Surah Al-Falaq, yang merupakan surah ke-113 dalam Al-Qur'an, adalah salah satu surah pendek yang memiliki kedalaman makna dan keindahan tersendiri, terutama ketika dibaca dengan kaidah tajwid yang benar. Surah ini termasuk dalam golongan surah Makkiyah, diturunkan sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Terdiri dari lima ayat, Surah Al-Falaq bersama dengan Surah An-Nas disebut sebagai Al-Mu'awwidzatain, yaitu dua surah perlindungan. Memahami dan mengamalkan bacaan tajwidnya bukan hanya soal keindahan pelafalan, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap kalamullah dan cara yang dianjurkan untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Berikut adalah teks Surah Al-Falaq dalam bahasa Arab, transliterasi Latin, dan terjemahannya:
Kaidah tajwid berperan penting dalam setiap bacaan Al-Qur'an. Pada Surah Al-Falaq, beberapa kaidah tajwid yang perlu diperhatikan antara lain:
Ghunnah adalah dengung yang terjadi pada huruf Nun dan Mim yang bertasydid.
Pada ayat pertama, terdapat pada kata "أَعُوذُ بِرَبِّ" (a'uudzu birabbi). Huruf "r" pada "birabbi" tidak memiliki ghunnah, namun ketika dilafalkan dengan benar, dengung halus tetap muncul dari hidung karena sifat huruf Mim.
Pada ayat keempat, terdapat pada kata "النَّفَّاثَاتِ" (an-naffaatsaati). Huruf Nun bertasydid pada kata ini jelas menunjukkan adanya ghunnah yang sempurna.
Idgham adalah meleburkan satu huruf ke dalam huruf berikutnya.
Pada ayat pertama, terdapat pada kata "بِرَبِّ الْفَلَقِ" (birabbil-falaq). Huruf "ba" yang berharakat kasrah bertemu dengan "lam" pada "al-falaq". Ini adalah contoh Idgham Syamsiyah, di mana "lam" ta'rif (ال) dileburkan dan huruf sesudahnya (Fa) dibaca bertasydid.
Pada ayat ketiga, terdapat pada kata "إِذَا وَقَبَ" (idzaa waqab). Tanwin akhir huruf "dza" bertemu dengan huruf "wawu". Ini termasuk Idgham Bighunnah (dengan dengung) karena "wawu" termasuk dalam huruf يَرْملُونَ yang salah satunya adalah "wawu".
Pada ayat kelima, terdapat pada kata "إِذَا حَسَدَ" (idzaa hasad). Tanwin akhir huruf "dza" bertemu dengan huruf "ha". Ini adalah Idzhar Halqi, bukan idgham, di mana tanwin dibaca jelas karena "ha" adalah salah satu huruf idzhar.
Mad Thobi'i terjadi ketika ada alif jatuh sesudah fathah, ya' jatuh sesudah kasrah, atau wawu jatuh sesudah dhammah. Mad 'Aridh Lissukun terjadi ketika ada bacaan mad yang bertemu dengan huruf sukun 'ardhi (sukun karena waqaf).
Pada kata "أَعُوذُ" (a'uudzu) di ayat pertama, ada Mad Thobi'i pada wawu sukun setelah dhammah. Jika diwaqafkan, menjadi Mad 'Aridh Lissukun.
Pada kata "مَا خَلَقَ" (maa khalaq) di ayat kedua, ada Mad Thobi'i pada alif setelah fathah.
Pada kata "غَاسِقٍ" (ghaaasiqin) di ayat ketiga, ada Mad Thobi'i pada alif setelah fathah. Jika diwaqafkan pada kalimat sebelumnya, maka tanwin pada 'in menjadi sukun dan terbentuklah Mad 'Aridh Lissukun.
Pada kata "حَاسِدٍ" (haasidin) di ayat kelima, terdapat Mad Thobi'i pada alif setelah fathah.
Qalqalah adalah bunyi pantulan yang terjadi pada huruf-huruf tertentu (ق, ط, ب, ج, د) apabila huruf tersebut berharakat sukun.
Pada ayat pertama, terdapat pada huruf "ق" (qaf) pada kata "الْفَلَقِ" (al-falaq). Jika diwaqafkan, huruf "qaf" akan berharakat sukun dan memantul.
Pada ayat ketiga, terdapat pada huruf "ق" (qaf) pada kata "وَقَبَ" (waqab). Jika diwaqafkan, huruf "qaf" akan berharakat sukun dan memantul.
Pada ayat kelima, terdapat pada huruf "د" (dal) pada kata "حَسَدَ" (hasad). Jika diwaqafkan, huruf "dal" akan berharakat sukun dan memantul.
Surah Al-Falaq adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari segala macam keburukan. "Falaq" sendiri bisa diartikan sebagai "fajar" atau "belahan", yang melambangkan terbitnya cahaya setelah kegelapan. Dalam konteks ini, kita memohon kepada Tuhan yang menguasai segala waktu dan keadaan untuk melindungi kita dari berbagai kejahatan yang ada di alam semesta.
Ayat kedua mengingatkan kita untuk waspada terhadap kejahatan segala ciptaan-Nya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Ayat ketiga mengkhususkan perlindungan dari kegelapan malam, yang seringkali menjadi waktu bagi kejahatan untuk bersembunyi. Ayat keempat secara spesifik menyebutkan kejahatan sihir, yaitu perbuatan meniup pada simpul-simpul yang merupakan praktik perdukunan. Terakhir, ayat kelima mengingatkan kita akan bahaya sifat dengki atau hasad, yang dapat merusak diri sendiri dan orang lain.
Dengan membaca Surah Al-Falaq dan memahami tajwidnya, kita tidak hanya melatih lisan untuk membaca Al-Qur'an dengan baik, tetapi juga memperdalam pemahaman kita tentang ajaran Islam dan memperkuat keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung. Menjaga bacaan tajwid adalah bagian dari ibadah yang mencerminkan kesungguhan kita dalam berinteraksi dengan kitab suci Al-Qur'an.