Surat Al Baqarah Ayat 76-80: Ujian Keimanan Umat Yahudi

وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوٓا۟ أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ ٱللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَآجُّوكُم بِهِۦ عِندَ رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ Surat Al Baqarah 2:76

Ayat-ayat awal dari Surat Al Baqarah telah menguraikan kisah penciptaan manusia, peran para nabi, serta berbagai ujian dan cobaan yang dihadapi umat manusia. Di antara rentetan kisah tersebut, Allah SWT memperingatkan kita tentang tipu daya dan sikap kaum tertentu yang sering kali menghalangi jalan kebenaran. Surat Al Baqarah ayat 76 hingga 80 memberikan gambaran yang gamblang mengenai kaum Yahudi pada masa itu, yang imannya sering kali diuji oleh berbagai hal, terutama ketika berhadapan dengan kaum mukmin. Ayat-ayat ini membuka tabir tentang kemunafikan dan cara berpikir mereka yang cenderung pragmatis, bahkan sering kali merugikan diri sendiri.

Perilaku Kaum Yahudi Terhadap Umat Mukmin

Pada ayat ke-76, Allah SWT menyoroti perilaku sebagian dari kaum Yahudi ketika bertemu dengan orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka menyatakan beriman, mengucapkan kalimat syahadat, dan menunjukkan sikap yang seolah-olah sama dengan kaum mukmin. Namun, ketika mereka kembali berkumpul bersama sesama mereka yang masih berpegang pada keyakinan lama, mereka justru mencemooh dan mempertanyakan tindakan sebagian dari mereka yang telah menyatakan keislaman.

"Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: 'Kami telah beriman.' Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami bersama kamu, sesungguhnya kami hanya memperolok-olok.'" (QS. Al Baqarah: 14)

QS. Al Baqarah: 14

Lebih lanjut dalam ayat tersebut, mereka saling bertanya dengan nada heran dan heran: "Mengapa kamu menceritakan kepada mereka (umat Islam) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, yang dapat dijadikan alasan bagi mereka (untuk mengalahkanmu) di sisi Tuhanmu? Tidakkah kamu mengerti?" Pertanyaan ini menunjukkan kekhawatiran mereka bahwa pengakuan keimanan sebagian dari mereka akan menjadi bukti atau argumen yang bisa digunakan oleh umat Islam di hadapan Allah. Mereka tidak melihat keimanan sebagai sebuah kebenaran mutlak, melainkan sebagai alat yang bisa diperdebatkan dan dijadikan modal untuk "memenangkan" argumen. Sikap ini mencerminkan ketidakmurnian akidah dan adanya keraguan yang mendalam. Mereka tidak memahami bahwa kebenaran ilahi tidak dapat ditawar atau dijadikan alat tawar-menawar.

Keinginan Kaum Yahudi Memutarbalikkan Kebenaran

Ayat 77 memperjelas lagi tentang pola pikir mereka. Allah SWT menegaskan bahwa kaum Yahudi tersebut tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan. Mereka mengira bisa menipu Allah atau menyembunyikan niat buruk mereka, padahal segala sesuatu di alam semesta ini terkuak di hadapan-Nya. Mereka juga diperingatkan bahwa di antara mereka ada orang-orang yang ummi (tidak bisa membaca atau menulis Kitab Suci, yang dalam konteks ini merujuk pada kebodohan mereka terhadap ajaran Taurat yang sebenarnya), yang tidak mengetahui Kitab kecuali hanya angan-angan kosong. Mereka hanya mengikuti tradisi nenek moyang tanpa memahami hakikatnya.

