Surah Al-Baqarah, ayat 40 hingga 60, merupakan bagian penting dalam Al-Qur'an yang mengungkap sejarah, janji Allah, serta pelanggaran dan keingkaran Bani Israil. Ayat-ayat ini menyoroti hubungan Allah dengan umat pilihan-Nya, sekaligus menjadi pengingat abadi bagi umat manusia tentang pentingnya memegang teguh perjanjian dan mensyukuri nikmat.
Ayat-ayat awal, dimulai dari ayat 40, mengingatkan Bani Israil tentang nikmat besar yang telah Allah berikan kepada mereka. Allah memerintahkan mereka untuk beriman kepada apa yang telah diturunkan-Nya, yaitu Al-Qur'an, yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Di antara nikmat tersebut adalah penyelamatan dari Fir'aun dan pengikutnya, dibelahnya Laut Merah, serta diturunkannya makanan dan minuman dari langit.
Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janji-Ku (dengan mentaati perintah-Ku), niscaya Aku penuhi janji-Ku (dengan memberikan balasan-Ku), dan hanya kepada-Ku-lah hendaknya kamu takut. (QS. Al-Baqarah: 40)
Ayat ini menjadi inti dari seruan Allah. Pengingat nikmat adalah agar mereka tidak melupakannya dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Penuhan janji Allah berarti beriman dan taat, yang balasannya adalah dipenuhinya janji Allah berupa rahmat dan surga-Nya. Ketakutan hanya kepada Allah menunjukkan keimanan yang murni dan penghambaan yang sesungguhnya.
Namun, sejarah Bani Israil menunjukkan adanya pola pelanggaran. Mereka seringkali mengingkari janji, meragukan ajaran, bahkan mencoba mengubah-ubah kitab suci mereka. Allah menegur keras perilaku ini, mengingatkan bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan.
Sejumlah ayat kemudian merinci berbagai bentuk keingkaran Bani Israil. Ketika Allah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa AS, mereka justru berkeras kepala dan bahkan menyembah anak sapi. Ini adalah contoh puncak kesesatan dan pelanggaran perjanjian yang sangat fatal.
Di ayat lain, diceritakan tentang permintaan mereka yang aneh-aneh kepada Nabi Musa AS, seperti meminta untuk melihat Allah secara terang-terangan, sebuah permintaan yang tidak mungkin dikabulkan dan hanya akan berujung pada azab jika benar-benar terjadi.
Dan ingatlah ketika kamu berkata, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, lalu kami disambar petir dan kamu menyaksikannya." (QS. Al-Baqarah: 55)
Peristiwa ini menunjukkan betapa kerasnya hati mereka dan betapa rendahnya tingkat keimanan mereka, meskipun telah disaksikan berbagai mukjizat. Setelah diazab oleh petir, mereka kemudian dihidupkan kembali oleh Allah, sebuah bukti rahmat yang luar biasa, namun mereka tetap saja tidak sepenuhnya bersyukur.
Ayat-ayat ini juga menggambarkan bagaimana Allah memberikan berbagai macam nikmat kepada Bani Israil, termasuk berteduh di bawah awan dan diturunkannya manna dan salwa. Manna adalah sejenis embun manis yang jatuh dari langit, sedangkan salwa adalah burung puyuh. Ini adalah bentuk rezeki yang Allah berikan secara langsung tanpa perlu bersusah payah.
Namun, lagi-lagi, tanggapan mereka seringkali tidak sesuai harapan. Mereka mengeluh, mengatakan bahwa mereka tidak bisa makan makanan yang satu jenis itu-itu saja, dan meminta agar ditumbuhkan untuk mereka sayur-mayur bumi, seperti yang tumbuh di Mesir. Permintaan ini menunjukkan ketidakpuasan dan hilangnya rasa syukur atas karunia yang diberikan.
Dan ingatlah ketika kamu berkata, "Hai Musa, kami tidak dapat sabar (makan) makanan yang satu macam saja; sebab itu, buatlah untuk kami Tuhanmu, yang akan menumbuhkan bagi kami apa yang ditumbuhkan oleh bumi, dari sayur-mayurnya, mentimunnya, bawang putihnya, kacang polongnya, dan bawang merahnya." Musa berkata, "Mengapakah kamu meminta ganti sesuatu yang kurang baik dengan sesuatu yang lebih baik? (QS. Al-Baqarah: 61)
Ayat ini sangat lugas dalam menggambarkan ketidakpuasan mereka. Mereka menukar sesuatu yang lebih baik dan lebih mudah didapat dari Allah dengan sesuatu yang lebih rendah kualitasnya dan memerlukan usaha lebih. Ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana kita harus bersyukur atas apa yang diberikan Allah, sekecil apapun itu.
Kisah Bani Israil dalam Al-Baqarah ayat 40-60 bukanlah sekadar cerita masa lalu. Ayat-ayat ini mengandung hikmah yang mendalam bagi seluruh umat manusia, khususnya umat Muslim. Kita diingatkan untuk:
Dengan merenungi ayat-ayat ini, kita dapat mengambil pelajaran berharga untuk memperbaiki diri dan senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah SWT.