Dalam kajian ilmu Al-Qur'an, klasifikasi surat berdasarkan tempat turunnya adalah salah satu aspek penting untuk memahami konteks dan pesan yang terkandung di dalamnya. Surat-surat dalam Al-Qur'an dibagi menjadi dua kategori utama: surat Makkiyah (turun di Mekkah) dan surat Madaniyah (turun di Madinah). Surat Al-Bayyinah, yang merupakan surat ke-98 dalam urutan mushaf, tergolong surat Madaniyah. Penetapan ini didasarkan pada berbagai metode ijtihad para ulama ahli tafsir dan sejarah, dengan mempertimbangkan ciri-ciri khas surat Madaniyah serta konteks historis turunnya ayat-ayatnya.
Surat-surat Madaniyah umumnya memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari surat Makkiyah. Beberapa ciri tersebut meliputi:
Surat Al-Bayyinah menunjukkan banyak kesamaan dengan ciri-ciri surat Madaniyah ini. Tema utama surat ini adalah penegasan tentang kebenaran agama Islam dan konsekuensi bagi orang yang menerima atau menolaknya. Surat ini secara eksplisit membahas tentang orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang menolak kebenaran setelah datangnya bukti nyata dari Allah.
Surat Al-Bayyinah diawali dengan firman Allah SWT: "Orang-orang yang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan berpuasa sebelum ada datang kepada mereka bukti yang nyata." (QS. Al-Bayyinah: 1). Ayat ini langsung menunjuk pada eksistensi "bukti yang nyata" (al-bayyinah) itu sendiri, yaitu Al-Qur'an dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Surat ini kemudian membagi manusia menjadi dua kelompok besar:
Surat Al-Bayyinah juga sangat menekankan kemurnian ajaran agama. Allah berfirman, "Padahal mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, lagi pula dengan mengerjakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5). Ayat ini menegaskan bahwa inti dari agama adalah tauhid (mengesakan Allah) dan ibadah yang ikhlas, yang diwujudkan melalui shalat dan zakat.
Mengetahui bahwa surat Al-Bayyinah adalah surat Madaniyah memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pesan-pesannya. Ketika surat ini turun, masyarakat Islam di Madinah sudah mulai terbentuk. Dengan demikian, penekanan pada hukum, balasan bagi orang beriman dan kafir, serta penolakan terhadap kesyirikan menjadi sangat relevan untuk memperkuat fondasi masyarakat tersebut.
Selain itu, surat ini juga berfungsi sebagai penegasan status kenabian Muhammad SAW di hadapan para ahli kitab yang seringkali menjadi oposisi. "Bukti yang nyata" yang disebutkan dalam surat ini menjadi argumen kuat bagi kebenaran Islam.
Kesimpulannya, surat Al-Bayyinah tergolong surat Madaniyah karena ciri-ciri tematik dan gaya bahasanya yang sesuai dengan karakteristik surat-surat yang turun di Madinah. Kandungannya yang mendalam tentang keimanan, kekafiran, balasan, dan kemurnian agama memberikan petunjuk berharga bagi kaum Muslimin dalam menjalani kehidupan mereka sesuai tuntunan Allah SWT. Pemahaman akan klasifikasi ini membantu kita menafsirkan Al-Qur'an dengan lebih baik dan mengaplikasikan ajarannya dalam kehidupan nyata.
Untuk mendalami lebih lanjut, Anda dapat membaca tafsir lengkap dari surat Al-Bayyinah dari berbagai sumber terpercaya.