"Dan tidakkah mereka (orang Yahudi) mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan? Dan di antara mereka ada orang-orang yang ummi, mereka tidak mengetahui kitab (Taurat) melainkan hanya tipu daya belaka, dan mereka tidak lain hanyalah menduga-duga." (QS. Al Baqarah: 78)

QS. Al Baqarah: 78

Tindakan mereka yang hanya menduga-duga dan mengikuti tradisi tanpa dasar pengetahuan yang benar ini membuat mereka rentan terhadap kesesatan. Mereka tidak berpegang pada petunjuk ilahi yang murni, melainkan pada interpretasi dan keinginan hawa nafsu mereka sendiri. Hal ini semakin memperkuat gambaran tentang ketidakjujuran intelektual dan spiritual mereka.

Ancaman Bagi yang Mengubah Kitab Suci

Ayat 79 menjadi peringatan keras bagi mereka yang berani mengubah firman Allah. Allah SWT berfirman, "Maka celakalah bagi orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu berkata: 'Ini dari Allah', agar mereka menjualnya dengan harga yang sedikit. Maka celakalah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka tulis, dan celakalah bagi mereka akibat dari apa yang mereka kerjakan." Ancaman ini ditujukan kepada para pendeta dan tokoh agama Yahudi yang sengaja memalsukan kitab suci mereka untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti pujian, kedudukan, atau materi.

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka berkata: 'Ini dari Allah,' supaya dengan sedikit harga mereka dapat membeli keuntungan duniawi. Maka kecelakaanlah bagi mereka, daripada apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaanlah bagi mereka daripada apa yang mereka perbuat." (QS. Al Baqarah: 79)

QS. Al Baqarah: 79

Perbuatan ini adalah bentuk pengkhianatan terbesar terhadap wahyu Allah. Mereka menjual kebenaran demi kepentingan sesaat. Celaan yang berulang kali disebutkan dalam ayat ini menekankan betapa beratnya dosa memutarbalikkan agama Allah. Mereka tidak hanya merugikan diri sendiri dengan kesesatan yang mereka sebarkan, tetapi juga menyesatkan banyak orang. Kehidupan dunia yang mereka cari dengan cara ini pun tidak akan memberikan kebahagiaan sejati, melainkan kehinaan.

Janji Surga dan Tanggapan Kaum Yahudi

Terakhir, ayat 80 menyajikan dialog antara Allah dengan kaum Yahudi mengenai janji surga. Mereka menyatakan bahwa mereka hanya akan merasakan api neraka dalam jumlah hari yang terbilang. Ini menunjukkan keyakinan mereka yang dangkal dan merasa aman dari siksaan akhirat, mungkin karena mereka merasa sebagai "umat pilihan" atau karena adanya tokoh-tokoh leluhur yang mereka banggakan.

"Dan mereka (Yahudi) berkata: 'Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari saja.' Katakanlah: 'Apakah kamu mengambil janji dari Allah, maka Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, atau kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?'" (QS. Al Baqarah: 80)

QS. Al Baqarah: 80

Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membantah klaim mereka. Allah bertanya apakah mereka memiliki perjanjian khusus dengan Allah yang menjamin mereka hanya sebentar di neraka, atau apakah mereka sekadar mengada-ada perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. Ini adalah pukulan telak bagi klaim mereka yang seolah-olah memiliki hak istimewa di akhirat. Ayat ini menyiratkan bahwa keselamatan hanya didasarkan pada keimanan yang tulus, amal saleh, dan ketundukan kepada ajaran Allah yang murni, bukan pada nasab atau klaim kesukuan.

Secara keseluruhan, Surat Al Baqarah ayat 76-80 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kejujuran akidah, keteguhan iman, dan kehati-hatian dalam berinteraksi dengan kebenaran ilahi. Ayat-ayat ini secara gamblang menunjukkan konsekuensi dari sikap kemunafikan, pemutarbalikan fakta, dan kesombongan intelektual. Umat Islam diingatkan untuk senantiasa memurnikan niat, menuntut ilmu dengan benar, dan tidak terpengaruh oleh bisikan hawa nafsu atau propaganda yang menyesatkan. Hanya dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah secara murni, barulah kita dapat meraih keridaan Allah SWT dan keselamatan di dunia serta akhirat.

🏠 Homepage