Dalam khazanah pemikiran Tiongkok kuno, terdapat sekumpulan teks fundamental yang menjadi pilar utama pendidikan dan pembentukan karakter, dikenal sebagai Sishu Wujing (四书五经). Istilah ini merujuk pada dua kelompok karya sastra dan filosofis yang sangat berpengaruh: Sishu (四书 - Empat Buku) dan Wujing (五经 - Lima Klasik). Kombinasi kedua koleksi ini membentuk kurikulum inti bagi para cendekiawan, pejabat, dan siapa pun yang bercita-cita memahami tradisi dan nilai-nilai Konfusianisme. Mempelajari Sishu Wujing bukan sekadar menghafal teks, melainkan sebuah perjalanan mendalam untuk meresapi kebijaksanaan yang telah membentuk peradaban Tiongkok selama ribuan tahun.
Empat Buku (Sishu): Penekanan pada Pribadi dan Perilaku
Empat Buku, yang dikompilasi dan disunting oleh filsuf Neo-Konfusianisme terkemuka, Zhu Xi (1130-1200 M), dianggap sebagai pengantar yang lebih mudah diakses ke dalam ajaran Konfusius dan pengikutnya. Keempat buku ini berfokus pada penanaman kebajikan individu dan prinsip-prinsip moral dasar yang harus diinternalisasi oleh setiap orang.
Daxue (大学 - Ajaran Besar): Teks ini menekankan pentingnya kultivasi diri sebagai fondasi untuk mengatur keluarga, mengelola negara, dan menenangkan dunia. Ini menguraikan proses "tiga penelitian" (investigasi hal-hal), "tiga praktik" (memperbaiki diri, mengatur keluarga, melayani negara), dan "lima tahap" (menyelidiki hal-hal, memperluas pengetahuan, tulus dalam pikiran, mengoreksi diri, mengatur rumah tangga).
Zhongyong (中庸 - Doktrin Jalan Tengah): Dianggap sebagai inti ajaran Konfusius, Zhongyong membahas tentang keseimbangan, keselarasan, dan proporsi yang tepat dalam segala aspek kehidupan. Teks ini mengajarkan cara mencapai kondisi harmonis dengan alam semesta dan masyarakat melalui kejujuran, ketulusan, dan ketekunan.
Lunyu (论语 - Analek Konfusius): Koleksi paling terkenal dari ucapan dan dialog Konfusius dengan murid-muridnya. Lunyu menyajikan inti ajaran Konfusius mengenai ren (kemanusiaan, kebajikan), li (kesopanan, ritual), yi (kebenaran, keadilan), zhi (kebijaksanaan), dan xin (kepercayaan). Ini adalah sumber utama untuk memahami etika, politik, dan pandangan hidup Konfusius.
Mengzi (孟子 - Kitab Mengcius): Merupakan dialog dan ajaran dari Mengcius, seorang penerus utama Konfusius. Mengcius mengembangkan konsep bawaan manusia yang pada dasarnya baik dan menekankan pentingnya pemerintahan yang berbelas kasih dan berorientasi pada rakyat. Ia juga memperkuat gagasan tentang mandat surgawi dan hak rakyat untuk menggulingkan penguasa yang lalim.
Lima Klasik (Wujing): Landasan Sejarah, Ritual, dan Budaya
Lima Klasik merupakan teks-teks yang lebih kuno dan memiliki cakupan yang lebih luas, mencakup sejarah, ritual, puisi, dan ramalan. Keberadaan dan integritas teks-teks ini sering kali dikaitkan dengan Konfusius sendiri, yang diyakini telah menyunting atau melestarikan banyak di antaranya.
Yijing (易经 - Kitab Perubahan): Sebuah teks kuno yang sangat kompleks yang berhubungan dengan kosmologi, filosofi, dan metode ramalan. Yijing menggunakan heksagram (enam garis) untuk mewakili prinsip-prinsip perubahan yang terus-menerus dalam alam semesta dan kehidupan manusia, memberikan panduan untuk memahami dan beradaptasi dengan keadaan.
Shijing (诗经 - Kitab Lagu): Kumpulan puisi tertua dalam bahasa Tiongkok, berasal dari sekitar abad ke-11 hingga ke-7 SM. Puisi-puisi ini mencakup berbagai tema, seperti lagu-lagu rakyat, himne ritual, dan ode yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, cinta, perang, dan urusan negara, memberikan gambaran kaya tentang masyarakat pada masa itu.
Shujing (书经 - Kitab Sejarah) / Shangshu (尚书): Kumpulan dokumen sejarah yang dianggap sebagai salah satu karya prosa tertua dalam literatur Tiongkok. Shujing berisi pidato, dekrit, dan catatan sejarah dari para penguasa legendaris hingga Dinasti Zhou, yang digunakan sebagai model bagi para penguasa tentang tata kelola yang baik.
Chunqiu (春秋 - Musim Semi dan Gugur): Catatan sejarah peristiwa di negara Lu dari 722 hingga 481 SM. Meskipun ringkas, teks ini dianggap mengandung kritik terselubung terhadap kebijakan dan tindakan para penguasa, serta menjadi dasar bagi penafsiran moral tentang peristiwa sejarah.
Liji (礼记 - Kitab Ritual): Koleksi teks yang menjelaskan sistem ritual, adat istiadat, dan tata krama dalam masyarakat Tiongkok kuno. Liji mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari upacara kenegaraan, pernikahan, hingga ritual pemakaman dan hubungan sosial, membentuk dasar etiket dan moralitas Konfusianisme.
Warisan dan Relevansi
Sishu Wujing tidak hanya merupakan koleksi teks kuno, tetapi juga sebuah sistem pendidikan yang telah mendominasi lanskap intelektual dan sosial Tiongkok selama berabad-abad. Penguasaan teks-teks ini menjadi syarat mutlak untuk lulus ujian pegawai negeri kekaisaran, yang membuka jalan bagi individu berbakat untuk memasuki pemerintahan. Lebih dari sekadar persyaratan akademis, Sishu Wujing menanamkan nilai-nilai seperti kesalehan berbakti, kesetiaan, integritas, dan rasa tanggung jawab sosial.
Meskipun Tiongkok telah mengalami transformasi besar, ajaran yang terkandung dalam Sishu Wujing tetap memiliki relevansi. Konsep-konsep seperti pentingnya pendidikan karakter, harmoni sosial, dan pemerintahan yang etis terus bergema dalam masyarakat kontemporer, baik di Tiongkok maupun di seluruh dunia. Memahami Sishu Wujing adalah kunci untuk membuka pemahaman yang lebih dalam tentang akar budaya Tiongkok dan kebijaksanaan universal yang ditawarkannya.