Surah At Tin merupakan salah satu surah dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam dan seringkali dihafal oleh umat Muslim. Dikenal karena ayat-ayatnya yang singkat namun padat, surah ini membuka dengan sumpah yang menakjubkan, yaitu sumpah demi buah Tin dan Zaitun. Pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah, "Surah At Tin terdiri dari ayat berapa?" Surah At Tin adalah surah ke-95 dalam urutan mushaf Al-Qur'an dan terdiri dari **delapan ayat**.
Surah At Tin diawali dengan sebuah sumpah yang tegas. Sumpah ini bukan sekadar ungkapan biasa, melainkan penekanan terhadap kebenaran wahyu yang diturunkan Allah SWT. Firman Allah dalam tiga ayat pertama adalah:
"Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sina (Tursina), dan demi negeri (Mekah) yang aman ini."
(Q.S. At Tin: 1-3)
Para ulama menafsirkan banyak hikmah di balik sumpah ini. Buah Tin dan Zaitun dikenal sebagai buah yang kaya nutrisi dan memiliki banyak manfaat kesehatan, sering dikaitkan dengan tempat-tempat suci seperti Syam dan Palestina. Bukit Sina adalah tempat Nabi Musa menerima wahyu, sementara Mekah adalah pusat spiritual Islam. Dengan mengambil sumpah demi hal-hal yang mulia dan penting ini, Allah menegaskan betapa agungnya ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW..
Selanjutnya, Allah SWT berfirman mengenai penciptaan manusia:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
(Q.S. At Tin: 4)
Ayat ini menggarisbawahi kesempurnaan fisik dan akal yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Dibandingkan makhluk lainnya, manusia diciptakan dengan bentuk tubuh yang tegak, kemampuan berpikir, berbicara, dan membedakan yang baik dan buruk. Potensi luar biasa ini diberikan agar manusia dapat memaksimalkan fungsinya sebagai khalifah di bumi dan menyembah Sang Pencipta.
Namun, potensi kemuliaan ini bisa berubah:
"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,"
(Q.S. At Tin: 5)
Kata "serendah-rendahnya" (asfala safilin) dalam tafsir dapat diartikan sebagai orang yang sangat kafir, ingkar, dan berbuat maksiat, sehingga derajatnya lebih rendah dari hewan. Ini adalah konsekuensi logis bagi mereka yang menyalahgunakan anugerah akal dan bentuk fisiknya untuk berbuat kerusakan atau menentang ajaran Allah. Sebaliknya, bagi orang yang beriman dan beramal saleh, ia akan mendapatkan balasan yang mulia.
Surah At Tin kemudian menjelaskan perbedaan nasib antara orang beriman dan orang yang mengingkari kebenaran:
"kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan; maka mereka akan mendapatkan pahala yang tiada putus-putusnya."
(Q.S. At Tin: 6-7)
Ayat ini memberikan kabar gembira bagi mereka yang teguh pada keimanan dan konsisten dalam beramal saleh. Pahalanya tidak akan terputus, artinya kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat akan mereka peroleh tanpa henti. Ini adalah janji surga yang dijaga oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang setia.
Namun, bagi mereka yang telah diperingatkan namun tetap berpaling, Allah bertanya:
"Maka apakah yang membuatmu mendustakan (hari) Pembalasan setelah (datangnya) keterangan-keterangan itu?"
(Q.S. At Tin: 8)
Ayat terakhir ini merupakan pertanyaan retoris yang mengunci makna surah. Dengan jelasnya bukti-bukti keesaan Allah dan datangnya wahyu melalui para nabi, masih adakah alasan bagi seseorang untuk mendustakan hari pertanggungjawaban? Ini adalah sebuah sindiran sekaligus peringatan keras agar manusia segera introspeksi diri dan kembali kepada jalan yang benar sebelum terlambat.
Surah At Tin, yang terdiri dari delapan ayat ini, mengajarkan kita tentang kesempurnaan ciptaan manusia, tanggung jawab moral yang melekat padanya, serta konsekuensi dari pilihan hidup yang diambil. Dengan memahami makna mendalam dari surah ini, diharapkan kita senantiasa termotivasi untuk menjaga amanah penciptaan dan meraih ridha Allah SWT.