QS At-Tin Ayat 5: Keutamaan Penciptaan Manusia

Surat At-Tin, salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an, memuat pesan mendalam tentang penciptaan manusia dan potensi kemuliaannya. Surat ini dibuka dengan sumpah Allah Swt. atas buah tin dan zaitun, serta tempat yang aman (Mekah) dan negeri yang bercahaya (Madinah). Sumpah ini menekankan pentingnya apa yang akan dijelaskan selanjutnya, yaitu tentang hakikat penciptaan manusia.

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6)

"Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota Mekah yang aman, sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami mengembalikannya ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; maka mereka akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin: 1-6)

Penekanan pada "Aḥsani Taqwīm"

Ayat keempat dari surat ini, "laqad khalaqnā al-insāna fī aḥsani taqwīm," secara gamblang menyatakan bahwa Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan proporsional. Kata "aḥsan" berarti sebaik-baiknya, terindah, dan paling sempurna. Sementara "taqwīm" merujuk pada bentuk, struktur, susunan, dan proporsi yang harmonis. Ini menunjukkan betapa agungnya ciptaan Allah dalam diri manusia. Manusia diberikan akal budi, kemampuan berpikir, perasaan, dan jasad yang harmonis, membedakannya dari makhluk lain.

Keindahan penciptaan ini tidak hanya pada fisik semata. Manusia dibekali potensi spiritual dan intelektual yang luar biasa. Ia mampu mengenal Tuhannya, memahami kebenaran, dan berinteraksi dengan alam semesta. Keseimbangan antara akal, hati, dan jasad menjadi kunci keunggulan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Potensi ini adalah anugerah yang patut disyukuri dan dikembangkan.

Simbol abstrak yang mewakili harmoni dan penciptaan manusia

Potensi Kejatuhan dan Keselamatan

Namun, surat At-Tin tidak berhenti pada penjelasan kemuliaan penciptaan. Ayat kelima, "tsumma radadnāhu asfala sāfilīn," memberikan peringatan keras. Kata "radadnāhu" berarti "Kami mengembalikannya," dan "asfala sāfilīn" berarti "tempat yang paling rendah" atau "derajat yang paling hina." Ini bisa diartikan sebagai kemunduran moral dan spiritual yang dialami manusia ketika ia menyalahgunakan anugerah akal dan kebebasan memilihnya.

Ketika manusia menolak tuntunan Ilahi, tenggelam dalam hawa nafsu, dan berbuat kezaliman, ia akan terperosok dari derajat kemuliaan yang telah dianugerahkan kepadanya. Kejatuhan ini bisa berupa kehinaan di dunia maupun siksaan di akhirat. Manusia, dengan segala potensinya, memiliki dua jalur: jalur kebaikan yang mengantarkannya pada keridaan Allah, atau jalur keburukan yang membawanya pada kehancuran.

Kecuali Orang-orang Beriman dan Beramal Saleh

Syukur dan syukur yang tiada henti terus berlanjut hingga ayat keenam: "illal-ladhīna āmanū wa ‘amilū al-ṣāliḥāt falahum ajrun ghairu mamnūn." Ayat ini memberikan pengecualian dan harapan besar. Pengecualian diberikan kepada mereka yang memiliki dua kriteria utama: iman yang tulus dan amal saleh yang konsisten.

Iman bukan sekadar pengakuan di lisan, melainkan keyakinan yang meresap di hati dan terpancar dalam setiap tindakan. Iman kepada Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Sementara amal saleh adalah manifestasi dari keimanan tersebut dalam bentuk perbuatan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan alam semesta, sesuai dengan tuntunan syariat.

Bagi mereka yang memenuhi kriteria ini, Allah menjanjikan "ajrun ghairu mamnūn," yaitu pahala yang tiada putus-putusnya, tanpa terputus, dan berkelanjutan. Ini adalah janji kenikmatan abadi di surga, balasan yang setimpal atas kesungguhan mereka dalam menjaga fitrah kemuliaan penciptaan dan menghindarkan diri dari kejatuhan. Janji ini menegaskan bahwa usaha manusia di dunia, jika dilandasi iman dan amal saleh, tidak akan sia-sia.

Dengan demikian, QS. At-Tin ayat 5, bersama ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya, memberikan gambaran lengkap tentang kondisi manusia. Kita diciptakan dalam kesempurnaan, namun memiliki potensi untuk jatuh. Pilihan ada di tangan kita sendiri. Melalui keimanan yang kuat dan amal perbuatan yang baik, kita dapat menggapai kemuliaan yang dijanjikan Allah Swt. Ini adalah pengingat abadi akan tanggung jawab kita sebagai hamba-Nya dan potensi luar biasa yang tersembunyi dalam diri setiap insan.

🏠 Homepage