Dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang menjadi sumber ketenangan, kekuatan, dan panduan bagi umat Islam di seluruh dunia. Di antara ayat-ayat tersebut, Surah Al-Baqarah, sebagai surah terpanjang, menyimpan begitu banyak hikmah. Dua ayat terakhirnya, yaitu ayat 286 dan 287, memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Ayat-ayat ini bukan hanya doa yang indah, tetapi juga mengajarkan prinsip-prinsip fundamental dalam kehidupan seorang mukmin, yaitu keyakinan, ketaatan, dan kerendahan hati di hadapan Allah SWT.
Surah Al-Baqarah ayat 286 adalah ungkapan doa yang penuh pengharapan dari seorang hamba kepada Tuhannya. Ayat ini memuat permohonan agar Allah tidak membebani hamba-Nya dengan tugas yang berat, yang tidak sanggup dipikulnya. Lebih dari itu, ayat ini juga berisi permohonan ampunan atas kesalahan yang telah diperbuat dan rahmat dari Allah. Ini menunjukkan kesadaran manusia akan keterbatasannya dan kebergantungannya yang mutlak kepada Allah.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan ia mendapat (siksa) dari (keburukan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau membebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami pikul. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa beban yang diberikan kepada manusia selalu dalam batas kemampuannya. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang tidak ingin melihat umat-Nya terpuruk dalam kesulitan yang tidak dapat diatasi. Permohonan agar tidak dihukum karena lupa atau salah adalah pengakuan atas kelemahan manusia. Meminta agar tidak dibebani beban berat seperti yang dialami umat terdahulu menunjukkan keinginan untuk mendapatkan kemudahan syariat. Intinya, ayat ini adalah bentuk tawadhu' (kerendahan hati) dan pengakuan atas kelemahan diri, serta harapan akan ampunan dan pertolongan Allah.
Selanjutnya, Surah Al-Baqarah ayat 287 menggarisbawahi prinsip penting lain dalam kehidupan seorang mukmin: mendengarkan dan menaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Ayat ini menekankan bahwa seluruh usaha dan amal perbuatan manusia akan kembali kepada diri mereka sendiri. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan, dan setiap perbuatan akan mendapat balasan yang setimpal.
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau membebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami pikul. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
*Catatan: Terdapat kesalahan penulisan pada bagian ini, ayat 287 sama dengan ayat 286. Berikut adalah ayat 287 yang sebenarnya:*
*Sama dengan ayat 286. Kesalahan terjadi dalam penomoran ayat. Ayat yang benar untuk makna ini adalah sebagai berikut:*
Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan rasul) dari rasul-rasul-Nya." Dan mereka berkata: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Ayat 287, dengan bunyi yang sesungguhnya, menegaskan fondasi keimanan yang kokoh. Para rasul dan mukmin membenarkan wahyu yang diturunkan. Keyakinan mereka mencakup Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Pernyataan "Kami dengar dan kami taat" adalah manifestasi dari kepatuhan total terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Ini bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan kesiapan untuk mengamalkan ajaran-Nya. Permohonan ampunan kembali ditegaskan, menunjukkan bahwa meskipun taat, manusia tetap memiliki potensi kesalahan dan membutuhkan rahmat-Nya.
Kedua ayat ini saling melengkapi. Ayat 286 mengajarkan tentang permohonan agar tidak dibebani di luar kesanggupan, menunjukkan belas kasih Allah. Sementara itu, ayat 287 menekankan kewajiban untuk mendengarkan dan taat, yang menjadi wujud kesyukuran atas kemudahan dan bimbingan yang diberikan. Kombinasi keduanya membentuk profil seorang mukmin yang sejati: ia memohon pertolongan dan ampunan dari Allah karena menyadari kelemahan dirinya, namun di sisi lain ia juga berkomitmen penuh untuk patuh pada setiap perintah-Nya.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, menghayati makna Surah Al-Baqarah ayat 286 dan 287 dapat menjadi sumber kekuatan spiritual. Ketika menghadapi cobaan, kita diingatkan bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya melampaui batas kemampuannya. Ketika kita diperintahkan sesuatu yang mungkin terasa berat, kita diingatkan untuk selalu berusaha mendengar dan taat, sambil memohon ampunan atas segala kekurangan. Ini adalah ajaran luhur yang menuntun kita menuju keridhaan Allah SWT.