Surah Al-Baqarah, ayat 82, merupakan salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang sarat makna, menjelaskan hakikat keimanan yang benar dan hubungan eratnya dengan ketakwaan serta janji balasan dari Allah SWT. Ayat ini menyoroti bahwa keselamatan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat sangat bergantung pada sejauh mana seseorang memelihara dan mengamalkan agamanya dengan sungguh-sungguh.
Terjemahan dari ayat ini adalah: "Tidak demikian, tetapi siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sedang ia berbuat kebaikan, maka ia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."
Ayat ini secara tegas menolak anggapan sebagian orang pada masa itu yang mengklaim bahwa hanya berdasarkan keturunan atau nasab tertentu seseorang akan selamat. Sebaliknya, Allah SWT menegaskan bahwa kunci keselamatan dan kebahagiaan hakiki terletak pada dua syarat utama: penyerahan diri yang tulus kepada Allah (Islam wajhahu lillah) dan perbuatan baik (wahuwa muhsin).
Istilah "aslama wajhahu lillah" mengandung makna yang sangat mendalam. "Aslama" berasal dari kata "salima" yang berarti selamat, tunduk, patuh. "Wajhahu" secara harfiah berarti wajahnya, namun dalam konteks ini merujuk pada seluruh diri, esensi, dan orientasi hidup seseorang. Jadi, frasa ini berarti seseorang yang menyerahkan seluruh dirinya, lahir batin, segala orientasi hidupnya, pandangannya, tindakannya, dan tujuannya hanya kepada Allah SWT. Ini bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan sebuah komitmen total untuk tunduk pada segala perintah dan larangan-Nya, serta ridha dengan segala ketetapan-Nya. Ini adalah inti dari keikhlasan, yaitu melakukan segala sesuatu semata-mata karena Allah.
Syarat kedua adalah "wahuwa muhsin". Kata "muhsin" berasal dari akar kata "ihsan" yang berarti berbuat baik, memperbaiki, memperindah. Dalam Islam, ihsan memiliki makna yang luas, meliputi:
Seorang yang "muhsin" adalah orang yang dalam setiap tindakannya senantiasa berusaha untuk berbuat yang terbaik, dilandasi ilmu dan niat yang benar, serta menghasilkan manfaat.
Bagi mereka yang memenuhi kedua kriteria tersebut, yaitu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sambil berbuat kebaikan, Allah SWT menjanjikan balasan yang sangat istimewa:
QS Al-Baqarah ayat 82 memberikan pedoman hidup yang sangat jelas bagi setiap Muslim. Ayat ini mengingatkan kita bahwa keislaman yang sejati bukanlah sekadar identitas formal, melainkan sebuah perjuangan hidup untuk terus memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan berbuat kebaikan dalam segala aspek.
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan godaan dan tantangan, ayat ini menjadi pengingat kuat agar kita tidak mudah terbuai oleh kesibukan duniawi semata. Penting untuk secara konsisten mengevaluasi diri: sudah sejauh mana kita menyerahkan urusan kita kepada Allah? Apakah niat kita dalam beraktivitas selalu ikhlas karena-Nya? Dan apakah setiap tindakan kita selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik, baik untuk diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan?
Dengan memahami dan mengamalkan isi QS Al-Baqarah ayat 82, seorang Muslim diharapkan dapat meraih kebahagiaan hakiki, yaitu ketenangan jiwa di dunia dan keselamatan abadi di akhirat, berkat rahmat dan pahala dari Allah SWT. Ini adalah janji mutlak dari Sang Pencipta bagi hamba-Nya yang senantiasa berusaha untuk beriman dan beramal saleh.