Surat Al Baqarah merupakan surat terpanjang dalam Al-Qur'an dan kaya akan ajaran fundamental Islam. Salah satu ayat yang menjadi pijakan penting dalam kehidupan seorang Muslim adalah ayat ke-43. Ayat ini secara ringkas namun padat memerintahkan dua pilar utama ibadah dalam Islam: mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Perintah ini bukan sekadar seruan biasa, melainkan sebuah fondasi yang sangat krusial bagi pembentukan individu Muslim yang utuh dan masyarakat yang harmonis.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Wa aqīmūṣ-ṣalāta wa ātūz-zakāta warkā’ū ma’ar-rāki’īn.
Perintah "Wa aqīmūṣ-ṣalāta" (dan dirikanlah shalat) memiliki kedalaman makna yang melampaui sekadar gerakan fisik lima waktu. "Mengakimi shalat" berarti mendirikannya dengan sempurna, baik dari segi rukun, syarat, maupun kekhusyukan. Ini mencakup menjaga waktu-waktunya, melaksanakan segala ketentuan yang ada di dalamnya, dan yang terpenting, menghadirkan hati serta pikiran dalam berdialog dengan Allah SWT. Shalat adalah sarana komunikasi langsung antara hamba dengan Tuhannya, sebuah momen untuk membersihkan diri dari dosa, memohon pertolongan, dan mengokohkan keimanan.
Dalam tafsirnya, para ulama menjelaskan bahwa mendirikan shalat secara khusyuk akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT: "Bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45). Dengan shalat yang teratur dan penuh kekhusyukan, seorang Muslim senantiasa diingatkan akan keberadaan Allah, yang secara otomatis akan mengontrol dan mengarahkan perilakunya ke arah kebaikan.
Selanjutnya, ayat ini memerintahkan, "wa ātūz-zakāta" (dan tunaikanlah zakat). Zakat adalah ibadah harta yang memiliki peran ganda: sebagai pembersih harta dan jiwa, serta sebagai sarana mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Zakat berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa kekikiran dan kecintaan duniawi yang mungkin melekat pada diri seorang Muslim. Di sisi lain, penerimaan zakat oleh golongan yang berhak akan membantu meringankan beban mereka, mengatasi kemiskinan, dan menciptakan keseimbangan ekonomi dalam masyarakat.
Zakat bukanlah sedekah biasa yang dilakukan atas dasar kerelaan semata, melainkan kewajiban yang telah ditetapkan kadar dan penerimanya oleh syariat. Dengan menunaikan zakat, seorang Muslim menunjukkan rasa syukur atas nikmat harta yang telah Allah berikan, sekaligus menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama. Ayat ini secara tegas menempatkan zakat sejajar dengan shalat, menunjukkan betapa pentingnya ibadah harta ini dalam ajaran Islam.
Bagian terakhir dari ayat ini berbunyi, "warkā’ū ma’ar-rāki’īn" (dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk). Frasa ini memiliki beberapa tafsiran. Tafsiran yang paling umum adalah perintah untuk melaksanakan shalat berjamaah. Shalat berjamaah memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu dapat meningkatkan rasa persaudaraan, kekompakan, dan persatuan di antara kaum Muslimin. Dengan rukuk bersama, umat Islam menunjukkan bahwa mereka adalah satu tubuh, saling mendukung dan merasakan kebersamaan dalam ketaatan kepada Allah.
Selain itu, ada pula yang menafsirkan frasa ini sebagai anjuran untuk senantiasa bersama orang-orang shalih dan taat. Dengan bergaul dan beraktivitas bersama mereka, seseorang akan terdorong untuk terus berada di jalan kebenaran dan menjauhi kemaksiatan. Lingkungan yang baik sangat memengaruhi kualitas keimanan dan ibadah seseorang.
Di era modern yang serba cepat ini, pesan dari Surat Al Baqarah ayat 43 tetap sangat relevan. Shalat sebagai sarana pengingat diri akan Tuhan dan peneguh spiritual, serta zakat sebagai instrumen pemerataan ekonomi dan kepedulian sosial, adalah dua aspek yang sangat dibutuhkan untuk membangun individu dan masyarakat yang berintegritas.
"Memelihara hubungan baik dengan Allah melalui shalat dan dengan sesama manusia melalui zakat adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat."
Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak hanya fokus pada ibadah vertikal (kepada Allah) tetapi juga ibadah horizontal (kepada sesama). Keduanya saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam ajaran Islam. Dengan mendirikan shalat dengan khusyuk dan menunaikan zakat dengan ikhlas, kita turut serta mewujudkan masyarakat yang makmur, adil, dan diberkahi oleh Allah SWT.
Memahami dan mengamalkan isi kandungan Surat Al Baqarah ayat 43 ini adalah sebuah keniscayaan bagi setiap Muslim. Ini adalah panduan dasar yang akan membimbing kita dalam menjalani kehidupan, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.