Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam, yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 23 tahun. Susunan surat dan ayat dalam Al-Qur'an tidak urut berdasarkan kronologi penurunan wahyu, melainkan merupakan taufiq dari Allah SWT melalui Rasul-Nya. Surat Al-Baqarah adalah surat terpanjang dalam Al-Qur'an dan merupakan surat Madaniyyah yang memiliki banyak kandungan hukum, tuntunan, serta kisah-kisah penting. Pertanyaan mengenai apa yang datang setelah Surat Al Baqarah secara otomatis membawa kita pada pemahaman urutan mushaf yang dikenal saat ini.
Secara urutan dalam mushaf Al-Qur'an yang kita baca, setelah Surat Al-Baqarah adalah Surat Ali 'Imran. Kedua surat ini merupakan bagian dari rangkaian surat-surat panjang (al-Tiwal al-Mufassal) yang seringkali diturunkan di Madinah dan memiliki kedalaman makna serta cakupan ajaran yang luas. Mempelajari kedua surat ini secara berurutan memberikan sebuah pandangan yang lebih kohesif mengenai ajaran Islam awal yang dikembangkan di Madinah.
Surat Ali 'Imran adalah surat kedua dalam mushaf Al-Qur'an. Dinamakan Ali 'Imran karena menyebutkan kisah keluarga Imran, yang merupakan ayah dari Maryam (ibu Nabi Isa AS). Surat ini memiliki tema-tema penting yang saling terkait dengan Surat Al-Baqarah, namun dengan penekanan pada aspek-aspek yang berbeda.
Beberapa poin utama yang dibahas dalam Surat Ali 'Imran meliputi:
Hubungan antara Surat Al-Baqarah dan Ali 'Imran dapat dilihat sebagai dua pilar utama yang membangun fondasi pemahaman seorang Muslim. Jika Al-Baqarah banyak membahas dasar-dasar syariat, larangan dan perintah, serta kisah-kisah umat terdahulu sebagai pelajaran, maka Ali 'Imran melengkapi dengan penegasan akidah, sejarah para nabi, dan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan kebenaran.
Memahami apa yang datang setelah Surat Al Baqarah bukan hanya sekadar mengetahui urutan surat. Ini adalah tentang menghargai keterkaitan makna dan tujuan dari setiap bagian Al-Qur'an. Allah SWT berfirman dalam Surat Ali 'Imran ayat 7: "Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu. Di antara (ayat-ayat)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Al-Kitab dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya cenderung kepada kesesatan, mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.' Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal."
Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan hikmah. Surat-surat yang berdekatan seringkali memiliki kaitan tema yang erat, saling menguatkan, dan memberikan gambaran yang utuh. Al-Baqarah membangun landasan, sementara Ali 'Imran memperdalam dan memperluasnya. Membaca dan merenungkan kedua surat ini secara berurutan akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai ajaran Allah, baik terkait keyakinan, ibadah, muamalah, maupun sejarah risalah.
Lebih jauh lagi, setiap surat dalam Al-Qur'an memiliki pesan dan keutamaannya sendiri. Mempelajari keseluruhan Al-Qur'an, dimulai dari bagaimana surat-surat ini disusun, adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Urutan dalam mushaf ini adalah panduan bagi kita untuk memahami wahyu Allah secara terstruktur, dari fondasi yang kokoh hingga ajaran-ajaran yang lebih kompleks dan mendalam.