Surat Al-Baqarah, juz kedua dari kitab suci Al-Qur'an, adalah surat terpanjang dan kaya akan kisah serta ajaran yang mendalam. Di antara ayat-ayatnya yang berharga, rentang ayat 61 hingga 70 menyajikan serangkaian peristiwa dan pesan yang penuh makna, menggambarkan kebesaran Allah, sifat manusia, dan pentingnya keteguhan iman serta kepatuhan kepada perintah-Nya. Ayat-ayat ini tidak hanya menceritakan kisah masa lalu, tetapi juga memberikan pelajaran berharga bagi umat manusia di setiap zaman.
Simbol keteguhan iman dan cahaya petunjuk Ilahi.
Ayat-ayat 61-65 Surat Al-Baqarah menceritakan tentang Bani Israil yang telah mendapatkan berbagai nikmat dan mukjizat dari Allah. Mereka pernah diselamatkan dari kekejaman Fir'aun dan menyaksikan tanda-tanda kebesaran Tuhan secara langsung. Namun, bukannya bersyukur dan beriman teguh, mereka justru seringkali ingkar janji, mengingkari ayat-ayat Allah, dan berbuat zalim.
"Dan ingatlah, ketika kamu berkata: 'Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sampai kami melihat Allah dengan terang.' Karena itu kamu disambar petir, sedang kamu menyaksikannya." (QS. Al-Baqarah: 55)
Meskipun telah diperingatkan dengan keras melalui peristiwa tersebut, Bani Israil tetap saja menunjukkan watak yang keras kepala. Mereka mengeluh tentang makanan, meminta kepada Musa untuk memohon kepada Allah agar diturunkan makanan yang berbeda, seperti sayuran, mentimun, bawang putih, lentil, dan bawang merah. Padahal, makanan yang diberikan sebelumnya adalah manna dan salwa, merupakan makanan surgawi yang penuh berkah.
"Dan ingatlah, ketika kamu berkata: 'Hai Musa, kami tidak akan sabar dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami apa yang ditumbuhkan oleh bumi, dari sayur-sayurnya, bumbunya, buah-buahannya, [adapun] buncisnya, bawang putihnya, [dan] adasnya dan bawang merahnya.' Musa berkata: 'Mengapakah kamu menukar sesuatu yang buruk dengan sesuatu yang baik? [Turunlah kamu] ke kota, nanti kamu memperoleh apa yang kamu minta.' Dan ditimpakanlah kepada mereka kehinaan dan kemiskinan, dan mereka bersebab mendapat murka dari Allah. Demikian itu karena sesungguhnya mereka selalu kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak [yang demikian] itu, karena mereka durhaka dan melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 61)
Ayat-ayat ini dengan jelas menggambarkan sifat manusia yang cenderung mudah terpengaruh oleh keinginan duniawi dan lupa akan nikmat yang telah diberikan. Keluhan Bani Israil atas makanan yang dianggap biasa saja, padahal merupakan karunia ilahi, menjadi bukti ketidakpuasan mereka dan kekerasan hati. Akibatnya, mereka diliputi kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan Allah. Ini adalah peringatan keras bagi kita untuk selalu bersyukur atas segala karunia, sekecil apapun itu, dan tidak menyombongkan diri.
Selanjutnya, ayat 62 dan 63 mengemukakan bahwa di antara Bani Israil, ada pula orang-orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh. Mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan pahala di sisi Tuhan dan tidak merasa takut serta tidak bersedih. Hal ini menunjukkan bahwa di tengah-tengah umat yang ingkar, selalu ada individu-individu beriman yang menjadi cahaya dan teladan.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah: 62)
Ayat ini seringkali ditafsirkan sebagai bukti bahwa keselamatan tidak hanya terbatas pada satu kelompok agama saja, asalkan mereka memiliki keyakinan yang benar kepada Allah dan beramal saleh. Namun, ayat ini juga harus dipahami dalam konteks risalah Nabi Muhammad SAW. Sebagai penutup para nabi, ajaran Islam adalah penyempurna agama-agama sebelumnya. Siapa pun yang menerima risalah Nabi Muhammad SAW, maka ia akan mendapatkan keselamatan.
Kemudian, ayat 63 kembali menegaskan janji yang telah diambil dari Bani Israil, yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan ajaran yang dibawa oleh para rasul-Nya. Namun, mereka lagi-lagi berpaling. Allah mengambil janji dari mereka dengan mengangkat bukit Tursina di atas kepala mereka, sebagai tanda peringatan dan penegasan keesaan-Nya.
"Dan ingatlah, ketika Kami mengambil perjanjian dari kamu dan Kami angkat bukit [Tursina] di atasmu [seraya berfirman]: 'Peganglah teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa [ganjaran] yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa.'" (QS. Al-Baqarah: 63)
Rangkaian ayat 61-70 Surat Al-Baqarah memberikan beberapa pelajaran penting yang universal:
Surat Al-Baqarah ayat 61-70 bukan sekadar rangkaian cerita masa lalu, melainkan cermin kehidupan yang penuh makna. Ia mengajak kita untuk merenungi kembali hubungan kita dengan Allah, menguji keteguhan iman kita, dan mengingatkan konsekuensi dari setiap pilihan yang kita ambil. Dengan memahami dan meresapi ayat-ayat ini, semoga kita dapat menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur, patuh, dan teguh dalam keimanan.