Al-Baqarah: 102-110 Tentang Sulaiman dan Kisah Dua Malaikat
Ilustrasi visual tema Surah Al-Baqarah ayat 102-110.

Keajaiban dan Pelajaran dari Surat Al-Baqarah Ayat 102-110

Surat Al-Baqarah, kitab suci Al-Qur'an yang memiliki kedudukan istimewa, menyimpan banyak kisah dan ajaran mendalam yang relevan bagi kehidupan umat manusia. Di antara ayat-ayatnya yang penuh hikmah, rentang ayat 102 hingga 110 menawarkan sebuah narasi yang menarik, berfokus pada peristiwa yang berkaitan dengan Nabi Sulaiman AS dan kisah dua malaikat, Harut dan Marut. Ayat-ayat ini bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan jendela untuk memahami kebenaran, bahaya sihir, dan keagungan rahmat Allah SWT.

Ayat 102 dari Surat Al-Baqarah memulai dengan membahas tentang apa yang dibaca oleh para setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman. Dikatakan bahwa setan mengajarkan sihir kepada manusia, yang merupakan ujian dari Allah. Namun, penting untuk dicatat bahwa Allah SWT menegaskan bahwa mereka tidak dapat mencelakakan siapa pun dengan sihir itu kecuali dengan izin-Nya. Ini adalah poin krusial yang menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak dan kekuasaan mutlak Allah. Ayat ini juga menjelaskan bahwa manusia mempelajari sihir untuk mendatangkan kemudaratan bagi diri mereka sendiri, dan bahwa mereka mengetahui bahwa siapa pun yang memilih sihir tidak akan mendapatkan bagian (kebahagiaan) di akhirat.

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sebenarnya Sulaiman itu tidak kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan seorang pun kepada siapa pun sebelum keduanya mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah engkau kafir.' Maka mereka mempelajari dari keduanya (setan) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang suami dengan istrinya. Padahal mereka tidak dapat mencelakakan seorang pun dengan sihir itu, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan diri sendiri dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka telah meyakini bahwa siapa yang menukarnya (dengan sihir) itu, tidak akan mendapatkan bagian (kebahagiaan) di akhirat. Dan amat buruklah perbuatan yang mereka jual (dengan diri mereka) itu, kalau saja mereka mengetahui."

(QS. Al-Baqarah: 102)

Kemudian, ayat 103 berlanjut dengan menegaskan bahwa jika saja orang-orang Yahudi (yang pada masa itu banyak memiliki naskah Taurat) beriman dan bertakwa, niscaya akan diberikan pahala dari sisi Allah yang lebih baik. Namun, mereka justru berpaling. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya iman dan takwa sebagai kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, dan bahwa berpaling dari ajaran Allah hanya akan membawa kerugian.

Ayat-ayat selanjutnya, hingga ayat 110, berfokus pada ajaran utama Islam, yaitu mendirikan salat dan menunaikan zakat. Allah SWT memerintahkan agar manusia mendirikan salat dengan khusyuk dan menunaikan zakat dengan ikhlas. Kedua ibadah ini merupakan pilar penting dalam kehidupan seorang Muslim. Salat adalah sarana komunikasi langsung dengan Allah, sementara zakat adalah bentuk kepedulian sosial dan pembersihan harta. Ayat-ayat ini menekankan bahwa apa pun kebaikan yang dikerjakan, Allah mengetahuinya, dan bahwa hanya kepada Allah lah kita akan kembali.

Pesan yang terkandung dalam ayat 102-110 ini sangat kaya. Pertama, ia memberikan peringatan keras terhadap sihir dan segala praktik yang dikaitkan dengannya. Sihir bukan solusi, melainkan jalan menuju kehancuran diri sendiri dan jauh dari rahmat Allah. Kedua, ayat-ayat ini menyoroti pentingnya keyakinan yang benar terhadap Allah dan kehati-hatian dalam menyikapi pengetahuan yang datang dari sumber yang tidak diridai-Nya. Ketiga, narasi ini menggarisbawahi urgensi ibadah ritual dan sosial, yaitu salat dan zakat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, memurnikan jiwa, dan membangun masyarakat yang harmonis.

Kisah Nabi Sulaiman AS dan para setan, serta dua malaikat Harut dan Marut, berfungsi sebagai contoh nyata tentang perjuangan abadi antara kebenaran dan kebatilan. Allah memberikan ujian kepada umat manusia, dan bagaimana manusia merespon ujian tersebut akan menentukan nasib mereka. Mengikuti bisikan setan dan terjerumus dalam praktik sihir adalah kesesatan yang nyata, sementara berpegang teguh pada ajaran Allah, seperti mendirikan salat dan menunaikan zakat, adalah jalan keselamatan.

Dalam konteks kekinian, ayat-ayat ini tetap relevan. Di era informasi yang begitu deras, godaan untuk mencari jalan pintas atau mengandalkan cara-cara yang tidak sesuai syariat bisa saja muncul. Penting untuk selalu kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah, memperkuat iman, dan menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan. Allah Maha Melihat segala perbuatan kita, dan setiap kebaikan akan dibalas berlipat ganda, sementara kesesatan akan membawa penyesalan yang mendalam.

Surat Al-Baqarah ayat 102-110 mengajak kita untuk merenungkan hakikat keimanan, bahaya kesyirikan, dan keutamaan ibadah. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, diharapkan kita dapat senantiasa berada di jalan yang diridai Allah SWT dan meraih kebahagiaan abadi di akhirat kelak.

Pelajaran berharga dari ayat-ayat suci ini mengingatkan kita akan kekuasaan Allah yang mutlak dan pentingnya senantiasa berlindung kepada-Nya dari segala keburukan.
🏠 Homepage