Dalam lautan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat banyak sumpah Allah yang memiliki makna mendalam dan mengajarkan kita tentang kebesaran-Nya serta hikmah tersembunyi di balik ciptaan-Nya. Salah satu sumpah yang sering kali menarik perhatian adalah yang terdapat dalam Surah At-Tin. Surah ini dimulai dengan sumpah Allah demi "tin" (pohon ara) dan "zaitun" (pohon zaitun). Kalimat pembuka ini, "Demi (buah) tin dan (buah) zaitun," mengundang kita untuk merenungkan signifikansi dari kedua buah yang disebutkan.
Secara linguistik, Surah At-Tin adalah surah ke-95 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 8 ayat, dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah. Penamaan surah ini diambil dari ayat pertama yang secara eksplisit menyebutkan tentang tin dan zaitun. Para ulama tafsir memiliki berbagai pandangan mengenai arti sumpah demi tin dan zaitun. Sebagian berpendapat bahwa yang dimaksud adalah buahnya, sementara yang lain mengartikan bahwa yang dimaksud adalah pohonnya. Namun, kesepakatan umumnya adalah bahwa Allah bersumpah dengan kedua ciptaan ini sebagai penegasan atas kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Pilihan Allah untuk bersumpah demi tin dan zaitun bukanlah tanpa alasan. Kedua jenis tumbuhan ini memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia dan dikenal memiliki berbagai manfaat.
Dengan bersumpah demi keduanya, Allah SWT seolah ingin menunjukkan bahwa kebenaran risalah Islam adalah seteguh dan semulia pohon yang diberkahi serta sebermanfaat buah yang kaya akan khasiat. Ini adalah pengingat bahwa di balik setiap ciptaan-Nya tersimpan keajaiban dan pelajaran.
Setelah bersumpah demi tin dan zaitun, Allah melanjutkan ayat dengan menyebutkan "negeri yang aman," yang diyakini oleh mayoritas ulama tafsir adalah kota Mekkah, tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kemudian Allah bersumpah lagi dengan "negeri yang aman" ini. Sumpah ini menegaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4)
Ayat ini berbicara tentang kesempurnaan fisik dan potensi intelektual yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Namun, kesempurnaan ini bisa menjadi sumber kehancuran jika tidak dibarengi dengan petunjuk Ilahi. Oleh karena itu, Allah menegaskan bahwa manusia akan dikembalikan ke derajat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh.
Ini adalah poin krusial dari surah ini. Manusia diciptakan dengan potensi luar biasa, tetapi pilihan untuk menggunakan potensi tersebut untuk kebaikan atau keburukan sepenuhnya berada di tangan individu. Jika seseorang memilih jalan keimanan, mentaati perintah Allah, dan berbuat baik, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dan kedudukan yang mulia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika ia mengingkari nikmat Allah, menolak kebenaran, dan berbuat kerusakan, maka ia akan menerima azab yang pedih.
Surah At-Tin juga mengingatkan kita tentang Hari Pembalasan. Allah berfirman, "Maka apa yang menyebabkan kamu mendustakan hari pembalasan setelah (semua bukti yang menjelaskan)? Bukankah Allah Hakim yang paling adil?" Pertanyaan retoris ini menantang manusia untuk berpikir jernih. Dengan segala bukti kebesaran dan kemahakuasaan-Nya yang terbentang di alam semesta, serta kesempurnaan penciptaan manusia itu sendiri, bagaimana mungkin ada yang mengingkari adanya hari pertanggungjawaban?
Merenungkan dan mengamalkan kandungan Surah At-Tin memberikan banyak faedah spiritual dan moral.
Dalam konteks kesehatan, meskipun Al-Qur'an bukan buku kedokteran, penyebutan buah tin dan zaitun secara eksplisit bisa menjadi isyarat akan pentingnya kedua buah ini dalam pola makan sehat. Banyak penelitian modern telah membuktikan khasiat luar biasa dari tin dan zaitun bagi kesehatan manusia. Mengonsumsi keduanya, atau produk olahannya seperti minyak zaitun, dapat memberikan manfaat gizi yang signifikan.
Sebagai penutup, Surah At-Tin adalah sebuah permata dalam Al-Qur'an yang mengingatkan kita pada asal-usul kita, tujuan penciptaan, dan tanggung jawab kita di hadapan Allah. Dengan merenungi sumpah demi tin dan zaitun, serta ayat-ayat selanjutnya, kita diajak untuk senantiasa bersyukur, beriman, beramal saleh, dan mempersiapkan diri untuk hari pembalasan. Wallahu a'lam bishawab.