Dalam Al-Qur'an, setiap surah dan ayat memiliki makna mendalam yang senantiasa relevan untuk direnungkan. Salah satu surah yang menarik perhatian adalah Surah At-Tin, yang dimulai dengan sumpah Allah SWT atas dua buah yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tin dan zaitun. Ayat kedua dari surah ini secara spesifik berbunyi:
"dan demi Bukit Sinai"
Perlu sedikit klarifikasi di sini bahwa terjemahan di atas adalah untuk ayat ketiga dari Surah At-Tin. Ayat kedua Surah At-Tin adalah:
"dan Zaitun"
Ayat ini, bersama dengan ayat pertamanya yang bersumpah demi "demi buah tin dan zaitun", membuka pintu pemahaman yang lebih luas tentang nilai dan signifikansi kedua tanaman tersebut dalam ajaran Islam dan peradaban manusia. Sumpah Allah SWT selalu mengandung hikmah dan peringatan yang besar, dan pemilihan buah tin dan zaitun sebagai objek sumpah bukanlah tanpa alasan.
Buah tin (Ficus carica) dikenal sebagai salah satu buah tertua yang dibudidayakan oleh manusia. Ia tumbuh subur di daerah beriklim Mediterania dan Timur Tengah, termasuk wilayah di mana banyak nabi diutus. Tin memiliki rasa yang manis, tekstur yang lembut, dan kaya akan serat, vitamin, dan mineral. Dalam sejarah, buah tin seringkali diasosiasikan dengan kesehatan, kesuburan, dan kemakmuran. Para ahli gizi modern pun mengakui kandungan nutrisinya yang luar biasa.
Sementara itu, pohon zaitun (Olea europaea) adalah simbol ketahanan, kedamaian, dan kebijaksanaan. Pohon zaitun dapat hidup ratusan bahkan ribuan tahun, menjadikannya lambang keabadian dan kekuatan. Minyak zaitun yang dihasilkan dari buahnya telah digunakan sejak zaman kuno tidak hanya untuk makanan, tetapi juga untuk pengobatan, perawatan kulit, dan bahkan penerangan. Keberkahan dan kemanfaatan zaitun sangat luas, sehingga buah dan minyaknya menjadi komoditas penting di banyak peradaban.
Dalam konteks Surah At-Tin ayat 1 dan 2, Allah SWT bersumpah dengan kedua buah ini untuk menekankan kebesaran dan kekuasaan-Nya dalam menciptakan sesuatu yang penuh manfaat dan keberkahan. Sumpah ini juga dapat diartikan sebagai penegasan pentingnya mengenali karunia Allah dan menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya.
Kawasan di mana buah tin dan zaitun tumbuh subur, seperti Palestina dan daerah sekitarnya, adalah tanah para nabi. Banyak nabi besar, termasuk Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Isa AS, dan tentu saja Nabi Muhammad SAW, diutus di wilayah ini. Keberadaan buah-buahan ini di tanah para nabi memberikan dimensi spiritual tambahan. Mereka mengingatkan kita pada perjuangan para nabi dalam menyebarkan ajaran tauhid dan kebenaran.
Beberapa ulama tafsir berpendapat bahwa Allah SWT memilih sumpah dengan tin dan zaitun juga karena keduanya merupakan makanan pokok dan sumber kehidupan bagi banyak orang di masa lalu, termasuk para nabi. Penggunaan kedua buah ini dalam sumpah juga menunjukkan bahwa kekayaan dan kenikmatan duniawi yang halal adalah anugerah yang patut disyukuri.
Mengambil pelajaran dari Surah At-Tin ayat 2, kita diingatkan untuk:
Surah At-Tin, termasuk ayat keduanya yang menyebutkan zaitun, memberikan perspektif yang kaya tentang bagaimana kita seharusnya memandang dunia dan segala isinya. Buah tin dan zaitun bukan sekadar buah, melainkan simbol dari kesuburan, ketahanan, kedamaian, dan keberkahan yang semuanya merupakan cerminan kebesaran Allah SWT. Dengan merenungkan ayat-ayat ini, diharapkan hati kita semakin terikat kepada-Nya dan senantiasa berusaha mengamalkan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari.