Ilustrasi visual terkait sumpah buah tin dan zaitun.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sering bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya untuk menekankan pentingnya suatu pesan atau kebenaran. Salah satu sumpah yang menarik perhatian adalah yang terdapat pada awal Surah At-Tin, yaitu "Demi buah Tin dan buah Zaitun". Sumpah ini, yang diucapkan oleh Allah SWT, memuat makna yang sangat dalam dan relevan bagi kehidupan manusia. Kata kunci "surah watini wa zaitun rumi" merujuk pada ayat pembuka surah ini, yang sering dibahas dalam konteks keagamaan dan ilmiah.
Buah tin dan buah zaitun bukanlah buah sembarangan. Keduanya dikenal memiliki nilai gizi yang tinggi dan telah dibudidayakan serta dikonsumsi manusia sejak zaman kuno.
Keberadaan kedua buah ini dalam sumpah Allah SWT menunjukkan betapa berharganya kedua komoditas ini, baik dari sisi duniawi maupun ukhrawi. Keduanya adalah anugerah dari Sang Pencipta yang patut disyukuri dan direnungkan.
Setelah bersumpah dengan buah tin dan zaitun, Allah SWT melanjutkan ayat pertama dengan menyebutkan "dan demi gunung Sinai". Gunung Sinai adalah tempat di mana Nabi Musa AS menerima wahyu dari Allah SWT, menjadikannya lokasi yang suci dan bersejarah dalam Islam, Yahudi, dan Kristen. Puncak-puncak gunung yang megah seringkali menjadi simbol kekuatan, ketinggian spiritual, dan kedekatan dengan Sang Pencipta.
"Demi sesungguhnya! Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami mengembalikannya ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh; maka mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin: 4-6)
Ayat-ayat lanjutan ini mengungkapkan tujuan penciptaan manusia dan tujuan akhir mereka. Allah SWT menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, namun ada kemungkinan jatuh ke derajat terendah jika tidak bersyukur dan berbuat kebaikan. Sebaliknya, bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, dijanjikan pahala yang kekal. Penekanan pada "manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" menunjukkan potensi luar biasa yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu akal, kemampuan berpikir, dan kehendak bebas untuk memilih jalan kebaikan atau keburukan.
Sumpah "surah watini wa zaitun rumi" ini bukan sekadar ungkapan, melainkan sebuah pengingat fundamental tentang fitrah manusia dan tanggung jawabnya. Buah tin dan zaitun yang bermanfaat, gunung Sinai yang agung, dan penegasan tentang penciptaan manusia dalam kesempurnaan, semuanya bertujuan untuk memotivasi manusia agar:
Dengan memahami kandungan Surah At-Tin, khususnya sumpah Allah SWT dengan buah tin dan zaitun, kita diajak untuk melihat dunia dan diri sendiri dengan kacamata yang lebih luas. Buah tin dan zaitun menjadi metafora bagi kesuburan dan keberkahan yang bisa diraih oleh manusia yang senantiasa dekat dengan Penciptanya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa keindahan penciptaan Allah, termasuk tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat, merupakan bukti kebesaran-Nya dan sarana bagi manusia untuk merenungi hakikat kehidupan serta tujuan penciptaannya.