Mengungkap Kedalaman Surah Al-Baqarah: Ayat 20 hingga 30
Surah Al-Baqarah, surat terpanjang dalam Al-Qur'an, merupakan samudra hikmah dan petunjuk ilahi bagi umat manusia. Di dalamnya terkandung berbagai kisah, hukum, serta mukjizat yang senantiasa relevan sepanjang zaman. Khususnya pada ayat 20 hingga 30, Allah SWT menggambarkan secara dramatis perumpamaan tentang kondisi orang munafik dan kekuasaan-Nya yang meliputi segala sesuatu, disertai dengan penciptaan alam semesta yang mengagumkan.
"Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menerangi (mereka), mereka berjalan di bawahnya, dan apabila gelap gulita menimpa mereka, mereka berhenti. Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai bangunan, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan segala macam buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah tandingan, padahal kamu mengetahui."
"Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah para saksimu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."
"Maka jika kamu tidak dapat membuat (sesuatu yang serupa, padahal kamu tidak akan dapat membuat sama sekali), maka takutlah kepada neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, (yang disediakan) bagi orang-orang kafir."
"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa bagi mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami sebelumnya.” Dan mereka telah diberi (buah) yang serupa. Dan di sana mereka memiliki pasangan-pasangan yang suci (istri-istri), dan mereka kekal di dalamnya."
"Sesungguhnya Allah tidak segan memperumpamakan seekor nyamuk, atau lebih (kecil) dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Tetapi orang-orang yang kafir berkata, “Apakah kemauan Allah memperumpamakan ini?” Dia menyesatkan dengan (perumpamaan) itu banyak orang, dan dengan itu (pula) banyak orang Dia beri petunjuk. Tetapi Dia tidak menyesatkan dengan perumpamaan itu kecuali orang-orang yang fasik."
"Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (diikrarkan) dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi."
"Bagaimana kamu menyangkal (kekuasaan) Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikanmu dan menghidupkanmu kembali, kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan?"
"Dialah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia (menghendaki) menciptakan langit, lalu Dia menjadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, sedangkan kami bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Tuhan berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”"
Refleksi dan Hikmah dari Ayat-Ayat Pilihan
Ayat-ayat ini menyajikan gambaran yang kontras antara kebenaran dan kebatilan, antara orang beriman dan orang kafir. Perumpamaan kilat pada ayat 20 menggambarkan hidayah ilahi yang datang, namun bagi orang munafik, ia hanya tampak sesaat dan tidak memberikan manfaat yang hakiki. Mereka cenderung ikut saat kondisi menguntungkan, namun berhenti saat menghadapi kesulitan atau keraguan. Ini mencerminkan ketidakstabilan iman mereka yang mudah goyah.
Kemudian, Allah SWT menegaskan kembali esensi ajaran agama, yaitu ibadah hanya kepada-Nya semata (ayat 21). Hal ini diperkuat dengan pengingat akan kebesaran ciptaan-Nya, dari bumi sebagai alas kaki hingga langit sebagai atap, serta turunnya hujan yang menjadi sumber rezeki (ayat 22). Semua ini adalah bukti nyata kekuasaan dan keesaan-Nya, sehingga tidak pantas bagi manusia untuk menyekutukan-Nya dengan apapun.
Tantangan untuk membuat satu surah saja yang setara dengan Al-Qur'an (ayat 23-24) adalah bukti keajaiban dan kemurnian wahyu ilahi ini. Jika manusia, meskipun bersatu, tidak mampu menandinginya, maka sudah sepatutnya mereka takut akan siksa neraka yang telah disiapkan bagi orang-orang yang mengingkarinya.
Di sisi lain, ayat 25 memberikan kabar gembira bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Surga dengan segala kenikmatannya yang kekal menanti mereka. Penggambaran tentang makanan yang serupa dengan yang pernah mereka nikmati di dunia menunjukkan bahwa kenikmatan surga bukanlah sesuatu yang asing, melainkan bentuk kesempurnaan dan pemenuhan dari apa yang dirindukan.
Perumpamaan tentang nyamuk atau yang lebih kecil (ayat 26) mengajarkan bahwa kebenaran datang dari Allah, bahkan melalui hal-hal yang tampaknya remeh. Namun, orang yang beriman akan menerimanya sebagai petunjuk, sementara orang kafir akan mempertanyakan dan meragukannya. Allah menggunakan perumpamaan untuk menyesatkan orang-orang fasik dan memberi petunjuk kepada banyak orang.
Sifat-sifat orang yang fasik yang disebut pada ayat 27 adalah mereka yang melanggar janji, memutus silaturahmi, dan berbuat kerusakan. Perbuatan ini merupakan kerugian besar di dunia dan akhirat. Ayat 28 kemudian mengingatkan kembali siklus kehidupan manusia: dari mati menjadi hidup, lalu mati lagi, dan akhirnya dibangkitkan. Ini adalah pengingat akan kekuasaan Allah yang tak terbatas dan kepastian hari kebangkitan.
Keagungan penciptaan alam semesta kembali ditekankan pada ayat 29, yaitu bagaimana Allah menciptakan bumi terlebih dahulu, lalu menciptakan tujuh lapis langit. Dan puncaknya adalah kisah penciptaan Adam sebagai khalifah di bumi, yang dijelaskan dalam ayat 30. Perkataan malaikat yang menunjukkan kekhawatiran terhadap kerusakan di bumi, serta jawaban Allah yang menegaskan ilmu-Nya yang tak terhingga, mengajarkan tentang kebijaksanaan ilahi dalam setiap ketetapan-Nya, termasuk penunjukkan Adam sebagai pemimpin di muka bumi.
Memahami Surah Al-Baqarah ayat 20-30 secara mendalam membuka mata hati kita untuk merenungi kebesaran Allah, pentingnya keimanan yang teguh, dan konsekuensi dari kedurhakaan. Ayat-ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan peta jalan spiritual yang membimbing kita menuju kebahagiaan abadi.