Nya pasti mengandung hikmah. Kebahagiaan mereka bersifat abadi, tidak terpengaruh oleh gejolak duniawi yang datang silih berganti.
Penting untuk dipahami bahwa penyebutan golongan-golongan seperti Yahudi dan Nasrani dalam ayat ini bukanlah penegasan keabsahan syariat mereka yang telah dinasakh (dihapus) oleh syariat Islam. Akan tetapi, ayat ini menekankan prinsip universal bahwa rahmat Allah terbuka bagi siapa saja yang memenuhi syarat keimanan, terlepas dari latar belakang agama mereka, selama mereka memeluk tauhid yang benar, beriman kepada hari akhir, dan beramal saleh. Islam sebagai agama penutup hadir untuk menyempurnakan dan menegaskan kembali ajaran-ajaran luhur yang dibawa oleh para nabi sebelumnya.
QS Al Baqarah ayat 62 memberikan pelajaran berharga bahwa jalan menuju kebahagiaan dan keselamatan adalah melalui keimanan yang benar dan diamalkan. Dengan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam ayat ini, kita dapat memperkuat keyakinan kita, meningkatkan kualitas amal perbuatan kita, dan pada akhirnya meraih ketenangan hati serta kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. Ia menjadi pengingat bahwa Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Adil, membuka pintu rahmat-Nya seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada-Nya.