Dalam lautan hikmah yang terkandung dalam Al-Qur'an, setiap ayat memiliki kedalaman makna dan keutamaan tersendiri. Salah satu ayat yang kerap menjadi renungan adalah Surat Al-Baqarah ayat 162. Ayat ini, meskipun singkat, menyimpan janji ilahi yang sangat besar bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh. Memahami dan meresapi makna di balik ayat ini dapat menjadi sumber motivasi spiritual yang luar biasa.
Ayat ini berbicara tentang dua kelompok manusia yang kontras. Pertama, adalah orang-orang yang memilih kesesatan padahal telah diberikan petunjuk. Ini adalah pilihan sadar untuk menolak kebenaran yang sudah jelas tersaji. Mereka mengganti cahaya hidayah dengan kegelapan kekufuran atau kemaksiatan. Konsekuensinya, mereka menukarkan ampunan dari Allah dengan azab yang pedih di akhirat. Ini menunjukkan betapa besarnya kerugian yang mereka alami, mengganti sesuatu yang paling berharga (petunjuk dan ampunan) dengan sesuatu yang paling buruk (kesesatan dan siksa).
Frasa "membeli kesesatan dengan petunjuk" dan "siksa dengan ampunan" menggambarkan sebuah transaksi yang sangat merugikan. Seolah-olah mereka rela menukar harta yang paling berharga dengan sesuatu yang tidak bernilai bahkan berbahaya. Ini adalah bentuk kebodohan spiritual yang mendalam, atau mungkin penolakan terang-terangan terhadap rahmat Allah.
Bagian kedua dari ayat ini, "Maka, alangkah beraninya mereka (terhadap) azab neraka!", menimbulkan pertanyaan retoris yang tajam. Bagaimana mungkin seseorang bisa begitu berani atau begitu lalai untuk menghadapi siksa neraka yang pasti akan datang jika terus berada dalam kesesatan? Keberanian di sini bukanlah keberanian yang terpuji, melainkan keberanian yang muncul dari ketidakpedulian, kesombongan, atau pengingkaran terhadap realitas azab Allah. Ini adalah bentuk peringatan keras dari Allah kepada hamba-Nya agar tidak meremehkan murka-Nya.
Surat Al-Baqarah ayat 162 memiliki beberapa keutamaan dan pelajaran penting bagi setiap Muslim:
Setiap kali kita membaca atau mendengar Surat Al-Baqarah ayat 162, mari jadikan sebagai momen refleksi mendalam. Tanyakan pada diri sendiri, sudahkah kita benar-benar menghargai petunjuk yang Allah berikan? Apakah kita lebih memilih kesenangan sesaat yang menyesatkan daripada ketenangan dan keberkahan dalam kebenaran? Apakah kita telah membangun rasa takut yang sehat kepada Allah, sehingga selalu berhati-hati dalam setiap langkah?
Ayat ini adalah pengingat abadi bahwa kehidupan dunia adalah ladang amal. Apa yang kita "beli" di dunia ini, baik itu berupa kesesatan atau petunjuk, akan menentukan nasib kita di akhirat kelak. Maka, pilihlah dengan bijak. Gunakan akal sehat dan hati nurani untuk selalu condong pada kebaikan dan kebenaran yang diajarkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah. Dengan demikian, kita dapat berharap untuk meraih ampunan Allah dan terhindar dari murka-Nya.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa diberi taufik untuk memilih petunjuk dan mendapatkan ampunan-Nya.