Dalam lautan ayat-ayat Al-Qur'an, setiap surah dan ayat menyimpan mutiara hikmah yang tak ternilai. Salah satu ayat yang sarat akan makna mendalam adalah Surah Al-Baqarah ayat 187. Ayat ini menjadi panduan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan, terutama terkait dengan hubungan antarmanusia dan ibadah. Mari kita selami lebih dalam pesan yang terkandung di dalamnya.
Ayat 187 dari Surah Al-Baqarah diturunkan pada masa awal Islam, ketika syariat puasa Ramadhan baru saja diwajibkan. Pada awalnya, terdapat kekeliruan pemahaman di kalangan sahabat mengenai batas waktu diperbolehkannya makan, minum, dan berhubungan suami istri di malam hari bulan puasa. Ada yang beranggapan bahwa aktivitas tersebut dilarang setelah Isya hingga datangnya fajar.
Kekeliruan ini menyebabkan beberapa sahabat mengalami kesulitan dalam menjalani ibadah puasa. Mereka tidak dapat menahan diri dan akhirnya terjerumus dalam larangan tersebut. Mengetahui kondisi ini, Allah SWT menurunkan ayat ini untuk mengklarifikasi hukum, memberikan keringanan, dan menunjukkan keluasan rahmat-Nya. Ayat ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, memudahkan mereka dalam beribadah, dan mengajarkan pentingnya memahami aturan agama dengan benar.
Salah satu frasa yang paling indah dan sering dibahas dalam ayat ini adalah ungkapan "هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ" (Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka). Perumpamaan ini memiliki beberapa tafsir mendalam yang saling melengkapi:
Ungkapan ini menggambarkan kesetaraan, keharmonisan, dan saling menghargai dalam ikatan pernikahan yang diridai Allah.
Ayat ini juga memberikan ketetapan yang sangat jelas mengenai waktu sahur dan berbuka puasa. Frasa "وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ" (Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makanlah serta minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam) secara gamblang menjelaskan batas waktu sahur.
"Benang putih dari benang hitam" adalah metafora puitis untuk menggambarkan datangnya waktu subuh, yaitu ketika garis putih cahaya matahari mulai tampak di ufuk timur, memisahkan diri dari kegelapan malam. Ini berarti, selama belum terbit fajar, umat Islam diperbolehkan makan, minum, dan berhubungan suami istri. Setelah fajar menyingsing, barulah mereka wajib menahan diri hingga terbenamnya matahari (malam tiba) untuk menyempurnakan puasanya. Ketetapan ini memudahkan umat Islam dan menghilangkan keraguan yang sempat timbul.
Bagian akhir ayat, "وَلَا تُبَـٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَـٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَـٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ" (Dan janganlah kamu campuri mereka, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya), memberikan aturan spesifik terkait I'tikaf. I'tikaf adalah ibadah sunnah di mana seseorang berdiam diri di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, biasanya dilakukan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Selama seseorang sedang dalam keadaan I'tikaf di masjid, ia dilarang untuk melakukan hubungan suami istri atau hal-hal yang mengarah kepadanya. Hal ini bertujuan agar konsentrasi dan kekhusyuan ibadah I'tikaf tidak terganggu. Larangan ini adalah bagian dari "hududullah" (batasan-batasan Allah) yang harus dijaga oleh setiap Muslim.
Surah Al-Baqarah ayat 187 diakhiri dengan firman-Nya, "كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ آيَاتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ" (Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertakwa). Ayat ini mengajarkan kita bahwa setiap penjelasan dan aturan dari Allah SWT adalah demi kebaikan manusia, agar mereka dapat meningkatkan ketakwaan mereka kepada-Nya. Memahami dan mengamalkan ayat ini akan membawa kita pada kehidupan yang lebih teratur, harmonis, dan penuh keberkahan.