Surat Al-Baqarah Ayat 283-286: Panduan Kepercayaan dan Tanggung Jawab
Ilustrasi Keadilan dan Transaksi yang Jujur
Surat Al-Baqarah merupakan surat terpanjang dalam Al-Qur'an yang sarat akan ajaran-ajaran fundamental Islam, mencakup berbagai aspek kehidupan seorang Muslim. Di antara ayat-ayatnya yang mulia, terdapat empat ayat terakhir, yaitu ayat 283 hingga 286, yang memberikan pedoman mendalam mengenai urusan muamalah, khususnya terkait utang-piutang, kepercayaan, dan tanggung jawab saksi.
Ayat-ayat ini sangat relevan di kehidupan modern di mana transaksi finansial menjadi bagian tak terpisahkan. Memahami makna dan hikmah di baliknya tidak hanya akan membantu kita terhindar dari perselisihan, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai kejujuran, amanah, dan keadilan dalam setiap interaksi.
Fa in amana ba'dhukum ba'dhan falyu'addilladzi'utumina amanatahu walyattaqillaha rabbah. Wa la taktumu's-shahadata, wa man yaktumha fa innahu aathimun qalbuh. Wallahu bima ta'maluna 'alim.
Dan jika kamu dalam perjalanan lalu kamu tidak menemukan seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan kesaksian; dan barangsiapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya hatinya adalah dosa. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya pencatatan utang, terutama ketika melakukan transaksi di tengah perjalanan yang rentan terhadap kelupaan atau perselisihan. Namun, jika kepercayaan sudah terbangun antar pihak, maka pihak yang memegang amanah wajib menunaikannya. Ayat ini juga menekankan larangan menyembunyikan kesaksian, yang merupakan dosa besar di hadapan Allah.
Lillahi ma fis-samawati wa ma fil-ardh. Wa in tubdu ma fi anfusikum au tukhfuhu yuhasibkum bihil-lah. Fa yaghfiru liman yashaa'u wa yu'adzibu man yashaa'. Wallahu 'ala kulli syai'in qadir.
Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ayat ini mengingatkan kita akan kekuasaan mutlak Allah atas seluruh alam semesta. Tidak ada satu pun yang luput dari pengetahuan-Nya, bahkan apa yang tersembunyi di dalam hati. Ini menjadi pengingat agar kita senantiasa menjaga niat dan pikiran kita, karena Allah akan menghisab segala sesuatu.
Amanar-rasulu bima unzila ilaihi min rabbihi wal-mu'minun. Kullun amana billahi wa mala'ikatihi wa kutubihi wa rusulih. La nufarriqu baina ahadin min rusulih. Wa qalu sami'na wa atha'na. Ghufraanaka Rabbana wa ilaikal-mashir.
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Kepada rahmat-Mu) ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah kesudahan sekalian alam.
Ayat ini menjelaskan tentang kesempurnaan iman Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, tanpa membeda-bedakan. Sikap "kami dengar dan kami taat" menunjukkan kepatuhan total mereka terhadap ajaran Allah. Ini adalah teladan bagi umat Islam dalam memelihara keimanan.
La yukalliful-lahu nafsan illa wus'aha. Laha ma kasabat wa 'alaiha maktasabat. Rabbana la tu'akhidzna in nasina au akhtha'na. Rabbana wa la tahmil 'alaina isran kama hamaltahu 'alal-ladzina min qablina. Rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lana bih. Wa'fu 'anna waghfir lana warhamna. Anta maulana fansurna 'alal-qaumil-kafirin.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang tidak beriman".
Ayat terakhir ini adalah doa yang sangat indah dan penuh harapan. Allah tidak akan membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya. Setiap usaha yang dilakukan manusia akan dipertanggungjawabkan. Doa ini mengajarkan kita untuk memohon perlindungan dari beban berat, kesalahan yang tidak disengaja, serta memohon ampunan, rahmat, dan pertolongan dari Allah.
Keempat ayat terakhir Surat Al-Baqarah ini memberikan kerangka hukum dan moral yang kokoh bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam urusan finansial dan interaksi sosial. Memahami dan mengamalkan ajaran ini akan membawa keberkahan dan kedamaian.