Surah Al-Baqarah Ayat 58-61: Perjalanan Spiritual dan Ujian Iman

Ujian dan Keberkahan Menggali Makna Surah Al-Baqarah Ayat 58-61
Ilustrasi Makna Ketabahan dan Rezeki

Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berisi ajaran-ajaran moral dan spiritual, tetapi juga kisah-kisah inspiratif yang sarat makna. Salah satu bagian yang menarik untuk direnungkan adalah rangkaian ayat 58 hingga 61 dari Surah Al-Baqarah. Ayat-ayat ini membawa kita pada sebuah perjalanan yang menguji ketabahan, keimanan, dan kesabaran seorang hamba di hadapan Sang Pencipta. Mari kita selami lebih dalam kandungan ayat-ayat tersebut.

Ayat 58: Memasuki Negeri dan Ucapan Syukur

وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا۟ هَـٰذِهِ ٱلْقَرْيَةَ فَكُلُوا۟ مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا۟ ٱلْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا۟ حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطَـٰيَـٰكُمْ ۚ وَسَنَزِيدُ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman, 'Masukilah negeri ini (Baitul Maqdis), makanlah darinya apa yang kamu sukai di mana saja kamu kehendaki, dan masukilah pintu gerbang (negeri itu) dengan sujud, dan katakanlah, “Bebaskanlah kami (dari dosa kami)”, niscaya akan Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan akan Kami tambahkan (ganjaran) kepada orang-orang yang berbuat baik.'"

Ayat ini menceritakan momen penting dalam sejarah Bani Israil. Setelah melalui cobaan panjang, mereka diperintahkan untuk memasuki sebuah negeri yang penuh berkah dan rezeki melimpah. Perintah ini disertai dengan dua adab penting: masuk dengan rasa hormat (sujud) dan memohon ampunan (ucapan 'hiththah' yang berarti mohon ampunan atau pembebasan dari dosa). Ini adalah pelajaran berharga bagi kita bahwa setiap nikmat dan kemudahan yang datang dari Allah Swt. hendaknya disambut dengan kerendahan hati, rasa syukur, dan pengakuan atas kelemahan diri yang membutuhkan ampunan-Nya.

Ayat 59: Perubahan Ucapan dan Konsekuensi

فَبَدَّلَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنْهُمْ قَوْلًا غَيْرَ ٱلَّذِى قِيلَ لَهُمْ فَأَرْسَلْنَا عَلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ رِجْزًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ بِمَا كَانُوا۟ يَفْسُقُونَ
"Lalu orang-orang yang zalim mengganti perkataan yang diperintahkan kepada mereka dengan perkataan lain yang tidak benar bagi mereka. Maka, Kami menurunkan azab dari langit kepada orang-orang yang zalim karena kefasikan mereka."

Namun, realitasnya, tidak semua Bani Israil mematuhi perintah tersebut. Sebagian dari mereka yang zalim mengubah ucapan yang diperintahkan, menggantinya dengan kata-kata yang tidak sesuai. Perubahan ucapan ini mencerminkan perubahan hati yang tidak tulus. Akibat dari pembangkangan dan kedurhakaan mereka, Allah menurunkan azab sebagai konsekuensi dari kefasikan mereka. Ayat ini menegaskan pentingnya ketaatan yang utuh, baik dalam ucapan maupun perbuatan, dan bahwa perubahan sedikit saja dari perintah Ilahi yang disertai kezaliman akan berbuah hukuman.

Ayat 60: Mukjizat Air dari Batu

وَإِذِ ٱسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦ فَقُلْنَا ٱضْرِب بِّعَصَاكَ ٱلْحَجَرَ فَٱنفَجَرَتْ مِنْهُ ٱثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۖ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۚ كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ مِن رِّزْقِ ٱللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
"Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu!’ Maka, memancarlah darinya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya. Makanlah dan minumlah dari rezeki (yang telah disediakan) Allah, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi dengan berbuat kejahatan."

Ayat selanjutnya menampilkan mukjizat luar biasa yang diberikan kepada Nabi Musa as. untuk kaumnya. Dalam kondisi dahaga yang hebat, Allah memerintahkan Musa untuk memukul batu dengan tongkatnya. Seketika, batu itu memancarkan dua belas mata air, masing-masing untuk setiap suku Bani Israil. Ini adalah bukti nyata kekuasaan Allah dalam memberikan rezeki dari sumber yang tak terduga. Ayat ini juga mengingatkan kita untuk menikmati rezeki Allah dengan rasa syukur, sambil terus berupaya untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi.

Ayat 61: Ketidakpuasan dan Azab yang Berulang

وَإِذْ قُلْتُمْ يَـٰمُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَ ٰ⁠حِدٍ فَٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلْأَرْضُ مِنۢ بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۖ قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ ٱلَّذِى هُوَ أَدْنَىٰ بِٱلَّذِى هُوَ خَيْرٌ ۚ ٱهْبِطُوا۟ مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ وَٱلْمَسْكَنَةُ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ يَكْفُرُونَ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ وَيَقْتُلُونَ ٱلْأَنۢبِيَآءَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ ۗ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ
"Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, ‘Wahai Musa! Kami tidak akan sabar hanya dengan satu macam makanan saja. Maka, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu agar Dia mengeluarkan bagi kami apa yang ditumbuhkan oleh bumi, seperti sayurannya, timunnya, bawang putihnya, kacang-kacangnya, dan bawang merahnya.’ Musa berkata, ‘Mengapa kamu menukar (sesuatu) yang baik dengan (sesuatu) yang buruk? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta itu.’ Lalu, mereka ditimpa kehinaan dan kemiskinan, dan mereka beroleh murka dari Allah. Yang demikian itu (karena) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu (karena) mereka durhaka dan selalu melampaui batas."

Ayat terakhir dalam rangkaian ini menggambarkan ketidakpuasan sebagian Bani Israil terhadap rezeki yang telah Allah berikan. Meskipun telah mendapatkan makanan yang melimpah dari surga (manna dan salwa) dan air yang jernih dari mukjizat batu, mereka justru merindukan makanan bumi yang dianggap lebih beragam. Sikap ini menunjukkan penyakit hati berupa ketidakbersyukuran dan kegelisahan. Musa menegur mereka atas pilihan yang keliru, yaitu menukar sesuatu yang baik (manna dan salwa) dengan yang lebih rendah nilainya. Akibat dari ketidakpuasan dan pembangkangan ini, mereka dikenai kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan Allah. Ayat ini menjadi peringatan keras bagi kita agar senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, sekecil apapun itu, dan menghindari sifat tidak puas yang bisa menjerumuskan kita pada azab-Nya.

Refleksi Mendalam

Rangkaian Surah Al-Baqarah ayat 58-61 ini menyajikan pelajaran yang sangat relevan bagi kehidupan spiritual kita. Dari perintah untuk masuk dengan kerendahan hati dan memohon ampun, hingga konsekuensi dari pembangkangan dan ketidakpuasan, semuanya menggarisbawahi pentingnya ketaatan, rasa syukur, dan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Allah Swt. Maha Pemberi Rezeki, namun Dia juga Maha Mengetahui mana yang terbaik bagi hamba-Nya. Belajar dari kisah Bani Israil, marilah kita senantiasa memohon kekuatan iman agar senantiasa bersyukur, taat, dan ridha atas segala ketetapan-Nya, sehingga kita terhindar dari murka dan kehinaan, serta meraih keridhaan-Nya.

🏠 Homepage