Surat Al Falaq adalah salah satu dari dua surat pelindung (mu'awwidzatain) dalam Al-Qur'an, yang diturunkan di Mekkah. Surat ini terdiri dari lima ayat yang memohon perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai macam kejahatan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Ayat-ayatnya pendek namun sarat makna, mengajarkan umat Muslim untuk selalu berserah diri dan memohon pertolongan kepada Sang Pencipta atas segala ancaman dan kesulitan hidup. Memahami arti per ayat dari Surat Al Falaq dapat memperdalam keyakinan dan memperkuat hubungan spiritual kita dengan Allah SWT.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai cobaan dan godaan. Mulai dari gangguan yang bersifat fisik, mental, hingga spiritual. Surat Al Falaq menjadi pengingat bahwa perlindungan tertinggi datangnya hanya dari Allah. Dengan membaca dan merenungkan maknanya, kita diingatkan untuk selalu waspada terhadap kejahatan yang berasal dari diri sendiri, makhluk lain, maupun hal-hal gaib yang tidak kasat mata.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
[1] Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ayat pembuka ini merupakan basmalah yang selalu mengawali setiap surat dalam Al-Qur'an, kecuali surat At-Tawbah. Kalimat ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang kita mulai, terutama dalam ibadah dan permohonan perlindungan, hendaknya diawali dengan nama Allah yang memiliki sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini adalah pengingat akan kasih sayang Allah yang meliputi seluruh ciptaan-Nya dan rahmat-Nya yang selalu tercurah bagi hamba-Nya yang memohon.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ
Qul a'uudzu birabbil-falaq
[2] Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Fajar (subuh).
Pada ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengucapkan permohonan perlindungan kepada-Nya, yang disebut sebagai "Rabbil Falaq". Al-Falaq memiliki banyak makna, salah satunya adalah waktu fajar menyingsing. Fajar melambangkan permulaan hari baru, terangnya kehidupan setelah kegelapan malam. Namun, fajar juga bisa diartikan sebagai waktu di mana berbagai makhluk keluar dari tempat persembunyiannya, termasuk yang membawa keburukan. Dengan berlindung kepada Tuhan Sang Pencipta fajar, kita memohon agar dilindungi dari segala sesuatu yang muncul bersamanya.
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
Min syarri maa khalaq
[3] dari kejahatan makhluk-Nya.
Ayat ini secara umum memohon perlindungan dari segala macam kejahatan yang diciptakan oleh Allah. Ini mencakup seluruh makhluk ciptaan-Nya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Kejahatan bisa datang dari jin, manusia, hewan, tumbuhan, bahkan fenomena alam yang dapat membahayakan. Kita memohon agar dijauhkan dari segala bentuk keburukan yang bisa menimpa diri kita, keluarga, harta benda, agama, dan akal kita.
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab
[4] dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
Di sini, kita secara spesifik memohon perlindungan dari kejahatan yang datang di malam hari, terutama ketika kegelapan telah sempurna. Malam seringkali diidentikkan dengan waktu di mana kejahatan lebih leluasa terjadi, karena aktivitas manusia berkurang dan pandangan menjadi terbatas. Kejahatan yang dimaksud bisa berupa pencurian, perampokan, gangguan dari makhluk halus, atau bahkan pikiran buruk yang muncul saat kesendirian di malam hari. Kita berlindung kepada Allah agar malam kita senantiasa aman dan terlindungi.
وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّـٰثَـٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ
Wa min syarran-naffaathati fil-'uqad
[5] dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul.
Ayat terakhir ini memohon perlindungan dari kejahatan sihir dan guna-guna, yang dalam konteks turunnya wahyu sering dikaitkan dengan praktik-praktik perdukunan oleh wanita yang meniup pada simpul-simpul tali untuk tujuan menyakiti orang lain. Meskipun disebut wanita, makna ini dapat diperluas mencakup segala bentuk sihir, santet, guna-guna, atau segala upaya jahat yang dilakukan untuk mencelakai seseorang melalui cara-cara supranatural atau mistis. Kita memohon agar Allah melindungi kita dari pengaruh negatif dan bahaya yang ditimbulkan oleh praktik-praktik semacam itu.
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Wa min syarri haasidin idzaa hasad
[6] dan dari kejahatan orang yang mendengki apabila ia mendengki.
Ayat keenam (yang seringkali dimasukkan sebagai bagian dari pembacaan atau tafsir Surat Al-Falaq, meskipun kadang dianggap sebagai ayat tersendiri dalam beberapa versi penomoran) secara spesifik memohon perlindungan dari kejahatan orang yang hasud (pendengki). Hasad adalah perasaan iri hati dan dengki terhadap kenikmatan atau kebaikan yang dimiliki orang lain, yang dapat mendorong pelakunya untuk berbuat jahat. Ini bisa berupa gosip, fitnah, sabotase, atau bahkan doa buruk terhadap orang yang didengki. Surat Al-Falaq mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah dari sifat buruk ini, baik yang ditujukan kepada kita maupun agar kita terhindar dari melakukannya.
Surat Al Falaq adalah sebuah benteng pertahanan spiritual bagi setiap Muslim. Membacanya secara rutin, terutama sebelum tidur, setelah shalat, atau saat merasa terancam, adalah cara yang efektif untuk mendapatkan perlindungan ilahi. Dengan memahami setiap ayatnya, kita tidak hanya sekadar mengucapkan doa, tetapi juga meresapi makna permohonan kita dan memperkuat keyakinan bahwa hanya Allah Yang Maha Kuasa untuk melindungi kita dari segala macam keburukan. Marilah kita jadikan Surat Al Falaq sebagai bacaan harian untuk menenangkan hati dan menjaga diri dari segala marabahaya.