Dalam lautan hikmah dan petunjuk yang terhampar dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna luar biasa, yang terus menggema sepanjang zaman. Salah satu ayat tersebut adalah Surah Al-Baqarah ayat 132. Ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah wasiat yang berharga, diucapkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihissalam, yang menegaskan esensi sejati dari keimanan dan kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Memahami ayat ini adalah membuka pintu pemahaman yang lebih dalam tentang fondasi agama Islam.
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam."
Ayat 132 dari Surah Al-Baqarah ini mengisahkan sebuah momen penting dalam kehidupan Nabi Ibrahim 'alaihissalam, seorang nabi yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, bahkan disebut sebagai "kekasih Allah". Dalam ayat ini, beliau menyampaikan sebuah wasiat yang sangat penting kepada anak-anaknya dan, secara implisit, kepada seluruh keturunannya serta umat manusia. Wasiat ini berfokus pada dua pilar utama: keimanan yang teguh dan ketaatan yang mutlak kepada Allah SWT.
Pertama, Nabi Ibrahim secara tegas menyatakan, "Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam." Ungkapan "memilih agama ini" menunjukkan bahwa Islam bukanlah sekadar pilihan acak, melainkan sebuah anugerah dan pilihan ilahi yang paling lurus dan sempurna. Ini menggarisbawahi keistimewaan Islam sebagai agama yang diridhai Allah. Ajakan untuk tidak mati kecuali dalam keadaan beragama Islam adalah sebuah penegasan betapa krusialnya kondisi akhir hayat seseorang. Kematian dalam keadaan Islam adalah kematian yang husnul khatimah, yang akan membawa keberuntungan abadi di akhirat.
Pesan ini juga mencakup makna kesaksian dan komitmen. Seorang Muslim tidak hanya menyatakan keimanannya, tetapi juga harus menjaganya hingga akhir hayat. Ini berarti menjaga diri dari segala hal yang dapat membatalkan keislaman, baik itu syirik, kekufuran, kemunafikan, atau keraguan yang mendalam. Wasiat ini adalah pengingat konstan bagi setiap individu Muslim untuk senantiasa merenungkan dan memperkuat akidah serta menjaga amalan agar tetap sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam kelanjutan ayat yang seringkali dibahas bersama, Allah SWT menyebutkan bahwa Nabi Ya'qub 'alaihissalam, yang merupakan cucu dari Nabi Ibrahim, juga menyampaikan wasiat serupa kepada anak-anaknya. "Demikian pula Ya'qub." Ini menunjukkan bahwa nilai dan pentingnya Islam sebagai agama adalah warisan yang dipegang teguh oleh para nabi dan terus diwariskan kepada generasi berikutnya. Nabi Ya'qub, ketika menghadapi kematiannya, juga menanyakan kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" dan mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma'il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa; dan kami berserah diri kepada-Nya."
Ini menegaskan bahwa inti ajaran para nabi adalah tauhid (keesaan Allah) dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Islam, dalam hakikatnya, adalah agama para nabi. Perbedaan syariat atau tata cara ibadah di antara para nabi tidak mengubah prinsip dasar ketauhidan. Wasiat Nabi Ya'qub ini semakin menguatkan pesan Nabi Ibrahim bahwa kesetiaan kepada Allah dan ajaran-Nya adalah hal yang paling utama untuk dijaga.
Surah Al-Baqarah ayat 132, beserta konteksnya, memberikan pelajaran berharga bagi umat Muslim di setiap zaman. Pertama, ia mengingatkan kita akan pentingnya menanamkan nilai-nilai keimanan sejak dini kepada anak-anak kita. Seperti Nabi Ibrahim dan Ya'qub yang mewasiatkan agama kepada keturunan mereka, kita pun memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak kita agar mencintai dan mengamalkan ajaran Islam.
Kedua, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kondisi diri kita sendiri menjelang ajal. Apakah kita telah menjalani hidup dengan penuh keimanan dan ketakwaan? Apakah akhir hayat kita akan dijemput dalam keadaan memeluk agama Islam yang murni? Ini adalah pertanyaan introspektif yang mendalam, yang menuntut kita untuk senantiasa menjaga hubungan kita dengan Allah SWT.
Ketiga, ayat ini mengingatkan kita bahwa Islam adalah nikmat yang harus disyukuri dan dijaga. Ia bukan hanya ritual ibadah, tetapi sebuah cara hidup yang menyeluruh, yang mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Ketaatan kepada Allah SWT melalui ajaran-Nya adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dengan memahami dan merenungkan Surah Al-Baqarah ayat 132, kita diajak untuk menghayati kembali esensi keislaman kita. Ini adalah sebuah wasiat abadi dari para nabi pilihan, yang menekankan pentingnya menjaga iman dan memastikan kematian dalam keadaan tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk menjalankan wasiat ini dalam kehidupan sehari-hari, dan husnul khatimah menjadi akhir dari perjalanan kita.