Ilustrasi visual menunjukkan penomoran surat sebagai representasi urutan dalam Al-Qur'an.
Dalam lautan ayat-ayat suci Al-Qur'an, setiap surat memiliki posisi dan konteksnya sendiri yang memperkaya pemahaman umat Islam. Pertanyaan mengenai "sebelum surat At-Tin" membawa kita pada eksplorasi urutan mushaf, bukan urutan pewahyuan. Al-Qur'an yang kita baca saat ini tersusun dalam suatu sistem yang telah dibakukan, dan di dalamnya, surat At-Tin memiliki urutan spesifik.
Surat At-Tin adalah surat ke-95 dalam mushaf Al-Qur'an. Ia termasuk dalam golongan surat-surat pendek yang berada di penghujung kitab suci ini, tepatnya di juz ke-30 atau Juz 'Amma. Urutan ini sangatlah penting untuk dipahami, karena memberikan perspektif bagaimana Al-Qur'an disusun secara tematik dan naratif oleh para ulama dan sahabat di bawah bimbingan wahyu.
Jika kita melihat daftar surat di bagian akhir Al-Qur'an, setelah surat At-Tin akan kita temukan surat Al-Quraisy. Namun, pertanyaan kita fokus pada surat yang mendahuluinya. Surat yang tepat berada sebelum surat At-Tin adalah Surat Al-Insyirah (atau juga dikenal sebagai Surat Alam Nashrah). Surat Al-Insyirah adalah surat ke-94. Jadi, urutannya adalah Al-Insyirah (94), kemudian At-Tin (95).
Mengenal posisi surat At-Tin juga penting untuk mengaitkannya dengan surat sebelumnya, Al-Insyirah, dan surat sesudahnya, Al-Quraisy. Ketiga surat ini secara ringkas dan padat menyampaikan pesan-pesan fundamental ajaran Islam. Surat At-Tin dimulai dengan sumpah Allah SWT yang mengagumkan:
"Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sina, dan demi negeri (Mekah) yang aman ini." (QS. At-Tin: 1-3)
Sumpah-sumpah ini sering diinterpretasikan oleh para ahli tafsir sebagai penekanan terhadap kekuasaan Allah dan ciptaan-Nya yang penuh hikmah. Buah tin dan zaitun dikenal sebagai buah yang kaya manfaat dan tumbuh di daerah yang subur, mengindikasikan kesuburan dan anugerah. Bukit Sina adalah tempat penting dalam sejarah kenabian Musa AS, sedangkan Mekah adalah tanah haram yang suci dan aman.
Selanjutnya, surat ini menegaskan tentang penciptaan manusia dalam bentuk yang paling baik:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4)
Ayat ini memuji kesempurnaan fisik dan potensi akal budi yang diberikan Allah kepada manusia. Namun, kesempurnaan ini bisa berbalik jika manusia tidak mensyukuri nikmat dan justru mengikuti jalan kesesatan. Allah mengingatkan bahwa ada golongan yang terjerumus ke dalam kehinaan:
"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendah tempat." (QS. At-Tin: 5)
Bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, ada ganjaran yang tak terputus:
"Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin: 6)
Surat At-Tin, dengan susunan ayatnya yang ringkas namun mendalam, mengajak kita untuk merenungkan hakikat penciptaan, karunia akal, dan konsekuensi dari pilihan hidup kita. Posisi surat ini di akhir mushaf, setelah serangkaian surat yang juga penuh hikmah, menegaskan kembali prinsip-prinsip keimanan, ketaatan, dan balasan di akhirat.
Menarik untuk dicatat bahwa surat sebelum surat At-Tin adalah Surat Al-Insyirah. Surat Al-Insyirah dimulai dengan firman Allah:
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?" (QS. Al-Insyirah: 1)
Surat Al-Insyirah secara umum ditafsirkan sebagai penegasan akan pertolongan dan kemudahan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan risalah dakwahnya, yang terkadang dihadapkan pada kesulitan. Surat ini mengingatkan Nabi bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan.
Keterkaitan antara Al-Insyirah dan At-Tin dapat dilihat sebagai penekanan pada dua aspek penting kehidupan manusia: nikmat dan ujian, serta kesempurnaan penciptaan dan tanggung jawab moral. Al-Insyirah mengingatkan tentang anugerah kemudahan dari Tuhan, sementara At-Tin menekankan kesempurnaan penciptaan manusia yang kemudian dituntut pertanggungjawaban atas pilihan-pilihannya. Keduanya saling melengkapi dalam membangun gambaran utuh tentang hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Memahami urutan surat dalam mushaf Al-Qur'an, seperti mengetahui bahwa sebelum surat At-Tin adalah Surat Al-Insyirah, bukan hanya sekadar pengetahuan akademis. Ini adalah bagian dari upaya kita untuk memahami Al-Qur'an secara holistik, menghargai bagaimana ia disusun untuk membimbing umat manusia menuju kebaikan dunia dan akhirat.