Umat Islam di seluruh dunia merayakan bulan Ramadan sebagai bulan penuh berkah, di mana ibadah puasa menjadi pusat perhatian. Kewajiban menjalankan puasa ini tidaklah baru, melainkan telah diwajibkan kepada umat-umat terdahulu. Hal ini termaktub jelas dalam Surah Al Baqarah ayat 183, yang menjadi landasan utama bagi praktik ibadah puasa di kalangan Muslim. Ayat ini berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Tujuan utama dari kewajiban puasa yang disebutkan dalam ayat ini adalah untuk mencapai derajat takwa. Takwa adalah kesadaran diri yang mendalam akan kehadiran Allah SWT, yang mendorong seseorang untuk senantiasa berhati-hati dalam setiap tindakan, menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan perintah-Nya. Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu dari fajar hingga terbenam matahari, tetapi lebih dari itu, puasa adalah sarana untuk membersihkan diri, melatih kesabaran, mengendalikan emosi, menumbuhkan empati terhadap sesama, serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Selain kewajiban puasa, Surah Al Baqarah juga menekankan pentingnya berdoa, terutama saat bulan puasa. Ayat 186 dari surah yang sama memberikan kabar gembira mengenai penerimaan doa orang-orang yang berpuasa. Ayat ini berbunyi, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa Allah SWT itu Maha Dekat dengan hamba-Nya. Kedekatan ini bukan berarti Allah SWT memiliki bentuk fisik atau berada di tempat tertentu, melainkan menunjukkan bahwa Allah SWT senantiasa mendengar dan mengetahui segala permohonan hamba-Nya. Terutama bagi orang yang berpuasa, momen bulan Ramadan adalah saat yang sangat istimewa untuk memanjatkan doa. Doa orang yang berpuasa memiliki keutamaan tersendiri dan sangat diharapkan untuk dikabulkan oleh Allah SWT.
Memahami Surah Al Baqarah ayat 183 hingga 186 memberikan kita pemahaman yang lebih mendalam tentang esensi ibadah puasa. Puasa bukan hanya ritual tahunan, tetapi sebuah kurikulum ilahi yang dirancang untuk membentuk pribadi yang bertakwa, sabar, dan memiliki kepekaan sosial. Kepatuhan dalam menjalankan puasa adalah bukti keimanan kita.
Di samping itu, kita diajarkan untuk tidak pernah berhenti berdoa. Ayat 186 menegaskan bahwa Allah SWT senantiasa mendengarkan setiap munajat kita. Khususnya di bulan puasa, saat hati lebih suci dan ikhlas, peluang doa kita untuk terkabul semakin besar. Hal ini diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa ada tiga jenis doa yang tidak tertolak, salah satunya adalah doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka.
Oleh karena itu, bagi setiap Muslim, bulan Ramadan menjadi kesempatan emas untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketakwaan, dan memperbanyak doa. Dengan menjalankan puasa sesuai tuntunan dan memanjatkan doa dengan penuh keyakinan, kita berharap dapat meraih keberkahan, ampunan, dan ridha dari Allah SWT. Marilah kita jadikan momen puasa ini sebagai sarana untuk semakin dekat dengan-Nya, memohon segala kebaikan, dan memohon perlindungan dari segala keburukan.
Memperhatikan dua ayat kunci ini, Surah Al Baqarah 183 dan 186, kita diajak untuk menyelaraskan antara ibadah fisik (puasa) dan ibadah spiritual (doa). Keduanya saling melengkapi dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa melatih disiplin diri dan kesucian lahir batin, sementara doa adalah sarana komunikasi langsung kita dengan Sang Pencipta. Dengan mengintegrasikan keduanya dalam kehidupan sehari-hari, terutama di bulan Ramadan, kita dapat bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, dan lebih dekat dengan keridaan-Nya.
Ketaatan dalam menjalankan puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik. Puasa mengajarkan kita tentang empati, merasakan bagaimana saudara-saudara kita yang kurang beruntung hidup dalam kekurangan. Ini adalah pelajaran berharga yang mendorong kita untuk lebih bersyukur dan berbagi.
Sementara itu, ayat 186 mengingatkan kita akan janji Allah yang Maha Mendengar. Di tengah kesibukan duniawi, seringkali kita lupa untuk berkomunikasi dengan Pencipta. Bulan puasa memberikan momentum yang tepat untuk kembali membuka jalur komunikasi tersebut melalui doa. Doa yang tulus, diiringi dengan keimanan dan ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya, akan menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan rahmat dan pertolongan Allah SWT.
Dengan merenungi Surah Al Baqarah ayat 183-186, kita diingatkan akan dua pilar penting dalam menjalani kehidupan beragama: menjaga ibadah puasa dengan sebaik-baiknya dan senantiasa memanjatkan doa. Keduanya adalah jalan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, serta untuk terus meningkatkan kualitas diri di hadapan Allah SWT.