Lambang Al-Qur'an dan Pesan Ilahi
Surat Al-Baqarah, surat terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak kisah dan pelajaran berharga. Di antara ayat-ayatnya yang sarat makna, terdapat potongan ayat 37 hingga 40 yang menceritakan tentang bagaimana Nabi Adam AS menerima kalimat-kalimat dari Tuhannya, bertaubat, dan diterima kembali oleh Allah SWT. Ayat-ayat ini tidak hanya menjadi pengingat atas kesalahan pertama manusia, tetapi juga memberikan harapan besar akan rahmat dan ampunan Tuhan bagi mereka yang menyesali perbuatannya dan kembali kepada-Nya.
Ayat 37 dari Surat Al-Baqarah memulai kisah ini dengan firman Allah SWT:
Ayat ini menjelaskan momen krusial setelah Adam dan Hawa terusir dari surga karena melanggar larangan Allah SWT untuk memakan buah terlarang. Meskipun telah melakukan kesalahan, Allah SWT tidak meninggalkan mereka. Sebaliknya, Allah mengajarkan Adam beberapa 'kalimat' yang merupakan bentuk pengakuan dosa, penyesalan mendalam, dan permohonan ampunan. Para mufasir berbeda pendapat mengenai makna pasti 'kalimat-kalimat' tersebut. Ada yang berpendapat itu adalah doa yang diajarkan Jibril AS, seperti: "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'raf: 23). Ada juga yang berpendapat itu adalah kalimat tauhid dan pengakuan terhadap kekuasaan Allah. Apapun bentuknya, yang terpenting adalah Adam menunjukkan sikap pasrah, penyesalan, dan keinginan kuat untuk memperbaiki diri.
Respon Allah SWT terhadap taubat Adam sungguh luar biasa. Ayat ini menegaskan bahwa Allah Maha Penerima taubat (At-Tawwab) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim). Ini menunjukkan bahwa pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja yang benar-benar menyesal dan berusaha kembali kepada jalan yang benar, bahkan setelah melakukan kesalahan besar sekalipun. Ini adalah pelajaran fundamental tentang sifat kasih sayang Allah yang meluas dan kesempatan kedua yang diberikan kepada hamba-Nya.
Selanjutnya, ayat 38 dan 39 menjelaskan tentang perintah Allah kepada Adam dan keturunannya untuk turun ke bumi, serta janji akan adanya petunjuk.
Perintah "turunlah kamu semua" tidak hanya ditujukan kepada Adam dan Hawa, tetapi juga kepada iblis yang turut berperan dalam peristiwa itu, dan secara implisit juga mencakup seluruh keturunan Adam. Turun ke bumi ini bukanlah sebuah hukuman permanen, melainkan sebuah fase kehidupan di dunia yang akan menjadi medan ujian bagi manusia. Allah SWT memberikan kepastian, bahwa petunjuk-Nya akan selalu hadir. Petunjuk ini adalah cahaya yang akan menuntun manusia untuk melewati berbagai tantangan hidup di dunia.
Ayat 39 menegaskan konsekuensi dari mengikuti atau menolak petunjuk tersebut:
Ayat ini menyajikan kontras yang jelas. Bagi mereka yang mengikuti petunjuk Allah, akan ada ketenangan batin, bebas dari rasa takut dan kesedihan. Kehidupan di dunia ini, meskipun penuh cobaan, akan dijalani dengan keyakinan dan kedamaian. Sebaliknya, bagi mereka yang memilih untuk mengingkari dan mendustakan tanda-tanda kebenaran dari Allah, konsekuensinya adalah siksa neraka yang kekal. Ini adalah pengingat tegas tentang pentingnya iman dan keyakinan terhadap ayat-ayat Allah.
Melanjutkan pesan tentang pentingnya mengikuti petunjuk, ayat 40 memberikan penekanan lebih lanjut mengenai anugerah Allah kepada Bani Israil dan inti dari ajaran agama:
Ayat ini secara spesifik ditujukan kepada Bani Israil, namun mengandung pelajaran universal. Allah memerintahkan mereka untuk senantiasa mengingat nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung. Mengingat nikmat ini berfungsi sebagai pengingat akan kebesaran Allah dan sebagai motivasi untuk senantiasa bersyukur. Lebih dari itu, Allah mengajak mereka untuk memenuhi janji yang telah dibuat, yaitu janji untuk beriman dan taat kepada-Nya. Sebagai balasannya, Allah berjanji akan memenuhi janji-Nya, yaitu memberikan surga dan keselamatan. Pesan ini menekankan hubungan timbal balik antara hamba dan Tuhannya: ketaatan hamba akan berbalas kebaikan dari Allah. Di akhir ayat, ditekankan kembali agar rasa takut yang sejati hanya ditujukan kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya.
Secara keseluruhan, ayat 37-40 Surat Al-Baqarah mengajarkan kita tentang:
Kisah Nabi Adam AS yang bertaubat dan diterima kembali oleh Allah SWT menjadi teladan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni jika disertai dengan penyesalan yang tulus dan tekad untuk berubah. Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk selalu berada dalam koridor petunjuk-Nya, agar kita dapat meraih ketenangan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.